Memetik pelajaran berhargaÂ
Sebuah pelajaran berharga tidak harus berasal dari peristiwa besar  . Bisa jadi dari hal kecil dan tampak sepele  .Suatu hari sekitar jam 5.00 sore, kami baru pulang mengantar  cucu kami ke tempat  latihan Gymnastic . Sebelum sampai rumah kami melewati mall dan singgah disalah satu toko roti. Karena sudah lama juga kami tidak makan roti.
Tidak mau menerima uangÂ
Setelah siap dipotong dan dibungkus rapi remaja puteri  ini mengembalikan roti pada saya  Lalu saya memberi uang 10 dolar untuk membayar roti tersebut .Tapi ternyata  gadis ini  tidak mau menerima uang saya Ia tersenyum sambil berkata:"It's free .nothing to pay."Â
"Are you sure?" kata suami . Dan dengan wajah meyakinkan gadis ini menggangguk dan berkata:" Sure "
Menurutnya  kalau kas sudah tutup berarti toko sudah tutup Tidak boleh lagi ada penjualan  .Semua sisa roti akan diberikan kepada siapa yang mau atau diantarkan ke second hand shop secara gratis. Rasanya aneh mendengarkan penjelasan ini ,tapi katanya ini memang aturan .
Ternyata mereka punya prinsip hidup yang berbeda dengan kita. Yakni  :"Kalau bisa beli kenapa mau yang gratis? Biarkan orang yang lebih membutuhkan yang mengambil"Â
RenunganÂ
Kami kembali kerumah sambil merenungkan percakapan antara suami isteri tadi yang kebetulan kami dengar Benar juga kalau kita bisa beli kenapa mesti ambil yang gratis?Â
Saya jadi tahu sekarang kenapa di club club ada minuman gratis tapi kebanyakan dari anggota lebih suka membeli dari ambil yang gratis.
Kesimpulan:
Sejak masih kecil ,kita selalu mendengarkan kalimat  :" Bila ada yang gratis mengapa harus beli ?" Karena itu bila ada yang membagikan secara gratis, maka panjang antrian untuk mendapatkannya . Tidak jarang yang antri termasuk orang berduit .Â
Minggu lalu kami dikasih voucher untuk dapatkan masing masing 1 box ice cream, ternyata tidak ada antrian panjang disana .Padahal harganya lumayan. Â Seperti kata peribahasa:" Lain lubuk lain ikannya" Begitu pula dengan cara berpikir antara kita sebagai orang Indonesia dan orang Australia .
Prinsip mereka :" Biarlah yang tak mampu yang mengambil gratis " Jadi bukan masalah roti gratis, tapi sudut pandang atau filosofi hidup yang mungkin berbeda . Sejak saat itu kami juga tidak mau mengambil roti gratis,karena kalau untuk beli roti atau makanan lainnya,  kami masih punya cukup uang . Bahkan kami juga ikut dalam berbagai kegiatan sosial  sesuai kemampuan kami.Â
Kami jadikan peristiwa kecil tersebut sebuah pelajaran berharga dalam memaknai arti sebuah kehidupan .
23 Juli 2021.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H