Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuai Apa yang Kami Tabur (Seri 1)

14 Januari 2021   04:56 Diperbarui: 14 Januari 2021   05:28 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
berfoto dengan pakaian asli Taiwan (dok pribadi)

Saatnya Menikmati Keindahan Hidup

Setelah bercerita banyak tentang bagaimana hidup dalam suka duka bersama suami,saya merasa tidaklah fair  kalau saya hanya menceritakan susahnya saja tetapi senangnya tidak. Untuk itu saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya diajak travelling oleh  suami.

Jadi kalau selama ini yang saya ceritakan adalah bagaimana saya menjalani berbagai penderitaan sewaktu mendampingi suami dalam duka dan malang, maka kini.ijinkanlah saya menceritakan tentang bagaimana saya menikmati hidup dalam keadaan sukacita . 

Pertama tama kami menuju Pilipina bersama anak anak  Karena baru pertama kali mengunjungi negeri ini ,maka kami memilih ikut rombongan tur 

Salah satu acara yang masih saya ingat adalah saat ikut olahraga  Arum Jeram di Pilipina Walaupn sudah lama berlalu  tapi karena sangat menegangkan  maka saya tidak tidak dapat melupakan. Yakni bagaimana perahu karet yang kami tumpangi bagaikan sepotong sibuk dipermainkan arus air yang sangat deras  Ngeri menyaksikan bebatuan raksasa yang bertebaran disana. Syukurlah semuanya berlangsung dengan selamat karena dipandu oleh orang yang sangat piawai di bidangnya.Sayang sekali saking tegang kami tidak sempat mengabadikan moment tersebut. 

Rumah rumah di Pilipina hampir serupa dengan di Indonesia dan anak anakpun banyak yang berlarian dipekarangan rumah.Begitu jugs dengan pohon kelapa sangat banyak ditemui. Berada di Philipina serasa berada di kepulauan Indonesia 

Wisata ke Kota Orang Mati

Kami juga diajak jalan jalan ke kota orang mati. Karena seluruh rumah yang terdapat disana semuanya tanpa penghuni. Karena sesungguhnya semuanya adalah perkuburan.Apalagi sudah gelap dan hujan rintik rintik.sehingga membuat kami merinding . Menurut tour leader yang membawa kami kesini,rumah rumah dirancang persis seperti saat pemiliknya masih hidup.

Berkunjung ke Taiwan 

Kemudian kami ke Taiwan .Kami dibawa menyaksikan acara kesepian rakyat Dimana Saya dan suami menyempatkan diri berpakaian adat Taiwan untuk mengabadikan kedatangan kami . Pengalaman lain adalah saat kami dibawa dengan bis wisata melalui jalan sempit dipegunungan . Menyaksikan jurang yang dalam dipinggir jalan ,merinding rasanya 

 Yang menyenangkan hati adalah saat berkunjung ke Hualien city  Kota dimana sangat terkenal dengan produksi Batu Giok. Dan seperti kata iklan:" Anda belum sah ke Taiwan kalau belum membawa pulang batu Giok" Tanpa perlu saya minta,suami sudah memahami hobi saya . Tapi urusan tawar menawar adalah urusan saya hehehe 

Dan sepasang Gelang Giok serta kalung Giok sudah menjadi milik saya dihadiahkan suami tercinta. Yang saya simpan hingga saat ini sebagai kenangan 

Berkunjung ke Negeri  Sakura

berfoto dikaki gunung Fuji (dok pribadi)
berfoto dikaki gunung Fuji (dok pribadi)
Mengunjungi  Jepang 

Dengan anak anak kami ke Jepang untuk memenuhi impian  keliling dunia  Kami landing di Bandara Narita . Disini kami disambut tour leader yang akan membawa kami menjelajahi negeri  yang terkenal dengan bunga Sakura ini. Tapi saat dibawa ke toko perhiasan, harga barang barangnya selangit  Sehingga mendadak hobi shopping saya lenyap.  Saya hanya melihat lihat saja istilahnya cuci mata saja atau window shopping. 

Selama satu minggu kami keliling Jepang menikmati keindahan Jepang dan tempat tempat wisatanya, Makanan disana amat mahalnya bila dibandingkan dengan di Indonesia,sekali duduk kita menghabiskan Rp 50,000,- sekeluarga yang pada waktu itu kalau di Indonesia Paling sekeluarga Rp 20.000,-.Kami hanya membawa pulang souvenir kecil sebagai kenangan. 

Momentum ini merupakan kenangan manis yang tidak mungkin terulang lagi,sejak ketiga anak kami sudah berkeluarga Tinggal terpisah jauh dan masing masing sibuk dengan berbagai urusan keluarga 

Kesimpulan:

Seperti kata peribahasa hidup ini tak lepas dari Hukum Tabur dan Tuai  Setelah menjalani hidup dalam keterpurukan dan nasib berubah kami bekerja keras untuk menabur demi masa depan anak anak dan hari tua kami  Tak kalah pentingnya merawat cinta kami dalam duka dan duka Maka setelah badai kehidupan berlalu.kini tiba waktunya kami untuk panen apa yang kami taburkan selama ini.

Karena itu kami mengunakan waktu libur sebaik baikbya karena mungkin hanya sekali ini saja bisa menginjakkan kaki bersama ketiga anak kami  Dan ternyata memang benar ,berlibur bersama ketiga anak kami kini tinggal kenangan manis,sejak ketiganya berkeluarga. Selanjutnya kami berdua menjelajahi dunia 

14 Januari 2021.

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun