Dari kiri saya ,suami ,Pak Asrul Adami salaman Pak sunardi berdiri pakai dasi ,Pak Illyas  Ex Staf departemen Kesehatan (dok pribadi)
Pindah ke Jakarta
Seperti yang sudah ditulis pada artikel terdahulu ,yakni bagaimana kami mulai melangkah secara aktual untuk menanamkan arti dan makna toleransi  kepada anak anak kami  Dengan mulai dari  diri sendiri yaitu kami pindah dari zona nyaman dan aman , ke daerah pemukiman di Ulak Karang Padang. Dimana tinggal beragam etnis  yang mayoritas Muslim..Bergabung  dan berbaur dengan mereka seperti penduduk setempat.
Setelah beberapa tahun kemudian kami pindah dari Padang ke Jakarta dimana kami tinggal di Bintaro Jaya dan kemudian di Duri Kencana Raya.  Terakhir saat kami tinggal di Mediterranea Apartement Residences  ,tekad untuk berinteraksi dengan sesama penghuni mengalami hambatan. Karena orang begitu sibuk dengan urusan masing masing, sehingga hubungan dengan para tetangga hanya sebatas basa basi dengan saling mengucapkan Selamat pagi atau Selamat malam.
Kami lebih banyak mendapatkan kesempatan dengan bergaul dengan karyawan assuransi AIG LIppo dimana saya  bekerja pada waktu itu.
Menghargai Perbedaan
Hampir semua karyawan disana beragama Islam  Untuk mana saya sebagai pimpinan unit disana saya memberikan mereka kesempatan untuk menunaikan Ibadah Sholat. Bila sesekali ada acara makan bersama ,agar semua dapat menikmati makanan tanpa ragu ,mama saya memberi tugas kepada Staff untuk memesan masakan Padang, yang sudah pasti halal bagi umat Islam.Â
Hal yang tampak sepele tapi menciptakan hubungan persahabatan dengan mereka. Dengan prinsip sederhana Inilah saya dan suami mulai menjelajahi hampir seluruh pelosok NusantaraÂ
![foto-effendi-roselina-di-surabaya-3-jpg-5fe09f168ede4872ac2aa5f2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/21/foto-effendi-roselina-di-surabaya-3-jpg-5fe09f168ede4872ac2aa5f2.jpg?t=o&v=770)
Keliling Indonesia
Sewaktu keliling Indonesia sebelum mulai acara selalu diawali dengan doa pembukaan. Dan  selalu memberikan kesempatan kepada salah seorang peserta untuk memimpin doa Dan kami  berdoa menurut ajaran masing masing .Biarpun acara diskusi dan seminar adalah acara kami ,tetapi  tetap kami meminta pemuka masyarakat yang meminmpin doa bersama. Hal ini menyebabkan kelegaan kepada semua Peserta yang mayoritas MuslimÂ
Toleransi dalam masalah uangÂ
Disetiap Lokakarya bila ada peserta yang ingin ikut tapi uangnya tidak cukup ,tetap kami kasih kesempatan dengan menambah kekurangan uang dengan uang pribadi Tidak pernah ada yang pulang dengan kecewa ,hanya karena kekurangan biaya .Walaupun nilai nominal tak seberapa tapi bagi mereka yang hidup dalam kekurangan, hal kecil ini sungguh merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Mereka mengerti bahwa kami datang untuk berbagi dengan cara dan gaya berbeda .
![bandar-aceh-3-5fe0a03dd541df054317ae02.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/21/bandar-aceh-3-5fe0a03dd541df054317ae02.jpg?t=o&v=770)
Dimana kami singgah kami selalu mengadakan pendekatan dengan orang orang setempat sehingga kami  diterima dalam lapisan masyarakat disana tanpa pengecualian Sehingga terbentuklah persahabatan kami dengan penduduk dimana kami singgah Misalnya di Bandar Aceh ,saya hanya menyebut beberapa nama karena tidak mungkin menulis semua nama  Ada .Pak Asrul Adami dan Jasman ,Hesti . Di Medan ,Pak Idham Makmur,Hanafie,Ibu Setiawati dan Fitry.Â
Di Padang Alkaf,Yulianti,Boyke Abdilah,Jambi  Rusdiansyah dan Qulbu ,Palembang Ibu Bidasari ,Bengkulu,Rabiatun dan Lampung Abdul Hamid .Jakarta  Agung,Junaidi ,Bandung SUsi dan Bambang ,Tegal Joni,Olip dan Onni ,Semarang Budi Nur  dan Suremi Jogja,Sunardi dan Rohlan,Mangelang Pak Alit Maryono dan Pak HarryÂ
Purwokerto ada  Sugiarto dan Wawan ,sedangkan di Banjarnegara ada  Pak Toto Sudargo dan mbak Dyah Ambarwati,Solo Gunawan dan bu Ina serta Pak Arif Wijayanto Terus berlanjut ke Surabaya ada pak Sarwono  Oentoro dan  ibu Magdalena.
Di Malang Bu Endang dan Eko Widodo.Bali ,Harjo dan Kumara,dan Anto.Mataram Bu Nurul dan Pak Kol Bambang Winarno.Kupang Bu Anika Oriana Suekh ,di Ende Markus Tunggal dan Arnold ,Maumereh  Gabriel Makasar Dr Haj .Zainab ,Kendari Mbak eka Sanib,Menado Pak Tenne dan Loho ,Banjar Masin Bu Uning Mawar Sini dan haji  Baudin ,Samarinda  Benny King ,Sulaikah
Dan  Balikapan  ada Bu Sri dan Slamet ,Palangkaraya  Bu Tuty Hendrawati  dan suami  Di  Jayapura .Pak Wayan Pranata Pak Carlo  Serra  Max Krey  serta pak Yopy di Biak.
Kesimpulan :
Kita mungkin saja pintar dalam bertutur kata.,Tetapi orang menilai diri kita melalui sikap dan perbuatan  kita. Cukup sekali saja tindakan kita tidak sesuai dengan apa yang kita katakan maka selamanya orang tak akan mempercayai kita .Karena hidup damai dalam keberagaman bukan slogan  ,tapi melalui tindakan nyata . Walaupun kami tidak pernah melakukan hal yang spektakuler, tapi ternyata dengan hanya melakukan hal hal kecil dan tampak sepele dengan penuh cinta  ternyata kami diterima bukan hanya dengan tangan terbuka  ,tapi dengan hati .
Perhatian dan bantuan kecil yang tampak sepele  tapi bila dilakukan dengan setulus hati ternyata mampu menjembatani semua perbedaan. Kami bersyukur telah mendapatkan tempat di hati ribuan orang .
22 Desember 2020.'
Salam saya,'
Roselina