Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernak-pernik dalam 18 Kali Pindah Rumah (Seri 5)

6 November 2020   05:07 Diperbarui: 6 November 2020   09:07 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto didalam rumah Wisma Indah dari kanan nomor 3 suami,saya dan Maegaretha(dok pribadi)

Setelah menetap di Wisma Indah kami masih mengunakan rumah yang di jalan kampung Nias sebagai kantor dibagian depan ,sedangkan dibagian belakang berfungsi  sebagai.gudang.

Pada suatu hari ada tamu dari Medan datang kerumah kami. Setelah berbincang bincang, pak Tjong menyampaikan maksud kedatangannya yakni  berniat membeli Kantor dan gudang kami dikampung Nias. Karena hasil dari penerawangannya rumah kami sarat hoki berdasarkan Fengshui. Karena bagian depan kecil tapi didalam luas Bahkan ia berani membeli dengan harga fantastis 

Karena penawarannya tinggi dan bisa memberi kami keuntungan bagi perkembangan usaha kami maka setelah kami berunding ,maka kami setuju untuk menjualnya.

Lalu kami mengontrak kantor merangkap gudang di Jalan Niaga didepan pos Polisi Pondok  .Sisa uang penjualan Rumah kampung Nias Kami beli dua buah rumah di Wisma Indah,jadi kami punya tiga rumah ditambah Paviliun jadi  4   ,sebagai investasi .Rezeki memang bisa datang darimana saja. Karena belum lama kami beli,harga rumah di Wisma Indah I  meroket .

Foto sewaktu baru pindah ke Wisma Indah makan bersama(dok pribadi)
Foto sewaktu baru pindah ke Wisma Indah makan bersama(dok pribadi)

Piagam Penghargaan

Pada tahun 1985 kami memenangkan perlombaan mengenai lingkungan .Sebenarnya kami tidak ikut lomba tapi ketika diteliti.oleh panitia sewaktu kami tidak dirumah, ternyata rumah kami dinilai terbaik dan terindah halamannya.

Kami menanam beraneka bunga yang bibitnya kami bawa dari Singapore .Saya dan suami hobi. bercocok tanam karena dari dulu memang sudah biasa dirumah menanam aneka ragam bunga .Setiap hari setelah pulang dari kantor kami mengisi waktu dengan berkebun.

piagam dari menteri lingkunan hidup Prof.Dr Emil Salim dan DR Siswono Yudohusono(dok Pribadi)
piagam dari menteri lingkunan hidup Prof.Dr Emil Salim dan DR Siswono Yudohusono(dok Pribadi)
Hidup tidak selamanya indah 

Ternyata disamping senang karena rumah yang kami jadikan investasi harganya melonjak ternyata badai kehidupan itu tiba secara beruntun 

Bermacam kejadian dalam waktu hampir bersamaan. Antara lain.: kami ditipu mitra bisnis  Singapore  yang tidak mau membayar Pinang yang kami ekspor sebanyak 65  Padahal kami sudah bertahun tahun menjadi mitra bisnis. Kemudian masaalah tuduhan gambir palsu oleh Polisi , yang menyebabkan kami rugi puluhan juta  Bahkan suami sempat ditahan selama berminggu minggu ,yang ternyata hanya tuduhan mengada ada  . Akhirnya suami dibebaskan karena tidak terbukti bersalah Tapi kerugian sudah terjadi   Belum lagi orang kepercayaan kami melarikan uang perusahaan dalam jumlah besar. Kejadian bertubi tubi ini sungguh merupakan pukulan keras bagi kami. 

3 Tahun kemudian baru kami bisa bangkit lagi

Butuh waktu 3 tahun sehingga kami bisa bangkit lagi. Bahkan saya sempat menjadi sopir antar jemput anak sekolahan. Pukulan yang luar biasa bagi kami  Berdua kami sehati menghadapi badai kehidupan ini.

Bersyukur, ketiga anak kami telah menyelesaikan studi mereka. Irmansyah selesai di California State Univ.pada tahun 1987 sebagai Master of Computer Science dengan predicate magna cumlaude. Irwan selesai dari Bisnis serta Irvianti  menyelesaikan studi di Interior design.

Setelah putra kami menikah dengan gadis Purwokerto dan mempuinyai seorang Putra Kevin Exkalibur Effendi Mereka kemudian Pindah ke Bogor. Kami merencanakan untuk pindah ke Jakarta  dengan membeli rumah di Bintaro Tangerang di Jl Pisok 5 no 8.

Pindah ke Jakarta

Usaha kami di Padang kami serahkan pada teman suami Karena dari ketiga anak kami tidak satupun yang berminat melanjutkan usaha Export Tahun 1990 kami pun berangkat ke Jakarta dan menetap di Jakarta. 

Kami berusaha membuka toko Stationeri di Princen Park  Mangga Besar.Merangkap menjadi Supplier dari perusahaan kontraktor di Cikarang. Menjadi Supplier ini memang keuntungan nya sangat menjanjikan Tapi ketika kami diajak bersekongkol oleh Kepala bagian penerimaan barang dengan tegas kami tolak.

Katanya :"Take it or leave it" Dan suami memilih leave it !

Kesimpulan : 

Untuk mendapatkan hasil dari jerih payah kita,ternyata selalu ada resiko  Salah satunya adalah menghadapi godaan untuk ikut bersekongkol demi mendapatkan keuntungan besar Untuk ini dibutuhkan keberanian dan ketegasan untuk menolak

Dan saya bersyukur suami tidak pernah tergoda untuk ikut permainan yang kotor ,demi mendapatkan keuntungan besar  Bila perlu memutuskan hubungan dengan orang lain yang terkait yakni memilih untuk leave it 

6 Nopember 2020.

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun