Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernak-pernik dalam 18 Kali Pindah Rumah (Seri 1)

2 November 2020   04:54 Diperbarui: 2 November 2020   05:20 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penginapan di Benteng Bukit Tinggi (dok pribadi)

Sejak menikah  tanggal 2 Januari 1965 di Padang, kami tinggal  sementara di rumah orang tua saya yaitu di Jalan Mohammad Yamin no 122 Padang.

Berbeda dengan pengantin baru yang lain, karena keterbatasan dana ,maka kami  hanya 3 hari  berbulan madu di Bukit Tinggi yang jaraknya sekitar 2 jam perjalanan dengan bis umum. Kami hanya nginap selama 3 hari di Hotel tanpa bintang dan pulang ke Padang 

Sesuai rencana sebelum menikah ,dari Padang  kami menuju Medan dengan menumpang bis ALS. Kami bertekad  akan tinggal dan bekerja di disana, karena tidak ingin menjadi beban bagi kedua pihak orang tua kami 

Penginapan di Benteng Bukit Tinggi (dok pribadi)
Penginapan di Benteng Bukit Tinggi (dok pribadi)
Di Medan kami menumpang dirumah tante saya yang lokasinya di Jalan Gandhi no39 F di Simpang jalan Asia. Tante yang bersuamikan orang Malaysia dan suaminya sering berada di Malaysia,senang kami bisa tinggal bersamanya .Tante punya anak dua orang yakni  satu laki laki dan satu perempuan.Nama kedua anak tersebut Un Pin dan Un Mei.

Tinggal bersama tante memang enak Tapi kami harus bekerja untuk  masa depan kami, karena tidak mungkin kami menumpang terus dirumah tante selamanya.

ilustrasi :https://www.google.co.id/searcq=Image+rumah2+di+jalan+Gandhi+simpang+Asia+Medan
ilustrasi :https://www.google.co.id/searcq=Image+rumah2+di+jalan+Gandhi+simpang+Asia+Medan
Kami sering diajak jalan jalan ke Medan Baru  dan nonton dibioskop .Karena masih belum mendapatkan pekerjaan suami coba mulai berdagang antar kota  Medan - Padang. Tapi terus  merugi karena belum pengalaman. Sehingga seluruh modal hasil kerja kami sebelum menikah plus uang pinjaman dari tante  ludas semuanya .Sementara itu kesehatan suami menurun karena kecapaian bolak balik naik bis Medan Padang 

Bersyukur ada teman yang membantu sehingga akhirnya kami dapat pekerjaan di daerah Petumbak didaerah Tanjung Morawa. Sekitar 35 km diluar kota Medan  yakni daerah Deli Serdang 

Pindah ke Patumbak  

Kami pun Pindah dari rumah tante ke perumahan pabrik di Patumbak di bangsal yang dihuni oleh buruh pabrik  dari PT Pikani . dimana kami bekerja Disini kamar mandi hanya dua dan wc umum juga dua Maka kami harus bangun jam 04.00 pagi untuk ikut antri sebelum dapat mengunakan fasilitas tersebut.

Tapi baru seminggu ,suami mengalami demam malaria disana .Tante mendatangi pimpinan pabrik untuk minta supaya kami dipindahkan kerumah kerani (istilah karyawan kantoran ) dan kebetulan ada satu rumah kerani yang kosong karena pindah . Kami pindah keperumahan karyawan sehingga tidak perlu antri lagi.kalau mau mandi dan ketoilet karena  ada dalam rumah tersebut.

Disini kami memelihara itik  sebanyak 10 ekor dan ayam sebanyak 5 ekor.Setiap sore kami kelapangan pabrik untuk mencari keong guna dimakan itik supaya cepat bertelur dan mengambil kangkung dipematang untuk makanan campuran itik tersebut. Kami menjalani semuanya dengan sabar dan berharap akan ada peluang mengubah nasib. Tetapi ternyata harapan kami tidak menemukan titik terang. 

Kerusuhan terjadi

Pada September 1965 terjadi kerusuhan G30 S di Medan  Kuatir  karena sudah banyak orang terbunuh entah oleh siapa ,kami disarankan oleh teman sekerja agar bersembunyi di ruang pengeringan karet dilantai 3 . Tapi tetiba dapat kabar lagi bahwa pabrik karet mau dibakar ,maka kami berdua lari ke hutan dibelakang pabrik.  Bersembunyi di semak semak Sepanjang hari kami tidak makan sama sekali Karena sewaktu lari ,suami hanya sempat meraih pisau dapur dan sebotol air minum.

Sepanjang malam kami tidak bisa tidur  karena seluruh tubuh jadi sasaran nyamuk. Malam hari turun hujan gerimis dan kami  berada disemak belukar menyebabkan kami menggigil kedinginan. Hanya kami berdua dan Tuhan yang tahu bagaimana perasaan kami pada waktu itu .

Esok harinya suami berpesan agar saya jangan kemana mana karena ia akan mencoba mencari sesuatu yang dapat dimakan. Dengan menutup kepala dengan kaos  ,suami berjalan diantara rombongan sapi . Saya menunggu dengan was was sambil berdoa.  Bersyukur tak lama kemudian suami kembali dengan membawa bungkusan Ternyata ketemu sesama orang Padang  dan dibekali nasi goreng.Rasanya bagaikan mendapat santapan dari surga 

Karena situasi keamanan tidak menentu ,kami merasa sangat susah untuk diam dirumah didaerah Patumbak  Maka kamipun minta berhenti dan sementara balik  kerumah tante kembali Dan   pada tahun 1966 kami memutuskan untuk pulang ke Padang karena tidak ingin membebani tante. 

Kesimpulan:

Pasangan pengantin baru pada umumnya  memiliki kenangan indah Setelah sempat menikmati bulan madu selama berminggu minggu, setelah itu mereka dapat melanjutkan hidup berumah tangga ditempat yang aman .

Sebaliknya kami hanya memiliki kenangan pahit ,karena setelah berbulan madu 3 hari kami sudah harus menghadapi pahit getirnya kehidupan.

Yakni gagal dalam usaha dan gagal mengubah nasib dirantau orang Bahkan suami hampir mati terserang Malaria. 

Akhirnya dengan menahan rasa malu.kami akhirnya pulang kampung dengan kondisi gagal merantau dan keuangan minus. Selain itu kami masih berhutang pada tante 

Inilah pelajaran hidup yang pahit ditahun tahun pertama pernikahan kami dan masih berlanjut dengan pelajaran lainnya. Kami baru sadar bahwa perjalanan hidup tidak seindah kisah Cinderella 

2 Nopember 2020.

Salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun