Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Kisah Perjalanan Hidup (seri 3)

18 September 2020   04:58 Diperbarui: 18 September 2020   06:53 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto pada tahun 1968 ( dok pribadi)

Mulai mengawali hidup dengan nol 

Sekembalinya kami dari Medan Pertama tama kami tinggal bersama orang tua.suami  di Pulau Karam.Suami menjadi guru sekolah dasar di RK II untuk kelas lima dan saya menerima private less dirumah.Selama saya jadi guru less semua anak dari ipar saya belajar pada saya secara gratis .

Setelah dua tahun kemudian suami mulai mengajar di SMP Pius dalam mata pelajaran ilmu Bumi sedangkan saya tetap mengambil private  less untuk anak anak SD berlajar berhitung Sedangkan anak anak SMP berlajar ilmu ukur dan Aljabar dari saya. Lumayan banyak murid saya sehingga bisa cukup untuk kehidupan kami kalau penghasilan kami berdua digabungkan 

Menjadi guru di SD (dok pribadi)
Menjadi guru di SD (dok pribadi)
Kelahiran Putra Pertama

Kemudian kami pindah ke rumah orang tua saya Waktu itu suami telah bekerja di CV Baguna .Suatu hari dia diajak teman sekantor  untuk pergi dengan berbonceng di skuter Menurut teman yang bawa Scuter telah biasa dia bawa Tetapi ternyata sewaktu ditingkungan seharusnya dia memperkecil gas dia malah menekan gas sehingga  menabrak pohon kenari di Muara Padang  

Akibatnya suami terpelanting dan  jatuh pingsan Kakak ipar  dengan sangat hati hati memberitahukan kepada saya bahwa suami alami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit , karena saya lagi hamil tua

Selesai wisuda 1972 (dok pribadi)
Selesai wisuda 1972 (dok pribadi)
Saya melahirkan Putra pertama kami yang diberi nama  Irmansyah Effendi Yang mana sewaktu kembali dari rumah bersalin dijemput pakai bendi yang di Padang disebut Dos .Tidak ada perayaan apapun atas kelahiran putra kami karena kondisi keuangan kami sangat memprihatinkan Bahkan untuk tempat tidurnya hanya memanfaatkan gerobak kayu 

1966-irmansyah-4-bulan-5f63f61d097f360f68626033.jpg
1966-irmansyah-4-bulan-5f63f61d097f360f68626033.jpg
usia anak pertama baru 3 bulan (dok pribadi)

Pindah Lagi

Setahun kemudian kami pindah dengan kontrakan di  jalan Ratulanggi dipaviliun  milik keluarga asal dari pulau  Jawa Kami tinggal disini selama satu tahun Kemudian pindah lagi di Pulau karam dibelakang pabrik kecap Ang Ngo Koh 

Disini anak kami Irmansyah yang berusia 3 tahun banyak membantu saya Pagi pagi sekali bangun dan memompa air serta menyaringnya untuk saya pakai cuci pakaian .

Persis didepan tempat kami tinggal di tanah Kongsi(dok pribadi)
Persis didepan tempat kami tinggal di tanah Kongsi(dok pribadi)
Pindah ke. Tanah Kongsi 

Setahun kemudian kami pindah ke tanah Kongsi karena disana kami bisa sambil tinggal dan berjualan . Setiap pagi saya dan Irmansyah kestasiun untuk membeli kelapa Biasanya kami ke Stasiun Indarung atau kestasiun Pariaman supaya bisa memilih kelapa yang tua dan besar yang akan dijual di Tanah Kongsi dengan keuntungan Rp 5 setiap kelapa ,setelah diparut oleh suami Hidup kami disini sangat sulit bagi saya menceritakannya Bagaimana kami harus hidup diantara tikus ,kecoa,cacing dan lipan serta kalajengking

Tanah Kongsi tempat dulu kami tinggal dan berjualan (dok pribadi)
Tanah Kongsi tempat dulu kami tinggal dan berjualan (dok pribadi)
Sementara itu saya membaca ada pengumuman dikoran tentang IKIP membuka kesempatan untuk para ibu yang sudah berkeluarga bisa melanjutkan studi di IKIP supaya bisa mengajar nantinya. Saya mohon pada suami supaya saya diizinkan untuk ikut kuliah di IKIP dan disetujui.

 Maka saya setelah mempersiapkan segala sesuatu di Pasar kemudian pergi ke Air Tawar untuk kuliah di IKIP jurusan Exacta dan suami mengambil jurusan sastra .

Kesimpulan 

Perjalanan hidup tidak seindah angan angan sebelum menikah Bahkan tidak jarang  kami harus menjalani hidup yang keras dan menakutkan serta menggerikan. Anak tergolek sakit dan suami batuk darah serta tubuh saya yang cuma tersisa 39 kg wuiiiih 

Karena itu kami bersyukur tak henti hentinya kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah melalui semuanya dengan selamat.Sungguh terkadang serasa bagaikan mimpi kami bisa hidup di Australia. Hal yang bila di takar secara matematika adalah sesuatu yang mustahil.Tapi bila Tuhan mengizinkan nothing is impossible 

18 September 2020.

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun