Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Hidup Seperti Truk Gandengan

21 Februari 2020   04:38 Diperbarui: 21 Februari 2020   04:38 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: indotrucker.blogspot.com

Perumpamaan truk gandeng dan rel kereta api ,mungkin  dapat dijadikan bahan renungan dalam kehidupan rumah tangga. Mungkin karena alasan ini juga,bahwa dulu  di KTP ditulis Pekerjaan Isteri :"ikut suami" tapi belakangan telah diganti dengan tulisan :"ibu rumah tangga."

Contoh lain, saya dan suami tiap hari keluar rumah ,untuk berbagai keperluan. Begitu suami duduk di belakang kemudi kendaraan ,hadiah dari putra kami maka   saya selalu mengambil tempat duduk disamping suami yang nyetir.

Kalau suami terlalu berkendara terlalu cepat, saya mengingatkan supaya mennurunkan kecepatan sesuai dengan aturan kecepatan maksimum, misalnya  80 km/jam  Karena kalu kecepatan melebihi akan kena tilang. dan bahkan dapat membahayakan kami berdua ,serta pengguna jalan raya lainnya. 

Begitu juga kalau ada mobil yang nyalip ,saya langsung ingatkan hati hati  karena bisa berbahaya .Dan saya bersyukur,suami menyadari,bahwa hal ini bukan karena saya ingin mengatur ngatur dirinya melainkan demi untuk keselamatan kami berdua. Bahkan, tidak jarang, bila hujan lebat dan kami masih di jalan maka suami sering mengatakan:" Sayang,tolong ingatkan saya ya ,bila saya lari terlalu cepat"

Tidak Mencampuri Urusan Suami,Tentu Bukan Berarti Kita Bersikap Masa Bodoh

Sejak dari kami menikah,saya tidak mencampuri urusan suami.Bahkan hingga kini,kalau suami lagi menulis,saya tidak pernah tanya,suami menulis tentang apa? 

Tapi tentu bukanlah berarti saya bersikap masa bodoh,karena dalam hal yang dianggap perlu, terutama bila  dapat membahayakan,maka tanpa diminta saya akan mengingatkan suami .Sehingga suami tidak merasakan saya sebagai istri yang nyinyir, tapi dapat menerima saran dan masukan dari saya. 

Kesimpulan:

Saling menghormati dan saling menghargai,bukanlah berarti mengikuti apa saja kata suami,seperti ilustrasi :"truk gandengan " diatas.Melainkan hidup berdampingan dan selalu saling mengingatkan.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya ,terutama bagi generasi muda

21 Pebruari ,2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun