Ibarat Melakukan Perjalanan, Selalu Harus Diawali Langkah Pertama
Dua orang bersaudara kandung,seibu dan seayah saja, kalau mau hidup rukun dalam satu rumah,maka keduanya harus mau saling mengalah.Â
Bila salah satu menganggap diri paling benar atau paling pintar, maka mungkin setiap hari akan cekcok dan berantem. Apalagi dua orang yang awalnya tidak saling mengenal dan baru setelah dewasa saling mengenal, akan tinggal bersama.
Tidak hanya tinggal serumah,tapi satu kamar. Dan bukan dalam waktu sebulan atau setahun, tapi seumur hidup.
Gaya dan cara hidup ,sudah pasti berbeda,karena keduanya di lahirkan oleh orang  tua yang berbeda dan dididk dengan jalan yang berbeda.Â
Tiba-tiba harus hidup dan tinggal serumah, maka mutlak diperlukan kerelaan untuk mau saling mengalah. Saling mengalah, bukan karena takut ,melainkan karena saling menghormati dan saling menghargai.
Dimulai Dari Hal-hal Kecil
Pasangan suami isteri kalau pingin hidup rukun harus mau saling mengalah satu dengan lainnya Kata mengalah  ini cukup berpotensi dimana pasangan harus secara positive melakukannya,karena kalau hanya kata kata saja tanpa tindakan tidak mungkin bisa terpenuhi.Â
Mulailah mengalah dari uruskan yang kecil kecil,  sambil berlatih ,mempersiapkan diri ,agar mampu mengalah dalam  urusan yang besar. Untuk mana ,saya ingin berbagi  cara kami menjalani hidup selama lebih dari setengah abad.
Apa saja yang dimaksud dengan urusan kecil?  Misalnya kalau malam mau tidur suami kebiasaannya  lampu dimatikan, sedangkan saya  tidak bisa tidur kalau tidak terang.Â
Maka dicarilah jalan tengah, yakni lampu tetap  menyala , dengan menghidupi lampu tidur, sehingga suasana  tidak terang benderang sehingga suami bisa tidur  tanpa terganggu  dan juga tidak gelap gulita,sehingga saya,juga dapat tidur nyenyak ,karena tidak berada dalam kegelapan
Contoh lainÂ
Suami biasanya hanya mau nonton flm Action,seperti  Film Rambo ,Film Kungfu dan sejenisnya,  sedangkan saya suka flm drama dan history,maka sekali kali suami nonton juga ikut nonton tapi tidak pernah mengambil alih remote dan mengganti film yang sedang asyik saya tonton.Â
Kami duduk berdampingan.Suami sibuk membaca atau menulis,sedangkan saya duduk santai sambil menikmati film drama Korea. Hal yang tampaknya sepele tapi bila masing masing tidak mau mengalah,bisa menyebabkan terjadinya pertengkaran,hanya gara gara rebutan remote control TV.
Urusan MakanÂ
Sejak dulu,suami hobi sarapan dengan sebungkus mie instant dan telur mata sapi.Saya sendiri lebih suka makan nasi dengan lauk pauk. Maka kami atur ,bila hari ini sarapan dengan indomie dan telur mata sapi,esok harinya,kami sama sama makan nasi.Walaupun sesunggunya suami tidak suka makan nasi sebagai sarapan.Â
Karena sudah terbiasa saling mengalah,maka sama sekali tidak ada lagi masalah mengenai makanan Kalau hal hal kecil sudah bisa diatasi maka hal hal besarpun bisa diatasi dengan berunding baik-baik agar tidak terjadi masaalah dalam kehidupan berumah tangga.Â
Karena kami berdua,hanyalah manusia biasa seperti orang lain,maka tidak mungkin,tetiba bisa akur secara otomatis. Semuanya butuh proses pembelajaran diri .Kuncinya adalah mau  dan siap untuk saling mengalah dan saling memahami.
Harus Mau Mengubah Kebiasaan Sebelum Menikah
Sebelum menikah, dihari libur , saya biasanya  bebas pergi berjalan jalan bersama teman teman wanita. dan pulang malam hari.Tapi setelah menikah,  suani tidak setuju, maunya kalau libur ,kami jalan bersama sama. Sementara itu,saya merasa tidak bebas bila kerumah teman ,didampingi suamiÂ
Sementara itu, kebiasaan suami pergi berbuiru dengan teman temannya ,dan baru pulang hingga malam hari.Sebagai seorang istri,tentu saja saya tidak senang ditinggal sendirian dirumah. Sedangkan untuk ikut berburu, tentu tidak mungkin bagi saya.
Untuk menyesuaikan diri,butuh waktu dan kerelaan untuk saling mengalah,sehingga akhirnya kami sudah terbiasa,kemana mana pergi bersama sama.
Menyangkut Karir
Hal yang paling berat bagi saya,adalah ketika harus memilih,antara karir dan suami . Berada dipuncak karir setelah kerja keras bertahun tahun dan kini saat berada di puncak prestasi,harus meninggalkan semuanya demi suami.
Saat paling berat bagi saya sebagi istri,bukanlah ketika harus mendampingi suami hidup melarat, tapi justru ketika harus meninggalkan karir di bidang financial .demi memenuhi impian suami untuk berkeliling Indonesia,sambil mengajar tehnik penyembuhan reiki.
Saya bersyukur, setelah hampir sebulan merenungkan,maka dengan mantap saya memilih ikut mendamping suami dan meninggalkan karir saya.
Membina rumah tangga,tidak seperti kisah cinta di layar lebar,karena sungguh dituntut bukan hanya saling mencintai,tapi juga mau saling mengalah,saling menghargai dan saling menghormati. Dengan landasan ini,kami mampu merawat hidup permikahan ,yang sudah kami lalui lebih dari setengah abad ,dengan penuh rasa syukurÂ
Semoga cuplikan perjalanan hidup kami ini, ada manfaatnya bagi para pembacaÂ
23 Desember ,2019.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H