Saking sedih dan jengkel, ia meninggalkan rumah dan  pergi kerumah puterinya yang sudah nikah dan tinggal disana. Berkali kali ditelpon sang isteri tidak mau pulang karena masih jengkel atas perlakuan suaminya.Â
Karena saya adalah teman baik dari istrinya, maka Akhmad minta tolong supaya saya menelepon istrinya agar mau memaafkan dirinya. Namun, walaupun istrinya adalah teman baik saya ,tapi saya tidak ingin mencampuri urusan keluarga orang lain. Apalagi menyangkut hal yang sangat pribadi
Saya menyarankan  Pak Akhmad berkunjung ke rumah puterinya dan memohon maaf pada isteri dan berjanji  tidak lagi melakukan hal semacam itu. Walaupun begitu kita sepakat untuk menikah,maka dalam rumah tangga tidak ada lagi, uang kamu dan uang saya, melainkan uang kita bersama.
Akan tetapi bukan berarti sudah tidak ada lagi tata krama dalam rumah tangga, Saling menghargai dan saling menghormati berlaku kapan saya dan dimana saja,termasuk dalam rumah tangga. Â Bukan berarti kalau sudah menjadi suami istri, lantas pasangan hidup kita boleh berbuat semaunya,karena merasa semua milik bersama.
Pengalaman pribadi
Hal inilah yang sejak menikah kami terapkan. Kalau mendapatkan transfer uang dari anak anak kami,semuanya masuk kedalam rekening saya.Tapi selalu saya  beritahukan kepada suami. Kalau mau dipakai untuk apa dirundingkan dahulu baru dipakai atau dibagi dua sehingga masing masing dapat membeli kebutuhan pribadi. Â
Bukan masalah uangnya,melainkan antara suami istri,tetap saja harus saling menghargai dan saling menghormati,agar keharmonisan dalam rumah tangga tetap langgeng.
5 Juli 2019.
Salam saya,
Roselina.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI