Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Istri Ikut Berbisnis, Kenapa Tidak?

22 September 2018   08:33 Diperbarui: 22 September 2018   11:02 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada Rambu-rambu yang Harus Ditaati

Kita sering melihat atau mendengar seseorang wanita yang menikah tetap berbisnis. Sang istri memegang jabatan sebagai komisaris perusahaan dimana suami sebagai boss, atau  isteri merangkap sebagai sekretaris dalam perusahaan suami.

Tentu saja hal ini akan sangat mendukung kelangsungan hidup perusahaan dan sekaligus merupakan peluang bagi wanita yang sudah berkeluargai, agar tidak hanya sebatas "ibu rumah tangga" tetapi juga dapat berperan sebagai bisnis woman.

Saya sendiri mengalami hal tersebut, dimana suami  sebagai eksportir rempah-rempah dan hasil bumi, sewaktu masih di kota Padang. Dan saya sebagai komisaris perusahaan suami dan merangkap sebagai sekretaris di perusahaan.

Bahkan karena pemilik perusahaan adala suami sendiri, maka selain dari tugas sebagai sekretaris, bila suami saya berhalangan, maka saya bisa memutuskasn transaksi dengan luar negeri yang disepakati via telpon.

Bila Kedatangan Tamu dari Luar Negeri

Bila tamu datang, biasanya  kami jemput  bersama-sama dan dibawa ke kantor kami atau makan siang, sambil membicarakan urusan bisnis. Dan bilamana kebetulan suami sedang ada urusan di bank atau  bila kebetulan suami lagi tidak enak badan, maka tamu diminta hadir di kantor saja atau kalau terpaksa menemui tamu cukup hanya di lobi hotel saja. Karena biar bagaimanapun seorang istri, harus pandai menjaga martabat diri sebagai seorang wanita karir dan sekaligus sebagai seorang istri.

Ada Rambu yang Tidak Boleh Dilanggar

Beberapa hari yang lalu seorang  putri teman saya, kita sebut saja Ina, curhat pada saya. Bahwa ia juga ikut berbisnis dengan suaminya di perusahaan mereka.

Sebagai wakil direktur dan sekertaris, Ina diberikan wewenang oleh suaminya, untuk memberikan keputusan dalam berbisnis, mengingat suaminya sering keluar negeri untuk urusan bisnis

Suatu hari kebetulan suaminya ke Singapura mereka kedatangan tamu bisnis datang ke Jakarta tempat Ina tinggal dan menelepon supaya bisa ketemu untuk urusan bisnis. Sementara ia tidak dapat menunggu kepulangan suami Ina dari Singapura.

Tidak ingin kehilangan kesempatan untuk peluang bisnis, maka Ina datang ke hotel di mana tamu menginap. Karena suami lagi di Singapura maka malam itu Ina pergi sendiri ke hotel tempat tamu menginap.

Setelah petugas penerima tamu menghubungi kamar tamu, maka intercom diserahkan kepada Ina. Ternyata tamu datang dengan anak istrinya dan mengundang Ina untuk datang ke kamarnya.

Mendengar tamu datang dengan istri dan anak-anaknya, maka Ina langsung menuju ke kamar dimaksud. Selain pertemuan bisnis, sekaligus merupakan kesempatan untuk  mengenal keluarga mitra bisnisnya.

Suami Sangat Berang

Kejadian tersebut sudah berlalu beberapa hari, ketika suami Ina pulang, tiba-tiba ia sangat marah pada Ina, karena mendapatkan kabar dari temannya bahwa istrinya menemui teman bisnis di kamar hotel, malam hari. Ia menanyakan hal ini kepada Ina. Walaupun sudah dijelaskan oleh istrinya bahwa di kamar hotel ada istri dan anak-anak dari tamunya, namun tetap saja suaminya tidak dapat menerima hal tersebut, 

Ina menanyakan saya apa salahnya maka suami marah? Di dalam kamar hotel. bukan hanya ia dan tamu, melainkan ada istri tamu tersebut dan Ina tidak ada berbuat apa-apa hanya membahas  usaha suaminya saja.

Saya menyampaikan pandangan pribadi saya pada Ina, bahwa  seharusnya memang ia tidak harus melakukan hal tersebut, karena siapa yang tahu di dalam kamar hotel selain dari tamu ada anak-anak dan istrinya? Orang yang melihat Ina masuk ke kamar hotel seorang diri, menemui tamu sudah menimbulkan image yang negatif.

Tentu tidak mudah untuk menjelaskan kepada setiap orang bahwa di dalam kamar, kita tidak hanya berduaan, tapi ada anak-anak dan istri tamu. Jalan terbaik adalah bilamana kondisi memaksa untuk bertemu mitra bisnis di hotel, maka cukuplah di lobi hotel. Lebih baik kehilangan kesempatan bisnis, daripada kehilangan martabat sebagai seorang wanita dan sekaligus sebagai seorang istri.

Kejadian yang tampak sangat sepele, tapi tidak dapat dianggap remeh, karena menyangkut marwah dan martabat keluarga. Bayangkan, bilamana tersebar berita, bahwa diri kita sebagai wanita, datang malam malam ke kamar hotel, untuk menemui seseorang?

22 September  2018.

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun