Zaman dulu, kaum wanita hanya dikenal sebagai Ibu Rumah Tangga yang kerjanya hanyalah mengasuh anak, memasak, menjahit, mencuci, dan membersihkan rumah. Karena yang dikerjakan kaum pria, sebab wanita dinilai tidak pantas untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat.
Pada abad ke 19, tepatnya 21 April 1879, lahirlah seorang wanita bernama R.A. Kartini yang melalui tulisan-tulisannya telah menampilkan tentang emansipasi wanita. Sejak saat itu telah terjadi perubahan-perubahan yang mendasar dalam kehidupan kaum wanita. Perubahan inilah yang kelak dikenal dengan istilah emansipasi wanita
Emansipasi
Semenjak zaman emansipasi tersebut peran wanita sudah hampir tidak ada bedanya lagi dengan kaum pria. Terjadi kemajuan bagi kaum wanita tanpa batasnya. Bahkan kadang kala wanita bisa melebihi kaum pria dalam hal pekerjaan. Anggapan ini merujuk pada sifat wanita yang di nilai teliti di banding pria.
Dari bekerja sebagai sopir taksi atau sopir bus, kapten kapal, dan pilot pesawat terbang yang pada awalnya jadi tontonan orang, kini pekerjaan tersebut sudah di anggap biasa untuk wanita. Sampai-sampai ada pula pekerjaan astronot dan sangat membanggakan, karena astronot wanita itu berasal dari Indonesia.
Di bidang olah raga, sebut saja berenang, tennis, lari marathon, karate, bahkan tinju dan pegulat juga di geluti oleh kaum hawa. Pencak silat, kungfu ,bahkan untuk bidang wushu, mantu cucu kami, mendapatkan dua medali emas dalam pertandingan nasional di Australia.
Sebuah Kemajuan Selalu Meninggalkan Dampak
Melangkah maju, berarti ada yang ditinggalkan dibelakangnya. Termasuk kemajuan-kemajuan luar biasa yang telah dicapai oleh kaum wanita dihampir semua bidang, akan tetapi sebuah kemajuan selalu meninggalkan dampak.
Dampak kemajuan dari wanita Indonesia sekilas tampak sepele, Misalnya dimana kaum wanita tidak lagi memasak, menjaga anak, apalagi menjahit. Karena semua keperluan rumah tangga dengan adanya uang ditangan semuanya bisa dibeli. Karena semuanya sudah banyak tersedia ditoko-toko. Kalau dulu, seorang wanita mempersiapkan segala keperluan untuk melahirkan dan keperluan sang bayi dengan sendirinya.
Emansipasi yang Kebablasan
Hanya sangat disayangkan dengan emansipasi ini, baik sadar ataupun tidak, sebagian dari kaum wanita meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita. Melepaskan tradisi yang seharusnya menjadi kodrat yang melekat pada diri seorang wanita, seperti memasak dan menjahit.
Tidak jarang kaum wanita di zaman ini tidak pandai memasak ataupun menjahit, semua karena kebiasaan membeli. Sampai-sampai mengasuh anak pun tidak lagi ditangani sendiri, tapi memakai baby sitter.
Tidak jarang sang Ibu hanya bertemu dengan anaknya sewaktu mau tidur saja. Bahkan ketika kancing baju suami ada yang copot, sang istri tidak tahu bagaimana cara memasangnya kembali,
Mungkin perlu direnungkan agar emansipasi ini tetap berlangsung, namun menjaga agar seimbang. Kaum wanita seharusnya di samping lebih maju juga mampu mengimbanginya dengan kewajiban mengurus rumah tangga.
Mengurus rumah tangga sangat di perlukan agar rumah tangga yang seharusnya menjadi "istana" tanpa sadar berubah jadi "tempat kos". karena kos merupakan tempat tinggal bersama-sama dibawah satu atap, makan bersama, namun hidup sendiri-sendiri,
Hal ini sesuai dengan kolom yang diisi di KTP dimana dikolom pekerjaan yang dulu diisi dengan: ”ikut suami”, kini sudah diubah menjadi ” Mengurus Rumah Tangga”
Sehingga disamping kemanjuan yang diraih kaum wanita, jangan sampai melupakan kewajiban sebagai seorang istri dan Ibu Rumah Tangga yang tak dapat digantikan perannya oleh orang lain. Adalah pekerjaan mulia, yang merupakan kodrat wanita sebagai istri sekaligus Ibu Rumah Tangga yang tidak seharusnya digantikan oleh orang lain demi kelangsungan, keharmonisan, dan tetap menjadikan rumah kita sebagai istana bagi seluruh anggota keluarga.
Perth, 14 Juli 2016.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H