Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepercayaan dan Tanggung Jawab Adalah Satu Paket

6 Juni 2016   17:22 Diperbarui: 6 Juni 2016   17:31 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepercayaan danTanggung Jawab adalah Satu Paket


Mendapatkan kepercayaan penuh dari suami,tentu merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi setiap wanita.Namun ketika seluruh keuangaan perusahaan diserahkan ketangan saya,justru saya merasakan bahwa bersamaan dengan penyerahan tersebut, ada tanggung jawab moril menyertainya.

Dulu kami banting tulanguntuk memenuhi kehidupan kami yang morat marit. Kemudian setelah bertahun tahun berkerja keras siang dan malam, akhirnya kami menemukan titik balik dari hidup yang hampir mencapai titik nadir.Terjadi perobahan total.dimana suami sudah bisa mengexport hasil bumimulai sedikit-sedikit lama-lama bisa mengexport 10 atau 25 ton kopi dan cassia/kulit manis  serta rempah-rempah lainnya.

Suami Jadi Sinterklas

Pada waktu itu,semua keuangan keluarga dan uang penghasilan dari ekspor, semua dipegang suami.Sementara itu  kepada saya diberikan uang untuk keperluan sehari-hari. serta  uang sekolah anak anak.

Keadaan ini berjalansampai beberapa tahun ,Dimana suami saya kalau ada orang datang/teman yang minta pinjam uang dengan alasan isteri sakit atau sebagainya tidak bisa tidak,pasti  memberikannya.Mungkin  karena merasa punya uang dan merasa bersalah kalau tidak diberikan.

Kenyataan orang orang tersebut hanya mengakali saja,sebenarnya uang tersebut dibawa untukjudi dan sebagainya. Karena sering dikibuli maka ,saya berunding dengan suami supaya jangan begitu mudah percaya kepada orang, Kalau memang orang lagi susah dan butuh uang ,tidak mengapa dibantu,namun kalau uang yang diberikan digunakan untuk beli minuman keras atau berjudi,berarti sia sia saja diberikan.

Jalan Keluar Terbaik

Namun karena sikap suami yang tidak tegaan,maka jalan terbaik yang dirasakannya adalah menyerahkan seluruh keuangan ditangan saya.Sejak saat itu,suami merasa terbebas dari beban batin ,karena memang tidak ada uang disakunya..Malahan . untuk isi saku suami saya hanya memberi 25 ribu rupiah  saja pada waktu itu..

Semenjak saat itu suami saya tidak bisa lagi dikibuli ,karena tidak ada uang pada dia,semua uang dipegang saya.

Sering teman suami datang dan minta dipinjami dengan cek sebesar 10 juta yang akan dilunasi juga dengan cek jatuh tempo satu bulan,semua ini saya tidak ladeni,karena saya tahu kalau sudah diberika uang mau diminta kembali pasti susah dan cek yang diberikan cuma harga selembar kertas 25rupiah saja tidak ada isinya.

Teman-teman menertawai saya yang begitu ketat dalam hal uang ini,tapi saya diamkan saja.Saya berusaha untuk mengelola semua pengeluaran sedikit mungkin supaya export kami bisa lancar saja.

Semua kebutuhan pokok saya penuhi,keperluan lain yang tidak mendesak saya lupakan sementara.Karena kalau sebagai seorang wanita, apa yang tampak mau dibeli,maka pengeluaranpun tidak terbatas sehingga akan mempengaruhi keuangan perusahaan. Karena itu,saya memisahkan antara keuangan untuk kebutuhan rumah tangga dan keuangan perusahaan,Walaupun sesungguhnya semua adalah uang kami .

Dengan demikian sayamemegang semua uang baik uang perusahaan maupun uang pribadi .Sampaisekarang semua berjalan lancar tanpa ada hal-hal yang membuat kami mengalami ketekoran dalam hal financial.

Suami Tidak PernahBeli Apapun Untuk Dirinya

Sejak saat itu,suami memilih tidak membeli apapun untuk kebutuhannya.Semua saya yang sediakan,dari mulai pakaian dalam,kaus kaki dan pakaian ,serta jas.Yang lainnya dihadiahkan oleh anak anak mantu dan cucu cucu. .

Bukan karena bentuk protes,karena seluruh uang dipegang oleh saya,melainkan sebuah kelegaan bagi suami .Karena selama di dompetnya masih ada uang dan ada yang datang minta pinjam ,ia merasa bersalah bila tidak memberikan,walaupun sudah puluhan kali dipermainkan orang, Dengan jalan ini, suami merasa hidupnya bebas dari beban batin.

Sampai tulisan ini ditayangkan biarpun kami sudah tidak mengexport hasil bumi lagi ,saya tetap memegang semua penghasilan yang diperoleh baik dalam seminar seminar dan penghasilan lainnya. Malahan setiap kali saya sodorkan catatan keuangan kami ,suami bilang :' Nggak usah”.Tapi sebagai seorang istri,saya tetap menghargai suami dan  setiap bulan laporan keuangan,tetap saya berikan.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya, bahwa dalam rumah tangga ,perlu ada kesepakatan bersama,serta saling menghormati dan menghargai.

Perth, 06 Juni 2016.

Salam saya,

Roaselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun