Â
Bantul. (MTsN 1 Bantul)
DEG-DEGAN
Jalan-jalan ke Pasar Giwangan
Jangan lupa membeli bawang
Entah kenapa hati deg degan
Saat melihat Ibu Pengawas datang.
Di Jumat pagi  (22/11/2024) yang cerah sebait pantun jenaka tersebut terdengar merdu waktu dibaca. Pengawas madrasah Kabupaten Bantul, Etyk Nurhayati, S.Pd.I., M.Pd. membacanya tatkala launching buku di lapangan tengah MTsN 1 Bantul. Di hadapan siswa, guru dan pegawai madrasah Ibu itu membacanya dengan suara lantang. Kata-kata cakep pun selalu muncul menggema di lapangan saat wanita ini membaca baris per baris dan diakhiri dengan tepuk tangan meriah.
Ya, saat itu MTsN 1 Bantul tengah menggelar launching dua buku antologi: Alegra dan Pinasthika Laksamana. Pembacaan pantun dan pemukulan rebana oleh Etyk Nurhayati menandai peluncuran kedua buku tersebut. Pantun berjudul "Deg-Degan" yang dibaca tersebut termuat dalam buku Alegra Kumpulan Pantun Jenaka Nusantara.
Tak mau ketinggalan, Kepala MTsN 1 Bantul, Sugiyono, S.Pd. juga ikut melantunkan puisi akrostik berjudul "Madrasahku." Inilah puisi tersebut:
MADRASAHKU
Menggelora semangat dalam diri
Andalah harapan, cita-cita mengejar mimpi
Dengan ilmu dan iman, kita berlari
Raih prestasi gemilang, tak henti berjuang
Asah potensi, jadi cahaya bagi negeri
Sukses di dunia juga di akhirat
Ayo bersama wujudkan asa
Hidupkan semangat tak pernah surut
Kencangkan larimu tujuan tergapai
Unggul kita harapan semua.
Puisi akrostik Madrasahku yang dibaca pria berkumis alumni IKIP Yogyakarta tersebut termuat dalam buku Phinastika Laksamana Kumpulan Puisi Akrostik.
Kedua buku yang diterbitkan oleh Dandelion Publisher tersebut merupakan buku dengan jumlah penulis masing-masing buku sebanyak 1.234 penulis. Penulis tersebut berasal dari kalangan pelajar, guru, pegawai dan mahasiswa. Pada buku Alegra versi MTsN 1 Bantul yang terbit Agustus 2024, warga madrasah ini menuliskan 102 buah pantun jenaka. Pantun tersebut ditulis oleh guru, pegawai, para siswa kelas 7 hingga kelas 9. Jumlah penulisnya pun sama dengan jumlah pantunnya yakni 102 orang karena masing-masing hanya boleh menulis  1 pantun. Versi buku lengkapnya sendiri memuat 1.234 pantun dengan tebal buku iv+1234 lembar.
Seperti halnya buku Alegra, buku Pinsthika Laksamana juga diterbitkan dalam 2 versi yakni versi lengkap dan versi sekolah. Untuk versi sekolah seperti yang diluncurkan di MTs N 1 Bantul, terdapat 245 puisi akrostik dan terbit bulan Maret 2024. Buku Pinasthika Laksamana masuk rekor Muri sebagaimana diposting di situs https://muri.org/ Â tertanggal 12 Maret 2024.
Pada kesempatan itu Etyk Nurhayati memberikan apresiasi untuk MTsN 1 Bantul, khususnya Tim Literasi yang sudah mengemas acara ini dengan sangat apik. Menurutnya di tangan guru yang kreatif nanti akan muncul siswa-siswa yang kreatif yang insha Allah sukses di masa depan.Â
Dia juga memberikan selamat kepada guru yang sudah bekerja kreatif dan bekerja keras untuk melaksanakan kegiatan literasi ini sehingga karya mereka terdokumentasi dalam buku.
Kepada para siswa, wanita yang pernah dinobatkan sebagai kepala madrasah termuda se-Indonesia tahun 2015 ini, berharap agar Tim Literasi dan Pustakawan kecil yang dilantik bersamaan dengan peluncuran buku itu dapat mengemban tugas dengan sangat baik. Terutama tugas menggerakkan kegiatan literasi di madrasah sampai mengikuti lomba-lomba kegiatan literasi.
Ibu yang pernah mendapat predikat kepala madrasah terbaik oleh Kementerian Agama ini berpesan tentang manfaat literasi di hadapan para siswa. Literasi hendaknya dijadikan pedoman hidup para siswa.Â
Menurutnya manfaat literasi itu meliputi: memperkaya kosa kata, menumbuhkan kreativitas, mengasah otak dan pikiran, menambah wawasan dan pengetahuan serta menambah kemampuan menghasilkan karya tulis.
1. Literasi dapat memperkaya kosa kata.
Apabila para siswa sering membaca berbagai buku hal tersebut jelas akan memperkaya kosa kata. Semakin banyak membaca ragam teks dan buku seseorang akan semakin menguasai banyak kata.
2. Literasi menumbuhkan kreativitas menulis dan merangkai kata.
Siswa tidak banyak membaca akan mengalami kesusahan dalam merangkai kata-kata. Etyk mengibaratkan keterampilan itu dengan sebilah pisau. Jika sebuah pisau tidak pernah dipakai untuk memotong, dibiarkan saja lama-lama yang terjadi pisau tersebut berkarat.
3. Literasi mengasah otak dan pikiran.
Masih dengan analogi pisau yang jarang diasah, otak dan pikiran tidak akan menjadi tajam untuk berpikir secara kritis dan kreatif apabila tidak dipakai untuk membaca dan menulis.
"Jadi kalau pisau semakin tajam karena sering diasah dan dipakai, kalau kalian sering berliterasi otak kalian akan semakin kreatif, semakin kritis. Kalau dihadapkan pada bermacam-macam permasalahan nanti akan cepat menemukan jawabannya, " urainya.
4. Literasi menambah wawasan dan pengetahuan.
Kalau para siswa rajin berliterasi, entah itu terkait dengan literasi digital, literasi sains, literasi baca tulis, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan, pasti para siswa akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan wawasan. Mereka tidak akan mudah begitu saj percaya berita yang didapatkan. Para siswa akan bisa membedakan berita hoak dengan berita yang valid  berbasis fakta. Berita yang berasal dari sumber yang terpercaya dan berita yang berasal dari "katanya."
5. Literasi bisa menambah kemampuan menyusun karya
Dengan rajin mengikuti kegiatan literasi para siswa akan mendapatkan banyak informasi, memiliki banyak kosa kata. Dengan penguasaan tersebut menuangkan gagasan, ide lewat tulisan menjadi lebih mudah. Dengan demikian karya tulis seperti buku akan dapat diterbitkan
Pengawas yang selalu ramah itu lalu menyemarakkan suasana dengan memberikan penghargaan bagi siswa yang dapat menyebutkan kembali manfaat literasi yang dia sampaikan sebelumnya. Mula-mula para siswa tiada yang maju. Setelah dia menujukan selembar uang pecahan seratus ribu suasana menjadi riuh. Lalu seorang siswa maju ke depan.
"Siswa MTsN 1 Bantul, memang mempunyai jiwa literasi. Langkahnya cepat. Siapa namanya Mas?" tanya Etyk begitu seorang siswa sudah di hadapannya.
"Dimas."
"Mas Dimas kelas berapa?"
"kelas 9A." Jawab Dimas.
" Siap menyebutkan manfaat literasi?"
Etyk Nurhayati lalu menanyakan manfaat literasi. Setiap menyebut angka mulai nomor satu hingga 3 -untuk mengurutkan jawaban- Â para siswa riuh menantikan jawabannya. Ternyata, Dimas pun mampu menyebutkan 3 manfaat literasi dengan lancar dan tepat. Selembar uang yang dipegannya akhirnya berpindah tangan dan Dimas menerimanya dengan gembira sembari mengucapkan terima kasih. (jae)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H