Di Hutan Pinus Mangunan, Guru-Guru MTsN 1 Bantul Singkirkan Gundah, Pacu Andrenalin
trip di Kaliurang Sleman maupun safari tour VW Borobudur Magelang. Sensasi itulah yang dirasakan guru-guru MTsN 1 Bantul saat "ngejip" (mengedarai jip) sebelum melepas kedua rekan mereka: Asih Budiati dan A Karim pada acara Perpisahan Guru di Wanajaya Sabtu 14 September 2024.
Bantul (MTsN 1 Bantul) -- Pernahkah Anda menyusuri Bandungsari atau Dhok Pangeran? Bukan dengan perahu karet seperti halnya Kali Elo atau Opak di Kulonprogo, bukan pula memakai pelampung sebagaimana di Pindul. Menyusuri kedua tempat ini, kita memakai jip. Ada sensani yang berbeda dibandingkan denganMTsN 1 Bantul sengaja memilih tempat ini karena berbagai pertimbangan. Selain karena tempat ini nyawan dan alami, Hutan Pinus Mangunan ini juga menarik karena pesona alamnya yang aduhai.
Kami, guru pegawai MTsN 1 Bantul berangkat dari Jalan Imogiri Barat km 4.5, tempat sekolah kami berada. Menyusuri jalan Imogiri Barat mengendarai beberapa mobil menuju selatan. Sampai perempatan Jetis, belok ke Jalan Imogiri Timur melewati patung kuda Sultan Agung Imogiri yang terletak di simpang tiga titik nol Imogiri. Perjalanan berlanjut menyusuri Jalan Imogiri-Dlingo. Di sini kami menyaksikan bukit Bego, tempat yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas.
Dari bukit Bego perjalanan lanjut menuju Jalan Mangunan. Kami melihat wisata Watu Goyang yang berada di tepi jalan. Tepatnya di Cempluk, Mangunan, Kecamatan Imogiri. Watu Goyang adalah sebuah batu biasa yang dapat digoyangkan. Konon batu ini menyimpan kisah rakyat menarik. Dari tempat ini kita bisa menyaksikan pemandangan indah dari ketinggian 40 meter.
Terdapat fasilitas gardu pandang, gazebo, musala, toilet dan warung makan pada destinasi ini. Sambil menikamati pemandangan kota Yogyakarta kita dapat membeli beraneka bunga di tempat ini. Bunga-bunga itu dapat kita miliki dengan biaya Rp10.000,00 untuk ukuran kecil dan Rp20.000,00 untuk ukuran besar.
Batu Songgo Langit
Setelah melewati Jalan Mangunan, perjalanan berlanjut melintasi Jalan Hutan Pinus Ngajir. Di tepi jalan ini kami menjumpai tempat yang diberi nama Batu Songgo Langit. Destinasi wisata ini tepatnya berada di Dusun Sukarame, Desa Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Batu Songgo Langit Ini merupakan tempat wisata yang ditata dengan rapi, cantik, dan menarik. Pengunjung bisa melakukan aktivitas outdoor hingga bermalam di tengah hutan pinus di tempat ini.
Nama "Songgo Langit" kata bahasa Jawa tersebut berarti "memangku langit." Di tempat ini kita dapat menikmati pemandangan luas dari perbukitan. Karena terletak di ketinggian pegunungan, masyarakat memberi perumpamaan sebagai tempat yang memangku langit.
Beberapa fasilitas yang terdapat di Seribu Batu Songgo Langit , antara lain musala, toilet, warung kuliner, camping ground, aula, panggung alam, jip wisata, outbond, flying fox, dan spot-spot foto menarik. Spot fotonya sangat instagramable. Spot foto yang unik dalam nuansa alam pegunungan.
Destinasi wisata yang dibangun sejak tahun 2016 ini memiliki gapura yang sangat menarik dan menjadi salah satu spot foto terbaik. Di sisi kanan gapura terdapat 7 pondok yang terbuat dari rotan. Kita perlu menaiki beberapa anak tangga untuk sampai di pondok-pondok estetik dan unik tersebut.
Ada juga atraksi wisata yang bisa memacu adrenalin yaitu flying fox tetapi khusus buat anak-anak. Beberapa ayunan dan kincir angin unik yang terbuat dari rotan mewarnai tempat ini, selain rumah hobbit yang sempat viral pada tahun 2018
Sehabis melewati jalan Hutan Pinus Ngajir rombongan kami menuju hutan pinus Mangunan, melewati jalan Dahrono. Bukit Lintang Sewu ada di tepi jalan Dahrono ini. Akhirnya perjalanan berakhir di Homestay Wanajaya di Jalan Margo Mulyo, tempat acara perpisahan guru MTsN 1 Bantul.
Wisata JipÂ
Seperti recana semula sebelum acara perpisahan, madrasah merencanakan mengadakan wisata jip. Sekitar pukul 08.28 jip yang kami pesan tiba di Wanajaya. Ada sepuluh jip berwarna warni seperti  merah, biru, putih dan kuning.  Jip Wisata ini tergabung dalam naungan organisasi Dlingo Adventure Community (DAC).
Sebagai komunitas ternyata DAC kebanyakan beranggotakan anak-anak muda. Tiap anggota hanya diperbolehkan memiliki satu armada dengan 1 sopir cadangan, DAC ini melayani perjalanan wisata ke 23 objek wisata yang ada di kecamatan Dlingo ini. Mereka menawarkan perjalanan wisata jip dalam empat paket yang meliputi Fun Trip (Sorth, Medium dan Long), Jelajah Wisata, Jelajah Religi, dan Spesial Trip.
Harga yang ditawarkan per satu jeep dengan 4 penumpang beragam mulai dari 250 ribu untuk sorth trip hingga 700 ribu rupiah untuk long trip. Â Untuk paket short rute yang dilalui meliputi Trek Kampung -- Terasering -- Sungai Bandungsari/ Sungai Dhok Pangeran. Durasi perjalanan jenis paket ini sekitar 1 jam.
Paket long trip rute yang ditempuh adalah Jurang Tembelan -- Bukit Lintang Sewu -- Sungai Bandungsari -- Sungai Dhok Pangeran -- Trek Lumpur Blumbangsari -- dan  makan untuk 4 Orang. Durasi waktu yang dibutuhkan sekitar 2,5 jam.
Kami mengambil paket medium dengan rute Terasering -- Trek kampung -- Jurang Tembelan -- Susur Sungai Bandungsari/ Sungai Dhok Pangeran.
Berfoto di Lapangan Bola Apolo4D
Sekitar pukul 10.30 kami serombongan baru dapat berangkat dari homestay Wanajaya. Memang cukup lama untuk persiapan berangkat. Maklum ada 10 jip yang mengantarkan 38 peserta wisata. Belum lagi ibu-ibu yang begitu asyik berfoto ria begitu menaiki jip pilihannya. Setelah semua siap jeep mulai berangkat. Sekitar 5 menit perjalanan jeep memasuki lapangan Bola Apolo4D yang terletak satu kilo meter arah Selatan dari homestay Wanajaya.
Di lapangan ini seperti biasa jika mau melakukan perjalan wisata jip berjajar di pinggir lapangan untuk berfoto bersama. Pemandu wisata mengarahkan jeep dan peserta untuk berfoto.Yel-yel diucapkan dan pemandu wisata yang masih muda, ramah dan jenaka merekamnya dari samping kiri bergerak kekanan tepat di muka daratan ke sepuluh jeep tersebut. Kegiatan berfoto menjadi meriah. Peserta yang terdiri guru dan pegawai itu pun pecah tawa dan gaya sebagai ekspresi kegembiraannya. Apalagi ternyata ada peserta dari rombongan lain yang juga memasuki lapangan tersebut.
Melintasi Hutan Pinus Mangunan
Selasai mengambil foto dan rekaman video rombangan jeep menelusuri Jalan Margo Mulyo menuju Jalan Dahromo. Sebuah perjalanan diantara pepohonan yang rimbun dan pemandangan alami yang menawan. Apalagi ketika sampai di Jalan Hutan Pinus Ngajir. Di kiri kanan jalan terlihat deretan pohon pinus menjulang tinggi. Karena itulah kawasan ini dinamai Hutan Pinus Mangunan.
Di Sabtu pagi itu ternyata di tempat ini sudah ada beberapa rombongan wisata yang melakukan berbagai aktivitas. Sungguh, pohon yang mendominasi hutan ini menciptakan suasana yang sejuk dan asri. Selain pinus, terdapat juga berbagai jenis pohon lainnya, seperti akasia, mahoni, dan kayu putih.
Hutan ini ternyata tak kalah indah dengan Hutan Black Forest, Jerman dan Crooked Forest, Polandia. Berbeda dengan The Crooked Forest, Hutan Pinus Mangunan tumbuh lurus menjulang tinggi sedangkan Crooked Forest dipenuhi Pinus yang melengkung pada batang bagian bawah sebagi ciri keunikannya.
Manfaat Ekonomis dan manfaat ekologis
Di lahan seluas hampir 500 hektare tersebut keberadaan pohon-pohon pinus tersebut sangat memberikan manfaat ekonomis dan manfaat ekologis yang penting bagi masyarakat sekitar.
Peran ekonomis  terlihat dari nilai kayu dan getah pinus. Bagian batang pohon pinus dapat disadap untuk diambil getahnya. Getah pohon ini dapat diolah menjadi bahan dasar pengencer cat. Kayu pohon pinus bermanfaat untuk konstruksi, korek api, kertas dan lain sebagainya. Produksi getah pohon pinus ini selama ini dikelola oleh Kelompok Tani Hutan (KTH). Mereka tergabung dalam wadah Koperasi Notowono. KTH ini di tahun 2018 sudah beranggotakan 295 orang.
Produk dari tanaman ini selain getah pinus adalah , gondorukem, dan terpentin. Gondorukem ini merupakan produk yang sangat penting sebagai bahan baku industri cat, keramik, plastik, tinta, politur, farmasi dan kosmetik.
Aroma pohon pinus kerap digunakan untuk terapi. Tidak hanya itu ada beragam manfaat lain yang bisa kita rasakan dari pohon pinus ini bagi kesehatan. Minyak pinus yang terbuat dari resin batang pinus bermanfaat untuk meredakan nyeri otot. Penelitian di Universitas Kyoto Jepang menunjukkan bahwa berjalan-jalan di hutan pinus selama 15 menit per hari mampu menurunkan stres karena aroma pohon pinus bisa menenangkan emosi.
Tak hanya itu, tahun 1940-an peneliti Prancis menemukan bahwa kulit pohon pinus dan daun jarumnya mengandung banyak vitamin C. Â Para peneliti ini menemukan bahwa pohon pinus kaya akan antioksidan, yaitu flavonol dan bioflavonoid.
Selain itu secara ekologis hutan berperan dalam proses daur air. Kawasan hutan ini menjaga kwualitas udara, mencegah erosi tanah, dan menjadi habitat bagi berbagai jenis satwa. Beberapa satwa yang dapat ditemukan di Hutan Pinus Mangunan antara lain burung, kera ekor panjang, tupai, dan berbagai jenis serangga.
Sebagai hutan lindung Hutan Pinus Mangunan merupakan satu dari 25 Rencana Pengelolaan Hutan (RPH) di Yogyakarta, Bagian Daerah Hutan (BDH) Kulon Progo Bantul. BDH Kulon Progo Bantul sendiri berada di Dlingo, Kokap, dan Sermo. Secara resmi wisata hutan pinus  ini dibuka untuk umum Februari 2017.
Dari 573,7 hektar luas hutan, yang disetujui untuk wisata sekitar 30 hektar. Koperasi Notowono berdiri pada Januari 2015 ini menandatangani nota kesepahaman dengan Pemerintah Daerah DIY pada 31 Januari 2017. Dengan nota kesepahaman ini, Koperasi ini mengelola 30,41 hektar dari total 573,7 hektar kawasan RPH Mangunan.
Koperasi yang didirikan oleh Purwo Harsono inilah yang mengelola obyek wisata Hutan Pinus Mangunan. Setidaknya terdapat sekitar 200 UMKM berada di bawah naungan Koperasi Notowono yang menggantungkan pendapatan dari sektor pariwisata. Sekitar 724 warga setempat terlibat dalam pengelolaan wisata ini.
Data Koperasi Notowono menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kawasan Mangunan selama libur Nataru tahun 2022 mencapai 30.189 orang setelah sempat menurun saat pandemi covid-19. Sementara tahun 2023, jumlah kunjungan wisatawan meningkat hingga mencapai 72.941 orang atau 141,61%. Saat lebaran 2024 ada jumlah pengunjung kawasan Mangunan mencapai 15.753 orang.
Nama Purwo Harsono sendiri tak bisa dilepaskan dengan perintis wisata alam atau Desa Wisata Hutan Mangunan. Dialah orang yang gigih menggerakkan warga desa untuk menghijaukan Mangunan dan meritis Desa Wisata. Desa wisata pertama yang didirikan adalah Desa Wisata Kaki Langit. Tempat wisata lainnya lalu bermunculan seperti Hutan Pinus mangunan, Pinus Sari, Pinus Pengger, Seribu Batu, Puncak Becici, Lintang Sewu, serta Nata Damar.Â
Kini muncul dan berkembang wahana seperti jip-jip wisata dan penginapan. Berlakangan pria 1 Maret 1967 itu mulai memperluas desa wisata mangunan dengan wisata kuliner dan wisata budaya.
Tidak mengherankan bila Ipung, begitu panggilan akrabnya diganjar penghargaan Kalpataru yang diserahkan langsung Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Jakarta, Kamis 14 Oktober 2021.
Destinasi Wisata Hutan Mangunan
Di kawasan Hutan di Mangunan ini, kini setidaknya terdapat 15 destinasi wisata. Tempat-tempat itu adalah (1) Hutan Pinus Mangunan yang teduh (2) Pinus Pengger, (3) Hutan Pinus Asri Karangasem dengan menara yang unik, (4) Puncak Becici hyang pernah dikunjungi presiden Amerika Serikat Barack Obama, 29 Juni 2017.  (5) Jurang Tembelan  Kanigoro dengan perahu bambunya di atas jurang yang memukau, (6) Kebun buah Mangunan, (7) Rumah ranting Seribu Songgo Langit, (8) Bukit lintang Sewu yang menghamparkan ribuan bintang dan gemerlap lampu malam, (9) Bukit Panguk Kediwung dengan keindahan sunrisenya  (10) Tebing Watu Mabur (11) Watu Goyang, (12) Watu Ngadek, (13) Bukit Mojo Gumelem  (14) Grojogan Lepo Dlingo dan (15) Air Terjun Randusari.
Jurang Tembelan Kanigoro
Setelah melewati Kawasan Hutan Pinus Mangunan dengan pepohonan yang rimbun jeep yang kami tumpangi menuju Jurang Tembelan. Â Destinasi ini hanya berjarak 1,7 km dari hutan Pinus Mangunan. Jarak dengan Kebun Buah Mangunan sekitar 1,2 km. Kami tiba di tempat ini pukul 11.10. Begitu jip berhenti di halaman Jurang Tembelen ini, guru pegawai lalu mencari beberapa spot foto yang menarik.Â
Ada beberapa spot foto yang indah dan alami di tempat ini. Beberapa yang sering dipakai adalah gardu kecil di atas jurang. Spot foto yang menjadi idola berbentuk perahu yang dirangkai dari bambu menjorok dari tepi jurang. Di bawahnya terdapat sungai dan jalan yang berkelok-kelok dan beberapa rumah penduduk. Sebuah perpaduan komposisi sungai, jalan, rumah-rumah penduduk, pepohanan pegunungan yang artistik.
Sebenarnya waktu terbaik menikamati pemandangan Jurang Tembelan adalah saat pagi sebelum matahari terbit atau sore hari saat matahari akan terbenam. Di Pagi hari akan kita saksikan  awan-awan yang menggantung menutupi Sungai Oyo yang mengalir di bawah sana. Saat sore akan kita saksikan pemandangan yang memukau saat matahari terbenam karena jurang ini menjorok, mengarah ke barat daya. Bila sedang berkabut di spot perahu ini seolah-olah kita berlayar di atas awan.
Selain aktivitas berfoto, beberapa guru pegawai duduk-duduk di warung menikmati makanan tradisional yang dijual di sini. Kita bisa menikmati thiwul, manggleng, lempeng gadhung, glinthu dan turuk bintul. Tak ketinggalan di sediakan juga minuman wedang uwuh. Minuman tradisional khas Imogiri. Wedang umuh ini juga dijual dalam kemasan sachet. Untuk mengabadikan kunjungan kami berkumpul di depan papan nama Jurang Tembelan ini, berfoto bersama.
Pukul 11.30 rombongan balik lagi melewati Jalan Hutan Pinus Ngajir menuju sungai Bandungsari dan Sungai Dhok Pangeran. Perjalanan menuju sungai tersebut melewati kembali Hutan Pinus Mangunan dan Hutan Pinus Asri yang rimbun dengan pepohonan menjulang tinggi. Memasuki Jalan Dahrono rombongan kami mampir sejenak di halaman Bukit Lintang Sewu.
Bukit Lintang Sewu
Bukit Lintang Sewu seperti namanya, bukit seribu bintang ini menawarkan pengalaman rekreasi di puncak bukit yang luar biasa. Destinasi ini merupakan kombinasi spot sunset yang keren, spot foto menarik, dan panorama indah di malam hari. Tak mengherankan bila di tempat ini tersedia camping ground. Para pengunjung yang ingin menikmati suasana Bukit Lintang Sewu lebih lama dan ingin menyaksikan sunset dapat mencoba untuk camping di sini, ditengah-tengah hutan kayu putih sambil merasakan sejuknya udara yang berembus. Kamar-kamar yang disediakan bergaya glamorous camping atau glamping dengan desain rumah panggung dengan fasilitas yang cukup lengkap.
Gardu pandang yang mengarah ke tebing merupakan keistimewaan bukit ini. Dari tepi tebing pengunjung dapat menyaksikan menikmati indahnya pemandangan perbukitan, keindahan persawahan yang menghampar kehijauan dengan perpaduan pemukiman warga yang terlihat kecil dari atas bukit.
Spot foto yang paling disukai pengunjung tempat ini berupa gardu pandang dengan bentuk bangunan berundak seperti candi. Ada juga gardu pandang dengan hiasan bintang raksasa yang bersinar.
Saat malam hari kita dapat melihat keindahan lampu-lampu kota Yogya yang terlihat seperti bintang-bintang di kejauhan. Di spot foto favorit yang sudah dilengkapi dengan lampu sebagai lighting kita dapat berswafoto dengan latar belakang rumah penduduk kota Yogyakarta bermandikan kerlap-kerlip cahaya di bawah sana.
Secara rinci spot foto tersebut meliputi:
- Tugu Watu Asah: Spot foto ini berada di sekitar tebing berbentuk gapura yang dilengkapi jembatan sepanjang 1,5 meter. Inilah spot yang menciptakan suasana dramatis dan artistik.
- Gardu Pandang: Berbentuk tapak kaki raksasa, Gardu Pandang terkesan unik pada setiap jepretan kamera dengan keindahan alam sekitar menjadi latar belakang yang artistik.
- Miniatur Bintang dan Pintu Doraemon: Ada elemen kreatif dan lucu pada spot foto ini. Keduanya menjadikan foto kita begitu unik dan indah sebagai dokumentasi.
- Rumah Pohon dan Hutan Kayu Putih: Di bukit ini juga spot-spot foto alam terkesan menakjubkan. Rumah pohon dan hamparan hutan kayu putih, menciptakan suasana ajaib dan eksotis.
Trek Bandungsari dan Dhok Pangeran
Sayang, kami hanya singgah sejenak di Bukit Bintang. Lain kali mungkin perlu dicoba menikmati spot foto yang instagramable di perbukitan yang masih alami dan artistik ini.
Jip yang kami tumpangi melaju melintasi rumah penduduk dengan jalan berkelok dan naik turun. Beberapa kali kami berpapasan dengan  rombongan jip lainnya. Tak ketinggalan berpapasan juga dengan penduduk yang membawa jerami dan dedauan sebagi pakan ternak. Sekitar pukul 11.54 WIB  akhirnya kami sampai di track sungai Bandungsari.
Turun di sungai sang sopir lalu mencari tempat untuk menghentikan jeepnya guna berfoto. Kebetulan jip yang saya tumpangi berada paling depan. Ketika tempat itu didapat, seorang teman mengambil foto satu persatu dari kesepuluh jip rombongan itu. Selalu muncul keceriaan saat mereka berhadapan dengan kamera.
Sungai Bandungsari saat itu memang tidak terlalu banyak airnya. Maklum masih musim kemarau. Di sungai inilah keseruan petualangan ini terjadi. Kami harus berpegangan kuat-kuat karena sungai yang berlobang-lobang ini membuat penumpang terombang-ambing tak karuan. Pada rute tertentu perut rasanya dikocok-kocok tidak karuan. Ada keseruan dan sensasi di saat-saat seperti ini.
Di bagian sungai yang agak lebar terkadang tiba-tiba sopir menaikkan jipnya di tempat yang lebih tinggi yang tak ada airnya. Lalu turun menceburkannya pada bagian sungai dengan air berlumpur. Cipratan air itu pun memercik ke tubuh penumpangnya bersama bunyi kecipak dan gemuruh mesin jeep. Keseruan itu terus berlangsung hingga akhirnya sampai di depan jembatan Bandungsari.
Di depan jembatan ini sepuluh jip rombongan kami berhenti. Pemadu jeep mengatur posisi. Kami mengambil beberapa gaya berfoto ria. Tak ketinggalan juga pemandu mengambil video ketika rombongan kami meneriakkan yel-yel yang telah dipersiapkan.
Perjalanan berikutnya menyusuri sungai Dhok Pangeran. Sungai ini rupanya lebih lebar dari sungai sebelumnya. Kiri kanannya terdapat pepohonan yang rimbun termasuk beberapa rumpun bambu. Hingga sampai di tempat yang cukup banyak airnya dan berlumpur di rerimbunnya pohon bambu kami mengambil foto kembali. Hanya raut muka kegembiraan yang terpancar bersamaan dengan terpacunya andrenalin. Teriakan-terikan menggema dalam momen-momen seperti ini. Sungguh suatu petualangan yang seru dan melegakan bagi guru dan pegawai setelah tiap hari disibukkan dengan berbagai tagihan administrasi pembelajaran dan perkantoran.
Sekitar 40 menit menelusuri sungai ini pukul 12.20 rombongan jeep menuju homestay Wanajaya. Jip menyusuri jalanan beraspal di perkampungan penduduk. Di Dusun Muntuk, kami melewati MTsN 8 Bantul. Menelusuri jalan yang tidak begitu lebar diantara pepohonan, rumpun bambu, teras siring persawahan  penduduk, jip terus melaju hingga tiba di depan gedung pertemuan berbentuk joglo di homestay Wanajaya tempat kami mengadakan perpisahan dengan dua guru senior: Asih Budiati dan A Karim Mulia.
Anda ingin melepas penat, menurunkan stress dan rasa lunglai nikmatilah kesejukan di antara rerimbunan hijau pepehonan hutan Mangunan. Anda ingin mengekspresikan rasa kesal akibat kejenuhan kerja seperti kami. Pacu andrenalin Anda dengan petualangan jip wisata menyusuri Badungsari dan Dhok Pangeran. (jae)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H