Sebenarnya waktu terbaik menikamati pemandangan Jurang Tembelan adalah saat pagi sebelum matahari terbit atau sore hari saat matahari akan terbenam. Di Pagi hari akan kita saksikan  awan-awan yang menggantung menutupi Sungai Oyo yang mengalir di bawah sana. Saat sore akan kita saksikan pemandangan yang memukau saat matahari terbenam karena jurang ini menjorok, mengarah ke barat daya. Bila sedang berkabut di spot perahu ini seolah-olah kita berlayar di atas awan.
Selain aktivitas berfoto, beberapa guru pegawai duduk-duduk di warung menikmati makanan tradisional yang dijual di sini. Kita bisa menikmati thiwul, manggleng, lempeng gadhung, glinthu dan turuk bintul. Tak ketinggalan di sediakan juga minuman wedang uwuh. Minuman tradisional khas Imogiri. Wedang umuh ini juga dijual dalam kemasan sachet. Untuk mengabadikan kunjungan kami berkumpul di depan papan nama Jurang Tembelan ini, berfoto bersama.
Pukul 11.30 rombongan balik lagi melewati Jalan Hutan Pinus Ngajir menuju sungai Bandungsari dan Sungai Dhok Pangeran. Perjalanan menuju sungai tersebut melewati kembali Hutan Pinus Mangunan dan Hutan Pinus Asri yang rimbun dengan pepohonan menjulang tinggi. Memasuki Jalan Dahrono rombongan kami mampir sejenak di halaman Bukit Lintang Sewu.
Bukit Lintang Sewu
Bukit Lintang Sewu seperti namanya, bukit seribu bintang ini menawarkan pengalaman rekreasi di puncak bukit yang luar biasa. Destinasi ini merupakan kombinasi spot sunset yang keren, spot foto menarik, dan panorama indah di malam hari. Tak mengherankan bila di tempat ini tersedia camping ground. Para pengunjung yang ingin menikmati suasana Bukit Lintang Sewu lebih lama dan ingin menyaksikan sunset dapat mencoba untuk camping di sini, ditengah-tengah hutan kayu putih sambil merasakan sejuknya udara yang berembus. Kamar-kamar yang disediakan bergaya glamorous camping atau glamping dengan desain rumah panggung dengan fasilitas yang cukup lengkap.
Gardu pandang yang mengarah ke tebing merupakan keistimewaan bukit ini. Dari tepi tebing pengunjung dapat menyaksikan menikmati indahnya pemandangan perbukitan, keindahan persawahan yang menghampar kehijauan dengan perpaduan pemukiman warga yang terlihat kecil dari atas bukit.
Spot foto yang paling disukai pengunjung tempat ini berupa gardu pandang dengan bentuk bangunan berundak seperti candi. Ada juga gardu pandang dengan hiasan bintang raksasa yang bersinar.
Saat malam hari kita dapat melihat keindahan lampu-lampu kota Yogya yang terlihat seperti bintang-bintang di kejauhan. Di spot foto favorit yang sudah dilengkapi dengan lampu sebagai lighting kita dapat berswafoto dengan latar belakang rumah penduduk kota Yogyakarta bermandikan kerlap-kerlip cahaya di bawah sana.
Secara rinci spot foto tersebut meliputi:
- Tugu Watu Asah: Spot foto ini berada di sekitar tebing berbentuk gapura yang dilengkapi jembatan sepanjang 1,5 meter. Inilah spot yang menciptakan suasana dramatis dan artistik.
- Gardu Pandang: Berbentuk tapak kaki raksasa, Gardu Pandang terkesan unik pada setiap jepretan kamera dengan keindahan alam sekitar menjadi latar belakang yang artistik.
- Miniatur Bintang dan Pintu Doraemon: Ada elemen kreatif dan lucu pada spot foto ini. Keduanya menjadikan foto kita begitu unik dan indah sebagai dokumentasi.
- Rumah Pohon dan Hutan Kayu Putih: Di bukit ini juga spot-spot foto alam terkesan menakjubkan. Rumah pohon dan hamparan hutan kayu putih, menciptakan suasana ajaib dan eksotis.
Trek Bandungsari dan Dhok Pangeran
Sayang, kami hanya singgah sejenak di Bukit Bintang. Lain kali mungkin perlu dicoba menikmati spot foto yang instagramable di perbukitan yang masih alami dan artistik ini.
Jip yang kami tumpangi melaju melintasi rumah penduduk dengan jalan berkelok dan naik turun. Beberapa kali kami berpapasan dengan  rombongan jip lainnya. Tak ketinggalan berpapasan juga dengan penduduk yang membawa jerami dan dedauan sebagi pakan ternak. Sekitar pukul 11.54 WIB  akhirnya kami sampai di track sungai Bandungsari.