Mohon tunggu...
Rose putih
Rose putih Mohon Tunggu... Lainnya - pembelajar

Laki-laki yang mencoba menjadi pembelajar dengan terus belajar apa saja dan menulis yang diminati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perubahan Takdir Per Detik, Cerita Bencong Jadi Kopassus

18 April 2024   09:49 Diperbarui: 18 April 2024   18:23 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nazhif Masykur, S.Fil.I., MCH, C.NLP, EFT Prac, memotivasi orang tua dan siswa (dok madrasah)

"Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan." (Dorothy Law Nolte)

(MTsN 1 Bantul).- “Percayailah! Putra-putri Ibu Bapak adalah anak yang hebat. Jangan remehkan potensi mereka. Jangan abaikan cita-cita mereka karena proses terus berjalan. Perubahan takdir itu per detik. Hindari terprofokasi oleh iklan, label yang menempel dalam diri anak saat ini karena Allah akan menakdirkan anak sesuai dengan proses pendampingannya” Itulah pesan Nazhif Masykur dihadapan orang tua dan 184 siswa kelas 9  dalam  Achievement Motivation Training (AMT) dan doa bersama di Musala Daarul 'Ilmi MTs N 1 Bantul Jumat 5 April 2024. Betapa takdir berubah per detik dia gambarkan dalam sebuah cerita. Inilah cerita tersebut.

“Waktu di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pak Nazhif punya teman manusia setengah jadi. 

Siapa manusia setengah jadi ini? Bencong! “

Waktu di kelas 1 MI guru kami bertanya, “ Siapa yang ingin jadi tentara?’ Anak yang bernama Fahrurozi ini tunjuk jari.  

“Saya bu.” Jawab Fahrurozi dengan logat  becongnya. Semua kelas menoleh padanya dan riuh tertawa, menertawakan Fahruruzi. Anak ini memang berperawakan tinggi tetapi wajahnya feminim dan logat bicaranya bencong. Mana mungkin tentara kok bencong. Tetapi yang mengherankan saya, anak ini punya keyakinan akan cita-citanya. Dia kukuh dengan pendiriannya.

Sebagai anak yang diberi label bencong, tiap istirahat Ipal, julukan Fahrurozi tak pernah keluar kelas. Dia selalu saja dibully, diolok-olok oleh teman-temannya. Walaupun demikian keyakinan jadi tentara tak pernah padam.

Ketika duduk di kelas 5 dia bertemu dengan guru yang sama, yang mengajar kelas 1 dulu. Guru itu bertanya lagi kepada para siswa dengan pertanyaan yang sama. Tentang cita-cita.

“Adik-adik, siapa yang ingin jadi tentara?” tanya guru itu dengan semangat dan  ramah.

Lagi-lagi Fahrurozi menjawab duluan. “Saya bu.” teriak Fahrurozi masih dengan logat becongnya. Suara tertawa seluruh kelas riuh kembali mendengar logat bencongnnya.

Hingga akhirnya, lulus MI Ipal meneruskan di SMPN 1 favorit. Walaupun berperilaku feminim anak ini ternyata memang pintar. Lulus SMP dia lalu melanjutkan sekolah ke STM. Setelah kuliah kami pisah. Pak Nazhif tidak tahu lagi kabar beritanya.

Tiba-tiba saat Pak Nadzhif memasuki semester 6 saat kuliah ada undangan untuk datang ke rumah Fahrurozi. Pikiran masih bertanya-tanya, bagaimana keadaannya kini. Dalam kepala bayangan yang terlintas tentu perilaku kebencongannya. Itulah yang selalu muncul di pikiran pak Nazhif.

Tiba di rumahnya, Pak Nazhif dan teman-teman langsung memasuki ruang tamu. Di ruang tamu ini terlihat deretan foto. Foto seorang lelaki dengan badan yang tinggi besar. Menggunakan seragam Angkatan Darat Kopassus.

“Siapa orang ini?’ Pertanyaan itu yang terlintas di pikiran. Lalu terlihat di seragamnya  tertulis nama Fahrurozi. Saya kaget. Ini tidak main-main. Kopassus adalah Komando Pasukan Khusus, Tentara ini merupakan bagian dari Komando Utama Tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat yang dipimpin oleh Jenderal Bintang 2 atau Danjen Kopassus. Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror dengan tugas utama masuk dalam Operasi Militer Perang (OMP).

“Ini Ipal? Iki Ipal yo?” tanyaku terheran-heran.

Belum terjawab pertanyaan itu seorang laki-laki muncul dari ruang dapur. Laki-laki gagah seperti layaknya tentara Kopassus. Dialah Ipal teman lama yang sudah lama tak bertemu. Dia jawab keheranan kami. Logat becongnya hilang sama sekali. Barulah pak Nazhif mengerti peristiwa ini terjadi karena kekuasaan Allah. Takdir Allah berubah per detik.

Siapa yang hebat di sini, yang mampu mengubah seorang becong jadi tentara? Yang hebat adalah orang tuannya, ibunya. Ibu dari Fahrurozi ini adalah orang luar biasa. Hal itu kami ketahui dari cerita Fahruruzi. Ketika dulu kelas 1 MI ibunya selalu bertanya, “Anakku, tadi pelajarannya apa?’

“Ditanya cita-citaku Bu,” jawab Ipal.

“Cita-citamu apa Nak,” tanya Ibu dengan rasa ingin tahu.

“Aku ingin jadi tentara,” jawab Ipal.

“Hebat!, Bagus Anaku,” puji sang Ibu. Esok harinya ibunya membelikan mainan tentara. Dia ikuti dan sediakan sarana yang bisa mengantarkan anaknya menjadi tentara, Peran orang tua, Ibu menjadi sangat penting dan menentukan untuk menumbuhkan anak yang gemilang di masa depan.

Cerita tersebut dimaksudkan agar ibu-ibu tidak meremehkan potensi anaknya, cita-cita putra putrinya. Anak sesungguhnya penuh dengan rahasia. Proses pertumbuhan terus berjalan dan perubahan takdir per detik. Dia lebih lanjut mengemukakan pentingnya peran orang tua terutama ibu dalam mendidik anak, Selain itu juga tidak kalah pentingnya menumbuhkan karakter anak mewujudkan anak uang hebat. Untuk itulah berdasarkan pengalamannya pesantren merupakan salah satu lembaga yang penting dalam mendidik dan menumbuhkan karakter positif anak.

Ekspresi Siswa kelas 9 MTsN 1 Bantul saat AMT (dok madrasah)
Ekspresi Siswa kelas 9 MTsN 1 Bantul saat AMT (dok madrasah)

Anak penuh rahasia.

Nazhif dalam pertemuan itu menekankan untuk menghargai proses anak dalam mendapatkan hasil. Menurutnya setiap anak penuh dengan rahasianya masing-masing.

“Bapak-ibu, anak itu penuh rahasia. Siapa sangka anak penjual kursi, lemari menjadi Presiden? Siapa itu? Itulah Jokowi, Joko Widodo. Siapa sangka anak pembuat patung berhala menjadi seorang nabi bergelar khalililah? Itulah Nabi ibrahim. Siapa sangka anak yang lahir dari orang perempuan, tak pernah disentuh laki laki menjadi seorang nabi. Bahkan, Ibu itu dianggap sebagai penzina. Siapakah itu? Nabi Isa. Siapa sangka anak yatim yang disusui orang lain yang miskin akhirnya menjadi nabi mulia? Siapa? Nabi Muhammad SAW., “ ujar Nazhif dengan raut muka penuh kesungguhan.

Lelaki yang masa lalunya pernah berjualan buku di masjid Suhada Yogyakarta, ini menegaskan kepada orang tua untuk tidak terprovokasi label iklan yang menempel pada anak di hari ini. Proses perkembangan dan perubahan akan terus berjalan. Hari ini mungkin anak kelihatan bodoh, Tetapi selama masih hidup, dia punya hak untuk menjadi anak yang sukses. Selama masih hidup, anak punya hak untuk membahagiakan kedua orang tuanya.

Orang tua harus percaya bahwa anak mereka adalah anak yang unggul, dan dapat berprestasi. Karena itu anak harus selalu diberikan motivasi dan teladan karena pilar utama kesuksesan anak adalah orang tua. Perlakukan anak sesuai dengan pribadinya. Hindari memaksakan sesuai dengan kepribadian dan keinginan orang tuanya

Namun kenyataan dewasa ini, orang tua yang tidak perduli terhadap pendidikan anaknya. Hal itu menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar. Keberhasilan seorang anak paling utama dipengaruhi oleh lingkungan keluarga termasuk orang tua setelah itu baru sekolah dan lingkungan masyarakat. Orang tua saat ini kurang memerhatikan pendidikan anaknya. Mereka tidak memerhatikan kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar. Orang tua tidak terlibat dalam mengatur waktu belajar anak, dan orang tua yang tidak tahu bagaimana kemajuan dan perkembangan anak. Orang tua baru dikatakan berperan apabila ikut serta dan mau terlibat dalam proses pembelajaran dan pertumbuhan anak.

Inrekasi Nazhif dengan siswa (dok madrasah)
Inrekasi Nazhif dengan siswa (dok madrasah)

Peran dan Tugas Seorang Ibu

Ibu dalam keluarga sangat beperan penting. Ibu adalah “Menteri Pendidikan” bagi anak-anaknya. Ibu mendidik dan mengajakan keyakinan beragama, adab dan moral sehingga terbentuk kepribadian positif dalam diri anak. Pendidikan yang efektif dalam fase ini adalah memperbanyak sebagi role model, contoh yang baik pada sikap dan perilaku. Ibu adalah “Menteri Kesehatan” yang perlu memperhatikan asupan nutrisi setiap anggota keluarga, menyajikan hidangan hygenis, sampai merawat setiap anggota keluarga yang sakit. Ibu adalah “Menteri Keuangan” yang mengelola pendapatan dan pengeluaran setiap harinya. Dia harus dapat mengatur kebutuhan terpenuhi sesuai prioritasnya.

Peran penting dari seorang ibu dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Ibu Sebagai Contoh dan Teladan

Peran ibu yang nyata punya imbas pada anaknya adalah sebagai contoh dan teladan dalam mengembangkan kepribadian dan karakter anak. Seorang ibu sudah selayaknya memberikan teladan dalam bertutur kata, bersikap dan berinteraksi sosial dengan orang lain. Namun peran ini secara tidak sadar sering tidak mucul dari pada orang tua. Anak-anak tumbuh dan mencari role model dari pihak lain. Mereka akan mencari pada sosok-sosok yang diidolakan atau yang sedang digandrungi publik, tanpa memperhatikan yang dicontoh tersebut layak atau tidak.

Perilaku keseharian dari seorang ibu dan ayahnya jelas akan mudah ditiru anak-anaknya. Lebih-lebih anak-anaknya yang masih dalam pertumbuhan menuju kedewasaan.Ibu perlu menampilkan perilaku yang positif dalam bertutur kata, bertindak, bersikap dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan demikian sang anak akan tumbuh menjadi anak yang baik dan sholeh. 

2. Ibu sebagai Pengasuh

Sebagai pengasuh seorang ibu harus bersikap sabar dalam menanamkan sikap-sikap dan kebiasaan pada anak. Sikap yang demikian membuat anak tidak mudah panik dalam menghadapi permasalahan atau gejolak yang berasal dari dalam maupun di luar diri.  Selain itu anak menjadi mempunyai rasa tenang dalam menghadapi masalah dan kesalahan yang dilakukannya.

 Sering kali orang tua, termasuk ibu memunculkan keegosisan dirinya. Mereka merasa lebih baik, lebih pintar dari sang anak sehingga tidak mau mendengarkan pikiran dan suara anak. Ibu selalu benar dan anak harus mendengarkan tanpa diberi kesempatan untuk berdialog. Sebagai orangtua, perlu kiranya sesekali merendahkan hati dan menjauh dari status bahwa  orangtua harus selalu di hargai. Tidak ada salahnya jika orang tua menghargai anak kita dan mendengarkan pendapat mereka serta merenungkannya. Seorang pengasuh yang baik harus mampu memahami pikiran dan perasaan anak lewat dialog yang bersahabat.

3.  Ibu sebagai Pendidik

Seorang ibu wajib dalam mendidik anak dan mengembangkan kepribadiannya. Pribadi yang tumbuh dalam karakter yang positif tak bisa dipisahkan dari pendidikan ibu di rumah. Sopan, berani, tanggung jawab, religus adalah bebarapa karakter yang harus ditumbuhkan lewat didikan orang tua di rumah. Merekalah yang lebih banyak berinteraksi dengan anaknya daripada gurunya di sekolah.

Esther Wojcicki, salah seorang ibu dari CEO YouTube, Susan Wojcicki, dan co-founder perusahaan tes DNA 23andMe, Anne Wojcicki.merupakan salah satu contoh ibu yang dapat mendidik anaknhya dengan baik. Susan Wojcicki, dan Anne Wojcicki merupakan orang terkaya di Amerika.

Ester menanamkan beberapa karakter dan perilaku yang baik bagi anak-anaknya. Hal tersebut meliputi:

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan pondasi karakter untuk sukses di masyarakat. Kini kepercayaan pada seseorang di seluruh dunia mununjukkan penurunan. Ketika ibu mempunyai kepercayaan terhadap potensi dan kemampuan anaknya, anak-anak itu tidak takut menjadi diri mereka sendiri. Mereka akan berani mengambil risiko, untuk melawan ketidakadilan. Mereka akan tegas dalam bersikap dan bertindak.

b. Menghormati

Rasa hormat seorang ibu yang paling dasar dapat ditunjukkan kepada anak-anak adalah sikap terhadap kemandirian dan keunikan mereka. Anak adalah titipan, dan merupakan hadiah bagi bagi orang tua. Seorang ibu berkewajiban mendampingi dan mengasuh anak dengan rasa hormat. Perilaku demikian sekaligus mengajarkan pada anaknya cara memperlakukan orang lain dengan penghormatan.

c. Mandiri

Kemandirian akan ditentukan pada pondasi kepercayaan dan rasa menghargai. Anak-anak yang diajarkan cara mengendalikan diri dan tanggung jawab di mulai masa kanak-kanak jauh lebih siap dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Aanak-anak tersebut juga akan memiliki keterampilan dalam berinovasi dan berpikir kreatif.

d. Kolaborasi

Kolaborasi atau bekerjasama dengan pihak menujukkan bahwa komunitas juga penting dalam kehidupan. Sebuah penelitian di tahun 2013 menyebutkan anak-anak dan remaja yang  menjadi sukarelawan mengalami penurunan suasana hati yang negatif dan risiko kardiovaskular. Bahkan,penelitian lain di tahun 2016, menemukan remaja yang melakukan pekerjaan sukarela secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam perilaku illegal dan tindak kejahatan lainnya. Sikap Kolaborasi perlu diajarkan karena melatih anak-anak peduli dengan sekitarnya. Mereka tidak hanya fokus pada diri mereka sendiri, tetapi juga bekerja bersama sebagai keluarga, di ruang kelas atau di tempat kerja.

e. layanan dan tujuan
Memiliki tujuan yang jelas dan terarah akan membuat bahagia. Tujuan hidup sendiri bukan semata terkait dengan uang dan hal-hal yang bersifat duniawi. Sudah sepatutnya dalam mendidik dimasukkan juga tujuan-tujuan hidup yang harus dicapai. Tujuan yang terkait dengan masyarakat membuat mereka akan peduli dan membantu orang lain di lingkungan sekitarnya.

ekspresi siswa MTsN 1 Bantul saat acara AMT (dok madrasah)
ekspresi siswa MTsN 1 Bantul saat acara AMT (dok madrasah)

Menumbuhkan karakter positif

Ibu sebagai slah seorang yang dekat dengan anak memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan karakter anak. Lebih-lebih pada anak di usia dini. Usia merupakan usia yang sangat kritis dalam pembentukan karakter seseorang. Rentang usia antara 0-6 tahun, otak anak berkembang sangat cepat hingga 80 persen.

Pada usia ini, otak anak sudah dapat menerima dan menyerap bermacam-macam informasi. Sayangnya, mereka belum dapat menghiraukan baik dan buruknya informasi yang masuk. Pada masa inilah perkembangan fisik, mental, maupun spiritual dalam diri seorang anak akan mulai terbentuk. Seorang ibu yang memberikan liingkungan fisik dan sosial yang baik sangat menentukan tumbuhnya karakter yang baik.

Cara Membentuk Karakter Anak yang Baik

Ada beberapa cara yang bisa ibu lakukan untuk membentuk karakter anak yang baik, antara lain:

1.Tidak Membandingkan Anak 

Setiap anak adalah makhluk yang unik yang berbeda satu sama lain. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seorang ibu harus memerhatikan keduanya dan lebih fokus pada kelebihannya. Sebagai contoh, menilai kecerdasan anak tidak semata-mata dinilai dari kemampuan kognitifnya saja. Dengan ditemukannya Multiple Intelligence (kecerdasan majemuk) oleh Prof. Howard Gardner sikap membading-bandingkan anak harusnya tidak terjadi lagi. Perilaku membadingkan cenderung berdampak buruk bagi anak. Perilaku membadingkan ini akan menjadikan anak menjadi mkinder.

2.Biarkan Anak Bermain 

Aktivitas bermain bukan kegiatan yang buruk. Dalam beberapa model permainan, bahkan bisa membentuk karakter anak dengan baik. Bermain juga dapat membuat anak belajar menemukan karakter dalam dirinya. Tidak mengherankan bila guru-guru sekarang juga menerapkan permainan singkat di sela-sela pembelajaran yang dikenal dengan ice breaking. Beberapa manfaat bermain untuk anak, seperti melatih kemampuan sosial, motorik,  selain membangun karakter anak.

3. Memberikan Contoh 

Seperti dikemukakan pada uraian di atas cara membentuk karakter anak yang lain yaitu dengan keteladanan yang baik. Anak pada usia dini lebih suka mengikuti dan meniru perilaku, perkataan dan sikap orang tuanya yang mereka lihat sehari-hari. Oleh karena itu, ibu bisa memberikan contoh yang baik agar anak bisa meniru atau mengikuti perilaku positif.

4. Biarkan Anak Menjadi Dirinya Sendiri 

Seorang anak hanyalah titipan dari Allah yang Maha Kuasa yang diberi kelebihan masing-masing. Cara membangun karakter anak adalah membiarkannya menjadi dirinya sendiri. Tugas seorang Ibu dalam mendampingi anak adalah menemukan kelebihan tersebut dan membantu mengembangkannya dengan menyediakan lingkungan, sarana yang mendukung potensi tersebut. Pendampingan itu bertujuan agar anak mempunyai harga diri yang berharga, bisa dibanggakan. Seorang ibu yang sengaja memaksakan impian dan kehendak pribadinya kepada anak-anaknya sesungguhnya telah mematikan potensi dan karakter sang anak.

Memilih Tempat Sekolah

Nazhif Masykur juga menekankan pentingnya memilih sekolah yang tepat.  Ketika anak berkeinginan belajar di pondok pesantren, dia katakan hal itu merupakan hadiah terbesar dan terbaik buat orang tuannya. Terdapat perbedaan sekolah umum dan sekolah di pondok pesantren. Di Pesantren anak-anak mendapat detok (pembersian) dari mental-mental yang merusak akhlak setelah dewasa.

Motivator ini menggambarkan pengalamannya di sebuah SMP  di Gunungkidul. Di sekolah itu kepala sekolahnya menceritakan pendidikan moral dan penanaman mental spiritual akhlaknya masih dirasa kurang. Masih ditemui di sekolah ada anak kelas 2 SMP sudah menjadi ibu rumah tangga.

Mengetahui keadaan dunia yang bikin miris itu, dia berpesan supaya orang tua harus hati-hati. Zaman kini anak-anak sedang tidak baik-baik saja. Informasi yang didapat anak di luar pikiran orang tua. Anak yang dibelikan HP jangan  dikira akan selelasi urusan dan masalahnya. Dengan handphone tersebut, anak bisa melanglang buana ke mana saja. Akibatnya, di kelas 6 ada keluhan orang tua yang meminta menerapi anak-anak yang ketagihan film dewasa.

Mendampingi anak dalam pengasuhan dan pendidikan yang tepat untuk berproses menjadi orang dewasa merupakan keharusan orang tua. Ketidaktepatan dalam pendampingan, ketidakpedulian pada proses pembelajaran anak hanya akan menghasilkan generasi yang tidak menghargai moral, etika dan adab. Di akhir tulisan ini mari kita renungkan lagi puisi Dorothy Law Nolte  yang terdapat pada buku Children Learn What They Live: parenting to inspire values. Puisi tersebut diterjemahkan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Islam Aktual; refleksi-sosial seorang cendekiawan Muslim sebagai berikut :

Anak-anak Belajar dari Kehidupannya

 Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

(jae)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun