Agak tersinggung sih, tapi ya sudahlah. Toh saya pun tidak mau berdekatan dengan dia hehehe.
Akhirnya panggilan pesawat yang akan kami tumpangipun diumumkan. Kami bersegera menuju gate dan masuk ke dalam pesawat. Seperti yang sudah saya duga, penumpang saat itu hanya sedikit. Jadilah kami duduk bebas, bahkan ibu saya bisa berselonjor tiduran di bangku yang seharusnya diduduki oleh tiga orang.
Perjalanan yang ditempuh dari Amsterdam ke Abu Dhabi sekitar  6 jam 30 menit.
Tibalah kami di Abu Dhabi, kalau tidak salah kami tiba di sana sekitar jam 4 subuh. Dengan mata yang masih mengantuk, kami masih harus melewati imigrasi lagi.
Di sinilah peperangan di mulai. Kami tidak tahu harus menunggu di mana sedangkan pesawat dari Abu Dhabi ke Jakarta akan tiba jam 3 subuh. Kami masih harus menunggu 23 jam di bandara.
Lalu kami diarahkan tour guide untuk menyewa  kamar semacam hotel di bandara seharga 1 juta rupiah selama 3 jam (sudah dikurs ke rupiah).
Wah, sudah tentu kebanyakan dari kami menolak untuk mengeluarkan uang lagi hanya untuk istirahat 3 jam, padahal kami butuh 23 jam untuk istirahat.
Ada beberapa peserta yang mencari tempat buat kami supaya bisa bersama-sama duduk dan istirahat sejenak. Puji Tuhan, seorang bapak peserta menemukan ruang duduk dan ruang makan dekat foodcourt. Dan tidak jauh dari sana pula ada toilet.
Masih ada beberapa tempat makan yang buka, tetapi mereka hanya buka setengah hari. Beberapa peserta ada yang sudah ketiduran di meja karena masih mengantuk. Saya sendiri tidak bisa tidur, saya hanya ingin segera sampai ke tanah air.
Jam 12 siang, ada petugas datang dan dengan sopan mengatakan bahwa ruang tersebut akan ditutup. Jadi diharapkan semua untuk keluar dari sana.
Dengan rasa enggan, kami keluar bersama-sama peserta lain. Saya bersyukur punya saudara-saudara baru yang senasib sepenanggungan selama di perjalanan ini. Kami bersama-sama mengatasi hal ini selama di bandara Abu Dhabi.