Ingin rasanya segera kembali ke kelas bertemu dengan murid-murid, mengajar, bercanda dan menikmati kembali rutinitas saya sebagai pendidik.
Dengan keadaan ini, keadaan yang memaksa semua orang tinggal di rumah, mendidik anak di rumah, membuat mata semua orang terbuka bahwa  tugas guru di kelas tidak bisa tergantikan dengan teknologi secanggih apapun.
 Harus ada chemistry yang terbangun antara guru dan murid ketika berada real di kelas. Ada rasa percaya antara murid dan guru. Ketika rasa percaya terbangun, maka setiap ilmu pengetahuan yang diberikan akan mudah dipahami oleh murid di kelas.
Teknologi yang sekarang digunakan  seperti google classroom cukup membantu tugas guru dalam memberi tugas kepada murid. Tetapi rasanya ada yang kurang bila guru dan murid tidak bertemu secara langsung. Namun di kondisi sekarang ini, kita harus menerima kenyataan bahwa guru dan murid hanya dipertemukan lewat layar laptop, di kelas maya.
Si murid mungkin sementara senang karena tidak ada guru yang bawel kasih nasihat, guru yang galak, guru yang suka marah-marah.Â
Si guru juga sementara merasa senang karena tidak ada yang perlu diomelin setiap hari karena tidak bikin PR, tidak perlu kasih nasihat ke murid, tidak perlu cape-cape ngomel karena kelakuan anak yang tidak benar.
Tetapi ingatlah itu cuma sementara. One day, akan ada titik jenuh yang mampu membuat guru dan murid akan saling kangen. Semua kangen kembali ke kelas yang nyata, bukan kelas maya.
Semoga badai ini cepat berlalu dan masing-masing bisa mengambil hikmah dari kejadian ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H