"Dadaku nyesek melihat kelakuan pria itu. Aku perlu mencurahkan isi hati biar lebih plong!"
Tentu saja curhat tidak salah. Masalahnya adalah, apakah kamu curhat ke orang yang tepat? Apakah perlu curhat pada semua orang? Apakah semua tetangga perlu tau konflik keluarga dan kelakuan buruk suamimu?
Saat kamu curhat pada teman-teman atau tetangga, di depanmu mungkin mereka bersikap simpatik dan membelamu. Tapi bisa saja hanya karena mereka suka drama. Bukan tidak mungkin mereka malah menertawakanmu di belakang dan menjadikanmu sebagai bahan gossip. Nggak semua orang peduli dan berkompeten untuk menyelesaikan masalah yang sedang kamu hadapi.
Jadilah selektif dalam memilih pada siapa harus bicara. Bicaralah pada orang-orang yang bisa dipercaya untuk menyimpan rahasiamu, bersikap netral dan berkompeten dalam mencari solusi masalahmu.
Bagaimana Kalau Suami Memang Berkelakuan Buruk?
Suatu kali, setelah aku dewasa dan menikah, aku berkata pada ibuku bahwa seharusnya dulu ibuku tidak menjelek-jelekkan bapakku kepada orang-orang.
Lalu ibuku bertanya, "Gimana kalau memang suaminya berkelakuan buruk?"
Tentu ada keadaan bahwa seorang istri tidak bisa lagi menutupi keburukan suami saat orang lain melihat sendiri keburukan itu.
Misalnya bila hal itu terkait suami yang melakukan KDRT, seorang istri bisa langsung lapor ke polisi, karena Itu sudah masuk ranah hukum. Mungkin akhirnya orang-orang jadi tau tapi meskipun begitu, kamu kan tak perlu klarifikasi tentang itu ke semua orang. Mereka tak harus tau detail konflik rumah tangga kalian kan? Kamu tak perlu menjelaskannya kepada orang-orang yang tidak berkepentingan. Tidak perlu disiarkan ke seluruh dunia dengan share di medsos. Tidak perlu dibahas terus-menerus pada setiap kesempatan.
Fokus Pada Solusi
Biasanya kesalahan suami terasa menjadi begitu berat saat kamu mengingat-ingat lagi semua kesalahannya dari masa lalu. Akumulasi kesalahan yang menjadi begitu besar dan sulit untuk dimaafkan.