Mohon tunggu...
Rosda Yanti
Rosda Yanti Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Writing, baking, traveling

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Maladaptive Daydreaming - Mungkin Ini Alasan Aku Tak Pernah Berniat Bunuh Diri

30 Desember 2023   07:57 Diperbarui: 30 Desember 2023   08:15 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Meskipun aku belum pernah berkonsultasi ke tenaga profesional, aku pikir aku pernah mengalami MD karena semua kriteria ini pernah terjadi padaku.

Pengalamanku dengan Maladaptive Daydreaming

Bermula sejak aku anak-anak. Saat itu aku sering merasa diabaikan, diperlakukan kasar secara fisik dan verbal, dipukul, dibentak, menyaksikan teriakan dan pertengkaran dan hal buruk lain yang membuatku sering dilanda kecemasan, ketakutan, kekecewaan, kemarahan dan kesedihan yang tak terjelaskan.

Tak tau kepada siapa aku harus menceritakan segala kekacauan yang sedang berlangsung di dalam pikiranku. Tak ada orang yang mengerti pun tak ada orang yang tampaknya peduli. Aku sering merenung dan menangis sendiri.

Pada akhirnya, mungkin karena tak kuat menanggung semua tekanan batin itu, aku lalu menemukan satu jalan keluar yaitu lari dari kenyataan. Aku berlari kepada suatu kehidupan yang terjadi dalam imajinasiku yang berkebalikan dengan kenyataanku.

Di dunia itu semua keadaan ideal bisa terjadi sesuai keinginanku. Aku bisa menjadi apa saja, menjadi siapa saja, mendapatkan apa saja dan melakukan apa saja. Aku bisa menjadi orang kaya, cerdas, berbakat, cantik, dicintai, punya power, apapun itu yang aku tak temukan di dunia nyataku.

Di dalam imajinasiku seolah ada layar yang sedang menampilkan kisah yang aku ikut terlibat di dalamnya. Tokoh utama dalam cerita itu bisa diriku sendiri atau tokoh lain yang mewakili diriku. Jalan ceritanya bisa berdasarkan penggalan kejadian nyata yang alurnya aku ubah sesuai keinginanku. Bisa mengikuti potongan-potongan film, cerpen atau buku yang aku baca. Ceritanya intens dan kadang berulang-ulang hanya ngurusin satu scenario dengan begitu detail.

Saat masih kecil, aku sering membuat imajinasi tentang seorang anak yang hidupnya dilimpahi kasih sayang oleh orangtua dan sekelilingnya. Karena saat itu aku merasa diriku diabaikan dan diperlakukan buruk. Kadang juga tokohnya adalah seseorang dengan kekuatan superhero bila aku sedang mengalami perlakuan kasar namun tak berdaya melawan.

Saat aku remaja, tokoh fantasi bisa merupakan seorang gadis cantik, cerdas dan berprestasi di sekolah. Kebalikan dari diriku di dunia nyata yang menurutku jelek, miskin dan bodoh. Tak membanggakan di bidang apapun.

Saat aku beranjak dewasa, tokohnya berkembang lagi menjadi seorang wanita karir yang cantik, sukses, kaya, bisa melakukan apa saja di bidang apa saja. Kadang bisa menjadi penyanyi terkenal, dokter, pengacara atau apapun yang aku pikir hebat. Tokoh itu dikagumi dan kehadirannya begitu mempengaruhi kehidupan banyak orang. Lagi-lagi merupakan kebalikan dari hidup nyataku yang menurutku tak diinginkan, tak dicintai dan tak dianggap penting.

Berlari ke dunia fantasi adalah jalan ninja ku setiap kali aku berhadapan dengan dunia nyata yang tidak menyenangkan. Di dunia fantasi ini jauh lebih menyenangkan. Aku bisa terhanyut di dalamnya sehingga aku tak begitu pusing mikirin masalah hidup di dunia nyata. Jadi mungkin karena itulah aku tak pernah berpikir untuk bunuh diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun