Your home should be full of people and love, not stuff. -Francine Jay
Pulang kerja, badan sudah lelah, letih, lesu, rasanya ingin segera istirahat. Namun, melihat ke seantero ruangan rumah yang berantakan membuat pikiran jadi tak tenang.
Ingin diabaikan, tapi rasanya tetap tak nyaman melihat rumah berantakan. Ingin diberesin tapi bingung mau mulai dari mana saking semua berantakan. Kadang juga udah males duluan membayangkan nanti juga akan berantakan lagi.
Bila kamu juga pernah merasakan hal seperti ini, aku mau bilang, I feel you. Dan aku mau share bagaimana aku berusaha untuk mengatasinya.
Keadaan rumah yang berantakan memang suatu hal yang wajar, apalagi bila kita tinggal bersama keluarga dan punya anak kecil. Namun, bukan berarti rumah dibiarkan saja seperti kapal pecah. Karena hal itu bisa bikin penghuninya stress dan tidak nyaman.
Nah, bagaimana biar rumah bisa lebih mudah dirapikan? Berikut ini satu tips yang aku sudah praktekkan dan ternyata lumayan ampuh.
Namanya adalah decluttering. Decluttering adalah suatu cara atau kegiatan merapikan, memilah, memisahkan dan menyingkirkan barang atau hal yang tidak diperlukan, sehingga hanya menyimpan barang yang memang dibutuhkan. Barang-barang yang sudah tidak digunakan ini bisa dibuang, didonasikan atau dijual. Pokoknya dikeluarkan dari kehidupan kita.
Decluttering ini sebaiknya dilakukan sebelum kamu mulai beres-beres. Karena Dengan jumlah barang yang lebih berkurang, hal yang perlu kita rapikan atau bersihkan pun jadi lebih sedikit.
Misalnya, bila kamu punya 100 baju di lemari, saat lemari berantakan, kamu perlu merapikan 100 baju itu dari awal. Namun, bila kamu sudah memisahkan 50 baju tak terpakai ke tempat lain maka yang tersisa untuk dirapikan hanya 50 baju saja. Menghemat 50% waktu dan tenaga untuk bebenah bukan?
Langkah Mulai DeclutteringÂ
Bila biasanya yang kamu lakukan hanya merapikan dan bersih-bersih, kali ini kamu perlu mempertanyakan, apakah suatu barang yang disimpan di rumah, di lemari, di kulkas atau di ruangan lain benar-benar masih berguna dan perlu disimpan atau tidak.
Misalnya di dapur, apakah perlu menyimpan panci bocor yang sudah tak pernah dipakai lagi? Untuk apa masih menyimpan bumbu masakan yang sudah expired? Apa perlunya menyimpan kardus-kardus kosong yang menumpuk di atas lemari?
Saat kita melihat pakaian di lemari, apakah baju tertentu masih akan dipakai? Apakah baju ini masih muat? Bila tidak, apakah kondisinya masih baik untuk didonasikan? Atau apakah bisa dibuang saja?
Saat ke kamar mandi, coba pertanyakan, sampai kapan kita menyimpan botol shampoo yang sudah kosong itu? untuk apa sikat gigi yang sudah tak dipakai itu masih disimpan?
Saat melihat rak tempat make up, coba pertimbangkan, apakah kita masih akan memakai alat make up yang sudah expired itu? Bila tidak, mengapa masih disimpan disitu?
Saat kita masuk ke ruangan tamu, coba perhatikan barang-barang yang terdapat di situ. Apakah perabot yang memenuhi ruangan itu semuanya berguna?
Kendala Saat Decluttering
Proses decluttering ini kadang tidak mudah bagi orang tertentu yang cenderung sentimental dan suka bernostalgia dengan barang-barang yang punya kenangan khusus. Selain itu seringkali kita berpikir bahwa suatu hari nanti barang itu akan dibutuhkan lagi.
Untuk mengatasi hal ini, kamu bisa memasukkan barang tersebut ke suatu kardus dan simpan saja kardus itu di suatu tempat. Bila sampai 3 bulan, atau paling lama 6 bulan, kamu tidak mencari barang tersebut, kemungkinan besar memang kamu tidak membutuhkannya.
Bila ternyata kamu hendak memberikan barang itu ke orang lain, tapi masih berat hati, coba renungkan apakah ada orang lain di luar sana yang sekiranya lebih membutuhkan barang-barang itu?
Alangkah bijaksananya bila barang-barang ini didonasikan kepada mereka daripadan hanya ditumpukin di rumah dan tak pernah digunakan.
Bila suatu hari nanti aku butuh barang ini, apakah aku benar-benar akan mencarinya dari tumpukan ini? Kemungkinan besar, kita bahkan sudah lupa apa saja yang kita simpan dalam suatu tumpukan barang di rumah dan saat dibutuhkan pun kita butuh terlalu lama untuk mencarinya sehingga jalan paling mudah adalah untuk langsung beli lagi.
Bagiku untuk barang-barang tertentu yang mempunyai kenangan khusus, misalnya baju anak ketika masih bayi, aku simpan beberapa pasang saja di suatu tempat khusus, sisanya diberikan ke orang lain yang kira-kira membutuhkan.
Decluttering ini tentu bukan pekerjaan satu hari. Apalagi bila kamu lumayan sibuk dan di rumah kamu terdapat begitu banyak tumpukan barang.
Saat pertama kali mau decluttering kamu bisa melakukannya secara bertahap, mulai dari satu ruangan misalnya area kamar tidur dulu, kemudian area dapur dan seterusnya. Setelah itu tetap lakukan secara berkala dan konsisten. Misalnya sekali sebulan atau setiap kali kamu melihat ada barang tertentu yang sudah tidak dibutuhkan lagi.
Setelah decluttering, langkah ke dua dalam bebenah adalah organizing, yaitu menempatkan barang-barang secara teratur sehinga mudah ditemukan oleh kita dan penghuni rumah lain.
Misalnya, menyimpan bumbu dapur di rak yang sama, memberi label di toples penyimpanan bumbu, menyimpan mainan anak di satu lemari khusus, menaroh alat make up di satu tas khusus, menyimpan obat-obatan di suatu rak khusus dan hal-hal lain yang menurutmu bisa memudahkan untuk menemukan suatu barang.
Decluttering dan organizing tentu bukan jaminan rumah akan rapi sepanjang waktu. Rumah pasti akan berantakan lagi, pasti akan berdebu. Namun rumah bisa jadi lebih mudah dirapikan dan dibersihkan.
Saat rumah kembali berantakan, hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah menaroh kembali barang-barang tersebut ke tempat masing-masing dan mulai bersih-bersih.
Rumah kembali rapi, pikiran kembali tenang dan kamu bisa istirahat dengan lebih nyaman dan menghabiskan waktu yang lebih menyenangkan bersama keluarga di rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H