Mohon tunggu...
Rosda Yanti
Rosda Yanti Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merdeka dari Kekhawatiran akan Apa Nanti Kata Orang

17 Agustus 2023   07:04 Diperbarui: 17 Agustus 2023   14:01 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perasaan damai ketika tidak khawatir akan apa kata orang lain. Sumber: Kompas.com

Pernahkah kamu ingin melakukan sesuatu yang menjadi dorongan batinmu, namun tidak kunjung bergerak karena kuatir akan apa nanti kata orang?

Atau kamu akhirnya mengambil suatu keputusan yang tidak sesuai dengan suara hatimu hanya karena desakan orang lain?

Beberapa kisah berikut ini mungkin terdengar familiar juga bagimu:

Saat seorang remaja yang berminat di bidang kuliner, tapi malah memilih jurusan kuliah di bidang engineer karena di mata keluarga besarnya, yang terdiri dari para engineer, jurusan itu dianggap lebih prestise dan menjanjikan. 

Akhirnya dia memilih jurusan yang direkomendasikan walaupun dia menjalaninya tanpa gairah.

Seorang wanita bertemu dengan pria pujaan hatinya. Segala yang ada pada diri pria ini benar-benar pas dengan kriterianya. Namun keluarga besar menentang karena perbedaan suku.

 Apalagi pria ini berasal dari latar belakang ekonomi yang lebih rendah. Orang tua berkali-kali mengingatkan, apa nanti kata orang?

Seorang wanita lajang yang sudah berumur matang di atas 30an, tak kunjung bertemu pria yang tepat maka saat ada sanak keluarga yang menjodohkan dia dengan seorang pria, dia menerima saja, walaupun dalam hati dia tidak sreg. 

Hanya demi memuaskan harapan keluarga besar yang tak henti-hentinya berkata, apa nanti kata orang kalau wanita umur segini belum menikah?

Saat sepasang calon pengantin sedang mempersiapkan pernikahan, mereka tau mereka hanya sanggup mengadakan resepsi sederhana sesuai dengan budget yang mereka miliki, namun karena pihak keluarga besar mendesak untuk mengadakan pesta besar dan mewah, mempertimbangkan apa nanti kata orang, membuat pasangan ini terpaksa meminjam dana hanya untuk biaya resepsi pernikahan.

Saat seseorang baru punya satu orang anak, orang mulai  menanyakan, kenapa anaknya cuma satu? Kenapa nggak nambah lagi? Akhirnya dia menambah anak agar hidupnya mendapat persetujuan dari orang lain.

Seorang wanita yang hidupnya begitu menderita oleh kelakuan  suaminya yang KDRT namun sulit mengambil keputusan. Dia ditahan oleh kekuatiran akan apa nanti kata orang kalau pernikahanku gagal? Kalau aku jadi janda?

Seringkali "Apa nanti kata orang?" seolah menjadi dasar untuk pengambilan keputusan dalam bertindak.

Tapi bila kita renungkan, sebenarnya kata orang manakah yang dimaksud?

Orang mana yang sedang mengawasi dan mengikuti setiap tahapan hidupmu untuk  memastikanmu berjalan di track yang benar?

Dan siapa yang menjamin bahwa track itu memang adalah yang paling benar?

Setiap orang punya selera, sudut pandang dan penilaian yang berbeda dalam memandang suatu hal. Standar  hidup siapa yang kita jadikan patokan untuk diikuti?

Apakah bila masyarakat umum melakukannya, maka kita juga harus melakukan hal yang sama? Sementara masyarakat di suatu tempat dengan tempat yang lain juga punya budaya yang berbeda. 

Bila hidup hanya untuk mengejar apa yang umum di masyarakat, alangkah melelahkan dan membingungkannya hidup ini.

Dalam buku The Purpose Driven Life, Rick Warren mengatakan bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia di bumi untuk suatu tujuan yang berbeda-beda.

Setiap orang punya tugas yang khusus yang hanya dapat dilakukan oleh orang tersebut dengan segala keunikan yang diberikan Tuhan padanya. Baik itu latar belakang keluarga, kemampuan, kepribadian, karunia dan bakat-bakat alami yang dia miliki.

Jadi sebenarnya adalah wajar bila kita punya minat dan pilihan yang berbeda dengan orang lain. Jadi bila kita ingin melakukan sesuatu, kita tak harus mencari persetujuan dari orang lain. 

Kita tak harus membiarkan ekspektasi atau opini dari orangtua, saudara, teman, tetangga dan masyarakat umum mengendalikan pilihan hidup kita. Karena memang tujuan kita berbeda. 

Tak ada orang yang benar-benar tau secara spesifik apa yang terbaik untuk hidup kita. 

Setiap kita punya perjalanan hidup masing-masing dan pelajaran yang diberikan ke setiap orang berbeda-beda tergantung mau kemana arah tujuan orang tersebut.

Hidup manusia di bumi ini adalah penugasan sementara. Oleh karena itu, kita harus mengerti bahwa tujuan hidup kita bukan untuk mencapai segalanya sesuai standar umum masyarakat di bumi ini.

Semua ini hanyalah sementara, kehidupan di bumi ini tidaklah kekal. Yang perlu kita lakukan adalah fokus pada penyelesaian tugas dan misi kita di dunia ini.

Tuhan menciptakan kita dengan suatu tujuan khusus dan mencapai tujuan itulah yang seharusnya menjadi perlombaan yang wajib kita kejar. 

Karena kita tak mungkin bisa menyenangkan atau memenuhi ekpektasi setiap orang. Pada akhirnya apa yang paling penting bukanlah apa kata orang lain tentang hidup kita, tapi apa kata Tuhan tentang hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun