Biasanya aku menyusui El tiap 2 jam sekali. El yang masih bayi, lebih banyak tidur, jarang rewel. Tapi saat rewel dan dikasih susu dia langsung tenang. Bila setelah menyusui El masih rewel, kadang kami berpikir bahwa mungkin karena ASI nya kurang. Jadi suami suka nawarin untuk bikin sufor.
Saat itu, setiap kali suami membuat sufor untuk El, aku merasa sangat cemburu pada sufor itu. Aku tak rela El malah minum sufor. Tapi aku berusaha berpikir bahwa sufor juga punya banyak kebaikan.
Setelah Satu bulan dengan Sufor
Setelah El berumur satu bulan, kami kontrol ke dokter anak. Saat itu dokter menanyakan apakah kami memberikan ASI eklsusif? Kami jawab tidak, karena kami juga sesekali memberi sufor.
Dokter bertanya berapa banyak perbandingan dia minum ASI dengan sufor? Kami jawab lebih banyak ASI sih, sufor hanya sesekali bila dirasa kurang.
Karena menurut dokter bahwa peningkatan berat badan El bagus untuk usianya, jadi dia sarankan agar kami memberi ASI ekslusif aja, karena itu pun tampaknya cukup baginya. Sejak saat itu, kami pun berusaha untuk hanya ngasih ASI.
Mulai Stok ASIP
Saat El berusia 2 bulan aku mulai mempersiapkan stok ASIP (Air Susu Ibu Perah) agar nanti setelah kembali bekerja El tetap bisa minum ASI.
Saat itu sepertinya kesibukannya hanya seputar ASI. Setiap 2 jam sekali menyusui El dan  di sela-sela waktu itu aku memompa ASI. Hasilnya biasanya hanya sedikit, paling sekitar 50ml udah memompa kedua payudara.
Suatu kali suamiku melihat hasil pumping yang hanya sedikit itu, dengan nada ragu berkata, "Yah, cuma segitu doang, emang bakal cukup?"
Dengan nada kesal aku hanya menjawab, "Kita kan sama-sama dengar kata dokter tentang pentingnya ASI Ekslusif, jadi tolonglah disupport!" setelah itu suamiku tak pernah lagi berkomentar miring lagi.