Mohon tunggu...
Rosa Petrinevanti
Rosa Petrinevanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya

Saya adalah pribadi yang senang dalam bidang Marketing Communication

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tangkal Aksi Kelompok Remaja Bersenjata Tajam di Surabaya

18 Desember 2022   11:56 Diperbarui: 22 Desember 2022   08:17 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa pekan ini, warga kota Surabaya di buat resah oleh kelompok remaja yang menyebut dirinya gangster. Gangster motor di Surabaya telah menjadi pemberitaan yang ramai baik di media cetak maupun media sosial. 

Tindakan yang dilakukan oleh sekelompok remaja tersebut tidak hanya konvoi berkeliling kota di malam hari saja, namun sekelompok remaja itu pun mengendarai sepeda motor dengan membawa senjata tajam seperti celurit, golok bergerigi, seakan -- akan siap melakukan perang. Akibat ulah kelompok remaja tersebut, satu nyawa hilang.

Seperti ramai diberitakan pada media massa, kelompok gangster tersebut melakukan aksi dengan menyerang warung kopi di Jalan Keputih, Surabaya pada Jumat (2/12/2022) dini hari. Dari peristiwa tersebut, ada 13 orang yang diamankan oleh warga. Kelompok remaja tersebut menjadi amukan massa.

Dalam kehidupan sehari -- hari banyak kita lihat di sekeliling kita, saat ada sekumpulan remaja yang mengendarai motor bersama -- sama biasanya memiliki kegemaran dengan sepeda motor yang menjadikan hal itu sebagai hobi. 

Namun berbanding terbalik, ada pula pemotor yang bertindak kurang terpuji. Mereka menunjukkan aksi yang meresahkan masyarakat. Kelompok tersebutlah yang disebut gangster motor. Menurut KBBI, gangster dapat didefinisikan sebagai penjahat.

Berbeda halnya dengan pecinta motor, mereka melakukan touring keliing kota secara damai, karena memang hobi. Tindakan gangster motor sangat mengerikan, sehingga munculah stigma ke arah negatif. 

Hal ini lantaran tindakan yang dilakukan sekelompok remaja itu pun anti sosial seperti membuat ricuh saat pawai, berkendara liar, serta merasa bahwa dirinya paling benar. Dengan adanya stigma tersebut, maka sudah jelas terdapat perbedaan secara kongkrit antara pemotor berperilaku sosial dengan pemotor anti sosial.

Kelompok remaja yang tergabung dalam gangster sebagian besar merupakan remaja yang tengah berada dalam fase perkembangan, yakni mengalami krisis identitas. 

Berdasarkan pandangan Erikson "Konflik kepribadian yang berasal dari lingkungan serta mencari jati diri di dunia ini menjadi penyebab terjadi krisis indentitas pada remaja". 

Kelompok remaja yang tergabung dalam geng motor tersebut tengah berada pada posisi binggung dalam menentukan perspektif mereka, serta memiliki naluri resistensi terhadap situasi masyarakat senjang yang mendorong untuk melakukan perilaku menyimpang yang mengarah pada pelanggaran norma sosial di masyarakat.

Munculnya gangster di Surabaya, menjadi salah satu fenomena permasalahan sosial. Dalam hal ini dapat disebut dengan kenakalan remaja yang terjadi dilingkungan masyarakat, khususnya di Surabaya. 

Anggota gangster bisa jadi berasal dari kalangan sosial bawah, yang kesehariannya hidup di lingkungan kemiskinan orang tua. Biasanya mereka bosan melihat kehidupan yang miskin, senjang serta tidak adil.

Remaja yang tergabung dalam geng motor tersebut ingin menunjukkan eksistensi diri agar terlihat lebih hebat daripada yang lainnya. Sikap ingin bersaing muncul tidak hanya terjadi antar kelompok, melainkan sesama anggota dalam satu geng. Mereka saling bersaing untuk menunjukkan siapa yang paling berani, karena orang yang paling berani dan hebat, justru dihormati.

Pada beberapa waktu lalu, salah satu gangster dengan 7 anggota bernama team GukGuk telah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Polres Pelabuhan Tanjung Perak, motif yang dilakukan oleh gangster tersebut disebabkan lantaran mereka ingin menunjukkan eksistensi diri. Walaupun mereka berada dalam tatanan ekonomi sosial bawah, namun mereka ingin menunjukkan bahwa mereka ada di masyarakat.

Tindakan yang dilakukan oleh sekelompok gangster tersebut, memakai sub kebudayaan menyimpang, dalam bentuk kekerasan. Bentuk kekerasan yang mereka lakukan pada masyarakat sebagai resistensi pada kondisi masyarakat.

Apabila ketidakadilan serta kesenjangan masih terjadi dalam lingkungan masyarakat, maka tawuran antar gangster sulit untuk diberantas. Penangkapan gangster team GukGuk sifatnya hanya sementara saja. 

Hal tersebut tidak menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan tawuran antar gangster. Untuk mengatasi persoalan tawuran antar gangster ini tidak dapat dilakukan secara cepat atau instan begitu saja, melainkan butuh proses didalamnya. 

Kesenjangan sosial, ketidakadilan serta ekonomi dalam masyarakat harus diselesaikan terlebih dahulu, agar nantinya tawuran antar gangster pun tidak terjadi lagi.

Cara Mengatasi

Untuk mengatasi maraknya tawuran berupa gangster yang meresahkan sebagian besar masyarakat di kota Surabaya, maka perlu dilakukan upaya -- upaya sebagai berikut:

  • Pemerintah kedepannya dapat menyediakan fasilitas pemberdayaan remaja berupa ruang  bagi remaja agar dapat mengekspresikan serta menyalurkan minat diri. Namun tetap masih dalam kontrol dan juga pengawasan dari pihak berwajib. Misalnya saja, dengan menciptakan arena berkreasi secara legal.
  • Dibutuhkan kerja sama yang erat antara TNI, Polisi, Masyarakat, Orang Tua serta Stake Holder terkait untuk mengentaskan aksi tawuran gangster di Surabaya. Apabila kerja sama yang baik antara pihak -- pihak tersebut dapat terimplementasikan, maka secara perlahan dapat dipastikan fenomena gangster bisa diminimalisir supaya kedepannya tidak terjadi lagi.
  • Orang tua harus lebih tegas dalam melakukan pengawasan pada anak. Apabila tidak ada keperluan yang benar -- benar urgent, maka anak -- anak diminta untuk tetap berada dirumah. Pada intinya sangat dibutuhkan peran orang tua dalam mendampingi anak, terlebih ketika memasuki masa remaja, sehingga anak tidak terjerumus masuk dalam lingkungan pergaulan yang negatif.
  • Diperlukan komunikasi secara intens antara orang tua dan anak, sehingga orang tua dapat mengetahui dengan siapa saja anak mereka bergaul. Dalam hal ini, orang tua dapat memberikan edukasi secara halus kepada anak.
  • Memberikan penyeluhan terkait pendidikan karakter bagi remaja baik di sekolah maupun dirumah. Peran guru sangat memegang kendali penuh ketika mengajar para siswa di sekolah, tidak hanya mata pelajaran umum saja yang harus di berikan, namun pendidikan karakter juga harus diselipkan bagi siswa.  Apalagi saat ini sedang gencar -- gencarnya para remaja melakukan tindakan kenalakan remaja, berupa tawuran, hingga kriminalitas (gangster). Tidak hanya memberikan pendidikan karakter disekolah, namun ketika sudah dirumah, maka orang tua juga memiliki kewajiban untuk menanamkan pendidikan karakter bagi anak.

Itulah beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menangkal maraknya aksi kenalakan remaja berupa gangster agar tidak terjadi lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun