Mohon tunggu...
Rosa Linda
Rosa Linda Mohon Tunggu... Jurnalis - Suka dengan hal-hal baru dan unik

Jika ada niat, usaha, dan doa. Segala sesuatu yang awalna sulit akan mudah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jejak Kerang

25 Mei 2019   09:30 Diperbarui: 25 Mei 2019   09:51 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Rinda mulai melangkahkan jari kakinya ke depan menuju kerang unik di pesisir pantai. Diambil kerang berwarna keemasan itu oleh Rinda. Saat dipegang, kerang tersebut menyilaukan mata Rinda. Merasa kaget, kerang tersebut dilemparnya ke arah belakang. 

Tak menyangka kerang emas itu mengenai seorang lelaki yang tidak dikenal Rinda. "Aduh, apa ini? Woy siapa yang lempar kerang ke dahi gue? Sakit nih," teriak lelaki itu pada pantai. 

Rinda pun terdiam tak menengok ke belakang, ia belum tau pasti apakah benar kerang yang dilemparnya mengenai lelaki tinggi dan berkulit putih.

"Permisi, sedang apa anda di pesisir pantai sendirian di sore hari ini?," ujar lelaki dengan lembut pada Rinda. Apa benar, ia sedang berbicara denganku. Aku diam tak berkutik saat lelaki misterius itu bertanya padanya.

Rinda pergi begitu saja, saat lelaki tak dikenalnya bertanya padanya. Sampai di salah satu kamar milik Rinda. Yang bisa disebut juga sebuah penginapan kecil berbahan kayu berwarna coklat kehitaman. 

Terdengar suara aneh yang membuat Rinda penasaran, suara yang berasal dari arah jendela berbentuk lingkaran dengan gorden motif batik. Langkah kecil Rinda memberanikan diri untuk mendekat ke sumber suara. "Siapa kamu? Sedang apa kamu disana?," teriak Rinda. Wajah Rinda mulai memerah, karena ada seorang lelaki yang ditemuinya di pantai tadi, menyasar sampai ke penginapannya. 

"Maaf, di luar hujan. Penginapan ku masih jauh dari penginapanmu. Bisakah aku meneduh sebentar di depan kamarmu? Aku janji tidak akan mengganggumu. Aku hanya perlu tempat berteduh. Sekarang aku hanya tinggal minta ijin darimu," jelas lelaki tersebut.

Lagi-lagi Rinda hanya terdiam dan meninggalkan lelaki itu sendirian di depan kamar penginapannya. "Kenapa dia bisa tau kalau ini kamarku, gimana kalau dia sampai kedinginan dan jatuh sakit karena kehujanan?" ucap Rinda dalam batin dengan penuh kebingungan dan kekhawatiran.

Hujan mulai reda, suasana menjadi kembali hening. Suara sambaran petir telah hilang.

"Misi, terima kasih atas tempat teduhan yang sempurna bagiku untuk menunggu redanya hujan. Aku berhutang padamu!" ujar lelaki itu. Kelvin merasa aneh dengan tingkah laku perempuan yang ditemuinya.

"Apa dia memiliki kekurangan pendengaran? Tapi walau seperti itu dia tetap manis. Ahhh... Ngacok nih, baru aja ketemu dah bayangin dia terus. Gak beres," ucap Kelvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun