Mohon tunggu...
Rosalina Fitrida Pakpahan
Rosalina Fitrida Pakpahan Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Guru di daerh jakarta pusat, menyukai menulis terutama dalam bidang pendidikan. Guru SMA swasta di daerah Jakarta Pusat. Mulai mengajar sejak tahun 2006 hingga saat ini. Dunia pendidikan merupakan passion yang selalu diimpikan untuk menciptakan pribadi-pribadi yang tangguh dan berintegritas dengan rasa takut dan hormat akan Tuhan .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi - Modul 1.4

3 Juni 2024   19:28 Diperbarui: 3 Juni 2024   19:39 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          A. Peran penulis dalam ruang kelas penting sebagai guru dalam kodrat jaman dan kodrat alam yang selalu membangun potensi murid dengan terciptanya motifasi instrinsik murid dalam membangun budaya positif di sekolah. Penulis yang melatih diri untuk menjadi manajer dalam kasus yang dihadapi apabila murid melanggar keyakinan sekolah/kelas yang telah disepakati. Penulis menerapkan nilai dan peran penulis menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan  mengingat murid menjadi pusat pembelajaran. Penulis berlatih menjaga nilai keberpihakan terhadap murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif yang tertuang dalam visi misi sekolah dan visi misi pribadi.

          B. Refleksi pembelajaran modul 1.4 Budaya Positif yang dapat dipahami penulis salah satunya disiplin positif yang tertuang dalam teori kontrol/teori pilihan yang menggambarkan 4 faktor teori, dan salah satunya yaitu bahwa seseorang tidak dapat mengontol orang lain, hanya orang tersebut yang dapat mengontrol diri sendiri. Sehingga disiplin positif merupakan suatu kemampuan mengontrol diri menjadi seseorang yang diinginkan berdasarkan motivasi dari dalam diri murid itu sendiri. Hal-hal yang menarik yang dapat direfleksikan penulis yaitu motivasi yang terdapat dalam diri murid memiliki dua penyebab motivasi itu lahir, yaitu motivasi instrinstik dan motifasi ekstriksik. Motivasi instrinsik dimulai dengan murid melakukan suatu tindakan/kontrol diri berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, Apabila motifasi yang ingin dicapai bertujuan untuk aktualisasi diri dalam bentuk penghargaaan dengan nilai-nilai kebajikan universal  yang murid pegang, maka motifasi tersebut dinamakan motivasi instrinsik. Akan tetapi apabila suatu tindakan/kontrol diri berdasarkan tujuan menghindari hukuman, berharap imbalan/pemberian penghargaan dalam bentuk prestasi dalam nilai materi atau pujian yang akan diberikan maka dapat dikatakan motivasi tersebut dinamakan motivasi ekstrinsik. Pertama, apabila murid melakukan suatu tindakan untuk menghindari hukuman dalam ruang pembelajaran di kelas, maka keterkaitan guru yang mengajarinya memiliki posisi kontrol sebagai penghukum atau pembuat rasa bersalah. 

Guru dengan posisi kontrol guru sebagai penghukum dan pembuat rasa bersalah menciptakan tindakan murid yang memiliki motivasi ekstrinsik. Guru dengan posisi kontol tersebut akan menciptakan murid yang melakukan tindakannya agar tidak dihukum. Kedua, apabila murid melakukan suatu tindakan untuk mendapatkan imbalan/pemberian penghargaan dalam bentuk prestasi dalam nilai materi atau pujian yang akan diberikan maka murid merasakan dalam ruang kelas terdapat guru yang memiliki posisi kontrol teman dan pemantau. Hal ini dikaitkan dengan posisi kontrol guru sebagai teman atau pemantau sehingga menciptakan tindakan murid yang memiliki motivasi ekstrinsik. 

Menciptakan murid yang melakukan tindakannya agar mendapatkan imbalan/pemberian penghargaan dalam bentuk prestasi dalam nilai materi atau pujian yang murid harapkan. Ketiga, guru yang menciptakan murid dari ruang belajar yang mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dengan menghargai nilai-nilai kebajikan universal yang murid pegang dalam bentuk sebuah keyakinan kelas atau keyakinan sekolah. Guru ini akan menciptakan murid yang memiliki motivasi instrinsik dari guru yang menjadi manager dalam ruang kelas murid. Guru dengan posisi kontrol manager akan mampu menghadapi suatu tindakan murid yang tidak sesuai dengan keyakinan kelas/keyakinan sekolah yang murid sepakati dengan pola penanganan model segitiga restitusi. Model segitiga restitusi yang diadopsi oleh guru dalam penanganan kasus murid di sekolah memiliki pola menstabilkan identitas, validasi kebutuhan dan menanyakan keyakinan. Pola dalam segitiga Restitusi dengan posisi kontrol guru sebagai manager akan menyadari bahwa guru paham kebutuhan murid yaitu : bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan, serta penguasaan.

Penerapan segitiga restitusi 2 sumber gambar: Rosalina Fitrida Pakpahan
Penerapan segitiga restitusi 2 sumber gambar: Rosalina Fitrida Pakpahan

          Perubahan yang terjadi dalam pola pikir penulis dalam menciptakan budaya positif dalam ruang lingkup kelas penulis akan melihat sisi kebutuhan murid dan mengaitkan tersebut dengan keyakinan kelas yang disepakati di kelas dalam setiap kelas. Sebelum mempelajari modul 1.4 penulis lebih berkomunikasi satu arah dan belum sepenuhnya menanyakan perasaan murid tetapi lambat laun dengan proses pembelajaran penulis mencoba memahami dan menerapkan posisi kontrol manager sehingga tidak menjadi guru yang dirasakan oleh murid posisi kontrol penghukum, pembuat rasa bersalah, teman dan pemantau.

          Pengalaman yang penulis alami sebelum mempelajari posisi kontrol, penulis melihat murid melakukan tindakan untuk mendapatkan prestasi dalam bentuk juara atau takut mendapat hukuman bila tugas tidak terselesaikan. Akan tetapi walaupun hasilnya belum terlihat untuk penerapan yang baru-baru ini dilakukan oleh penulis terhadap murid. Penulis percaya suatu ketika murid yang mendasari semua tugas untuk nilai/juara kelas/takut dihukum lambat laun akan bergeser nilai tersebut seiring berprosesnya penulis dalam berlatih dengan konsisten menjadi posisi kontrol manager dan pemahaman kasus dengan segitiga restitusi.

          Perasaan penulis ketika menjalani proses pembelajaran dari posisi kontrol penghukum/pembuat rasa bersalah/teman/pemantau merasa bersalah terhadap murid. Selama ini sebelum mempelajari modul 1.4 penulis belum menjadi guru yang terbaik untuk murid. Sehingga penulis berkeinginan untuk terus berubah melatih diri menjadi posisi kontrol manager dalam penanganan kasus dan mencoba konsisten melakukannya.

          Menurut Penulis terkait pengalaman dalam penerapan posisi kontrol manager dan dalam penanganan kasus dengan pola segitiga restitusi murid akan belajar melihat dari sudut pandang bahwa tindakan murid yang tidak sesuai dengan keyakinan kelas bukan lagi hukuman tetapi sebuah konsekuensi dari tindakan yang murid lakukan apabila keyakinan sekolah/kelas dilanggar. Perbaikan-perbaikan dalam proses latihan menerapkan segitiga restitusi perlu banyak digali terutama validasi kebutuhan yang mana penulis perlu mengggali atau melatih karna masih terlalu kaku dalam menjalankannya.

          Sebelum mempelajari Modul 1.4 penulis dalam ruang kelas menjadi penghukum dan pembuat rasa bersalah dan sesekali menjadi teman. Perasaan penulis saat menggunakan posisi kontrol penghukum dan pembuat rasa bersalah, penulis ditakuti oleh murid di kelas. Murid – murid patuh terhadap tugas yang diberikan oleh penulis bukan karena benar-bener menggali potensi mereka, akan tetapi dengan alasan agar tidak dihukum dan menciptakan ketakutan bukan kelas yang menyenangkan. Penulis merasa bersalah kepada murid-murid sebelum mempelajari  modul 1.4. Setelah mempelajari modul 1.4 penulis merasa kelas lebih menyenangkan walaupun sering murid menyampaikan langsung bahwa penulis berubah dalam pembelajaran. Perasaan senyum bahagia mengalir dari dalam hati dan menyadari bahwa selama ini tercerahkan dengan isi modul 1.4. Sebelum dan sesudah pembelajaran membuat penulis berpikir kritis bahwa selama ini penulis salah dalam bertindak dalam penanganan kasus dengan posisi kontrol yang menjadikan murid memiliki motivasi ekstrinsik bukan motifasi instrinsik. Selain itu perbedaan yang mencolok dari kelas yang sunyi sebelumnya, sekarang lebih menjadi kelas/ruang belajar yang aktif bersama kegiatan murid yang asik dan menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun