Apakah kamu seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi? Jika iya, pernahkah kamu merasakan lelah berkepanjangan ketika menjalani aktivitas perkuliahan hingga menurunkan kualitas interpersonal? Jika pernah, maka ada kemungkinan kamu sedang mengalami gejala academic burnout. Lalu, tahukah kamu tentang academic burnout? Yuk, simak penjelasannya berikut ini.
Menurut World Health Organization (WHO), burnout merupakan kondisi kelelahan fisik dan emosional akibat stres akut yang belum berhasil dikelola oleh setiap individu. Sehingga istilah academic burnout dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan lelah karena tuntutan pendidikan dan perasaan tidak kompeten dalam menjalani peran sebagai mahasiswa yang menimbulkan penurunan pada motivasi belajar.
Fenomena academic burnout sudah kerap kali terjadi di banyak perguruan tinggi. Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Jimenez-Ortiz dkk pada tahun 2019 menyatakan bahwa sebanyak 52% mahasiswa mengalami burnout ketika menjalankan proses studi.
Selain itu, menurut Laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) "Statistik Pendidikan Tinggi 2020" menunjukkan sebanyak 601.333 mahasiswa putus kuliah pada tahun 2020. Apalagi di masa pasca pandemi seperti sekarang, mahasiswa rawan mengalami academic burnout. Mereka mau tidak mau dipaksa untuk cepat beradaptasi dengan ritme akademik yang berubah.
Ketidakmampuan mahasiswa menangani permasalahan dalam perkuliahan secara efisien dan efektif akan membuat mereka rentan mengalami academic burnout. Mahasiswa yang menderita academic burnout biasanya akan sering melewatkan kelas, acuh terhadap tugas-tugas perkuliahan dan akan mendapat hasil ujian yang buruk sehingga berpotensi drop out.
Academic burnout pada mahasiswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah; Pertama, banyaknya tugas perkuliahan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat. Kedua, kesulitan mengontrol diri dalam pengambilan keputusan terkait perkuliahan. Ketiga, kurangnya apresiasi baik dari dosen, teman maupun orang tua atas pencapaian akademik yang didapat. Dan keempat, ketidakharmonisan dalam menjalin hubungan pertemanan.
Banyaknya faktor yang berpotensi menyebabkan academic burnout pada mahasiswa dapat menjadi hambatan bagi mahasiswa dalam menyelesaikan proses akademiknya. Permasalahan academic burnout tentunya membutuhkan solusi untuk penanganannya. Lantas, benarkah hangout obat academic burnout?
Istilah hangout sendiri memiliki arti kegiatan pergi ke suatu tempat atau hanya sekedar jalan-jalan untuk happy-happy. Namun, sayangnya academic burnout beda dengan stres semata yang bisa diatasi dengan hangout. Maka dari itu, mahasiswa perlu menyadari gejala-gejala yang dialaminya, apakah pertanda academic burnout atau hanya stres belaka?
Academic burnout memang membutuhkan waktu untuk rehat dan hangout juga bertujuan untuk melepas penat serta dapat meningkatkan mood. Tetapi, tolak ukur untuk mengatasi academic burnout tidak cukup hanya sekedar hangout. Lantas bagaimana solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi academic burnout?