Mohon tunggu...
Rosalia Aini La'bah
Rosalia Aini La'bah Mohon Tunggu... -

Hidup adalah perjuangan !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kandungan Kedelai Sebagai Salah Satu Bahan Pangan di Indonesia

12 Januari 2012   12:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:58 2848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Katalis

basa

trigliserida

metanol

Gliserol

Metil ester

2.6Ekstraksi Minyak

2.6.1Ekstraksi padat-cair

Salah satu cara pengambilan minyak dalam ampas tahu adalah dengan cara ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan solvent. Solvent yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Dalam penelitian ini, ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi padat-cair.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Dalam ekstraksi minyak, solvent yang dapat digunakan adalah solvent organik non-polar seperti misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena (C6H6) dan n-heksana (C6H14) dengan berat 60-80oC. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat ekstraktor soxhlet.

Pada peristiwa ekstraksi padat-cair terjadi proses perpindahan massa solute dari dalam padatan ke dalam cairan melalui dua tahap, yaitu:

1.Difusi solute dari dalam padatan menuju ke permukaan padatan.

2.Perpindahan massa solute dari permukaan padatan ke dalam cairan.

Kedua peristiwa tersebut terjadi sebagai suatu proses yang berjalan seri. Jika salah satu dari kedua proses di atas kecepatan prosesnya relatif lebih cepat, maka kecepatan ekstraksi akan dikontrol oleh proses yang berjalan lambat (Kariem dan Robiah, 2009).

2.6.2Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi

1.Luas permukaan

Semakin luas permukaan sampel yang akan diekstraksi maka semakin banyak minyak hasil ekstraksi yang didapat. Hal ini disebabkan karena ukuran partikel yang kecil memiliki luas bidang kontak persatuan volume yang besar sehingga transfer massa antara solute dari padatan menuju solvent semakin besar.

2.Waktu ekstraksi

Semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak pula minyak yang dapat diekstrak dari sampel yang digunakan. Namun pada waktu tertentu setelah mencapai waktu optimal, tidak terjadi penambahan minyak yang didapat karena lemak dalam sampel telah terekstrak secara sempurna.

3.Suhu

Dalam ekstraksi lemak, suhu menentukan jumlah lemak yang terekstrak dan minyak yang diperoleh. Semakin tinggi suhu, ekstraksi berlangsung dengan semakin baik.

4.Jenis Solvent

Solvent yang digunakan harus memiliki kelarutan yang tinggi terhadap solute dan tidak larut dalam air. Untuk ekstraksi lemak, pelarut harus merupakan solvent organik non-polar.

2.7Penelitian yang Telah Dilakukan

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pengambilan minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau biji-bijian. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Karim dan Robiah (2009). Pada penelitian tersebut, bahan baku yang digunakan adalah kedelai dengan variabel berubahnya adalah solvent dan waktu.Dari penelitian ini diisapatkan data pada pelarut n-heksan diperoleh koefisien transfer massa sebesar 0,00008 gr/mm2/menit dan diffusivitas efektif sebesar 0,08 mm2/menit. Sedangkan pada pelarut benzene, koefisien transfer massa sebesar 0,000072 gr/mm2/menit dan diffusivitas efektif sebesar 0,075mm2/menit. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian solvent n-heksan lebih baik dibandingkan dengan benzen.

Sedangkan penelitian terdahulu yang memakai bahan baku ampas tahu lebih mengarah kepada pakan ternak, ekstrak isoflavon dan alat pembuatan tempe gembus. Penelitian yang dilakukan oleh Tensiska dkk. (2007) tentang ekstrak isoflavon menghasilkan kesimpulan Ekstrak antioksidan isoflavon relatif tidak tahan panas baik suhu pasteurisasi maupun sterilisasi yang ditunjukkan dengan penurunan aktivitas sampai 50 %. Rendemen ekstrak isoflavon dengan pelarut etil asetat cukup tinggi yaitu 19 % (bk) yang mengandung daidzein sebesar 2,28 g/100g tepung ampas tahu.

Penelitian lain tentang penggunaan ampas tahu untuk pakan ruminansia dilakukan oleh Tarmidi (2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ampas tahu digunakan sebagai ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap performans ternak ruminansia. Ampas tahu apabila diproteksi dengan tannin dalam rumen akan tahan terhadap degradasi, hal ini dicerminkan dengan menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Tanwiriah dkk. (2006) terhadap performan entok pada periode pertumbuhan. Penelitian dilakukan di Desa Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut dari bulan Mei hingga bulan Oktober 2006. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pemberian ampas tahu sebesar 30% dalam ransum menghasilkan performan entok yang terbaik ditunjukkan dengan nilai konversi ransum yang paling efisien. Namun, Penggunaan tepung Ampas Tahu hingga 30% dalam ransum tidak berpengaruh negatif terhadap performan entok.

Penelitian lain tentang alat pengepres tahu juga telah dilakukan oleh Suyantohadi dkk. (2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengepresan telah mencapai tujuan pengepresan yaitu penurunan kadar air ampas tahu yang dipergunakan sebagai bahan baku komoditi tempe gembus. Kelayakan ini terletak pada indikasi tercapainya waktu siklus alat dan cara kerja pengepres yang lama atau yang selama ini dipergunakan. Bahan utama dan bahan pendukung penunjang pembuatan tempe gembus mudah didapat dan juga menjamin kemudahan operasi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Bahan

a.Ampas tahu di dapat dari pabrik tahu di Mrican, Semarang.

b.n-heksan

c.Benzene

d.Toluen

3.2Alat

Keterangan Gambar:

1. Pemanas9. Vacum

2. Labu distilasi10. Aliran distilasi

3. Labu pemanas11. Tombol kontrol

panas

4. Thermometer12.Tombol kecepatan

5. Kondensor13. Kompor Listrik

6. Pendingin masuk14. Bak pendingin

7. Pendingin keluar15. Sampel

8. Erlenmeyer 16. Air pendingin

Gambar 3.1 Rangkaian alat distilasi

Keterangan gambar:

1. Stirrer

2. Labu alas bulat

3. Pipa distilasi

4. Labu soklet

5. Solid

6. Siphon atas

7. Siphon keluar

8. adaptor / penghubung

9. Kondensor

10. Air pendingin masuk

11. Air pendingin keluar

Gambar 3.2 Rangkaian alat ekstraksi

3.3Prosedur Kerja

3.3.1Persiapan bahan baku

Bahan baku yang digunakan adalah limbah pabrik tahu yang berasal dari pabrik pembuatan tahu di Mrican, Semarang. Limbah pabrik tahu tersebut disaring dengan saringan agar ampas tahu terpisah dari limbah cairnya. Kemudian dikeringkan secara konvensional, langkah terakhir ampas tahu di oven untuk memastikan bahan yang akan dipakai bebas air.

3.3.2Proses ekstraksi

a.Variabel tetap

1)Berat sampel: 10 gram

2)Suhu ekstraksi: Titik didih masing-masing solvent

3)Volume solvent: 250 mL

b.Variabel berubah

1)Jenis solvent: n-heksan

Benzene

Toluen

2)Waktu ekstraksi: 60 – 240menit

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Run

Jenis solvent

Waktu (menit)

1

n-heksan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun