Karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu.
Kemudian pada bait-bait selanjutnya lebih ditekankan bahwa pemahaman penulis puisi ini menggambarkan sindiran untuk orang-orang kaya bahwa mereka hanyalah orang yang egois. Hak-hak dari orang yang memiliki kelas sosial bawah akan selalu tertindas, tidak memiliki hak, dan hanya mendapat kesengsaraan. Mereka yang menjadi tokoh "kamu" akan hanya acuh atas hidup orang yang susah. Antara "kamu" dan "kami" selalu terdapat kesenjangan yang tak bisa diubah. Dua kata tersebut membuktikan bahwa puisi ini menggunakan majas tautologi. Majas ini adalah gaya bahasa yang menggunakan suatu kata yang terus diulang-ulang. Tautologi merupakan suatu majas perulangan yang cara melukiskanya dengan mengulang-ulang kata yang ada dalam kalimat (Suprapto dalam Lafamane, F., 2020). Kata kami mewakili orang dengan kelas sosial rendah dan kamu mewakili orang dengan kelas sosial atas. Kata "kami" digambarkan dengan keadaan miskin, susah, serba terbatas, kekurangan, dan merupakan kaum yang tidak berdaya karena selalu dibungkam oleh pelaku "kamu". Sedangkan kata "kamu" digambarkan dengan keadaan kaya, serba mudah, dan kehidupan yang layak.Â
Dari beberapa penafsiran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi Sajak Orang Kepanasan yang ditulis oleh WS Rendra memiliki kelebihan dalam sisi penggambaran keadaan sosial yang terjadi dalam lingkungan kita. Tokoh "kami" sangat menggambarkan dan mewakili orang-orang yang tertindas. Hal ini semakin menarik karena ditambahi oleh tokoh "kamu" yang digadang-gadang sebagai gambaran besar orang kaya yang memiliki keegoisan dan ketidakpedulian sesama manusia. Puisi ini mengandung makna bahwa puisi ini yaitu seorang manusia harusnya memiliki kepedulian terhadap sesama makhluk Tuhan. Menghormati, menghargai, dan saling tolong menolong seharusnya bukan hal yang harus diingatkan lagi. Kesadaran dalam hidup bersama itu sejatinya penting. Karena pada dasarnya makhluk Tuhan itu selalu hidup berdampingan. Menjadi orang memiliki kecukupan dari segi aspek apapun seharusnya mau membantu orang yang dibawahnya, bukan justru menutup telinga dan hati untuk memilih menjadi egois. Maka dari itu, sebagai makhluk Tuhan, penting sekali untuk bersyukur dan selalu ingat bahwa semua yang dimiliki sekarang bisa saja diambil kembali oleh-Nya. Karena apa yang ada pada diri seorang hamba Tuhan, semuanya adalah titipan.
Dalam puisi WS Rendra benar-benar menerapkan bahwa seni dan sastra merupakan wadah kehidupan lingkungan. Ia benar-benar menerapkan kata-katanya yaitu "Apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan? Apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan". Jadi puisi ini sudah memiliki tema yang berbobot. Masalah yang dipakai untuk mengembangkan isi puisi termasuk masalah yang menyentuh nilai kemanusiaan. Hanya saja, dalam puisi ini juga terdapat kekurangan yaitu kosa kata yang dipakai tidak terlalu mencakup unsur keindahan dan kurang menerapkan gaya bahasa yang estektik dan puitik.
Daftar Pustaka
Azizah, A. (2015). Pembelajaran Menulis Puisi dengan memanfaatkan teknik Brainwriting pada peserta didik SD/MI kelas V. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 2(2), 136-140.
Lafamane, F. (2020). Kajian Stilistika (Komponen Kajian Stilistika). Osf.io.
Pradopo, R.D. (2021). Beberapa Teori Sastra Metode Kritik dan Penerapannya. UGM Press.
WS Rendra. (1985). Nyanyian Orang Urakan. Mangap Studio.