Mohon tunggu...
R. Elizabeth
R. Elizabeth Mohon Tunggu... Administrasi - Fans Hiburan Korea dan Jepang

Selama kita hidup, kita akan terus berpikir dan belajar. Dengan demikianlah kita menjadi manusia yang memanusiakan diri sendiri dan sesama kita.

Selanjutnya

Tutup

Film

Makna Foto Keluarga dan Pengabadian Memori dalam Film Jepang "Asadake!" (2020)

22 Juni 2021   01:53 Diperbarui: 22 Juni 2021   02:50 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masashi juga menerima permintaan foto sebuah keluarga yang memiliki seorang anak yang sakit keras. Anak itu sangat menyukai pelangi. Masashi meminta mereka menggambar “pelangi yang tidak akan lenyap” di baju mereka. Ketika Masashi hendak memotret keluarga yang hangat tersebut, tangannya berhenti untuk sementara waktu. Akting Ninomiya dalam adegan ini patut dipuji. Tanpa dialog atau maupun gestur, hanya melalui air mata yang menggenang di kelopak mata Masashi, penonton dapat merasakan ketidakberdayaan manusia ketika ajal akan segera memanggil orang terkasih.

Selang beberapa waktu, sebuah gempa besar dan tsunami di tahun 2011 memporakporandakan wilayah Tohoku tempat tinggal keluarga Sakura. Masashi segera bergegas ke sana hanya untuk menemukan betapa hancurnya wilayah tersebut. Rumah-rumah rata dengan tanah. Para keluarga mengungsi di gedung sekolah dan bangunan yang masih kokoh. Masashi mencari ke sana dan sini namun tidak menemukan keluarga Sakura. Di depan gedung pengungsian, Masashi melihat ada kios kecil yang dikelola seorang anak muda. Di sana digelar foto-foto keluarga dan album foto para korban gempa yang ditemukan dari antara puing-puing rumah. Foto-foto berharga yang kotor dibersihkan satu per satu oleh pemuda itu dengan harapan suatu saat pemiliknya bisa mengambilnya kembali.

Masashi tergerak untuk membantu pemuda yang bernama Ohno tersebut. Rupanya Ohno mirip dengan Masashi. Ia yang berkuliah di kota lain kembali ke wilayah itu untuk mencari sahabatnya. Ketika tidak sengaja menemukan foto-foto kenalannya dan mengembalikannya pada sang pemilik, serta melihat betapa bersyukurnya mereka, Ohno menjadi sukarelawan yang mengumpulkan dan membersihkan foto-foto lama para korban gempa. Biasanya ia memungut album foto yang sudah ditumpuk pekerja yang membereskan reruntuhan. Siapapun tidak ada yang tega membuang album foto keluarga orang lain. Dengan melakukan semua ini, mungkin Ohno dapat merasa lebih dekat dengan keberadaan sahabatnya.

Masashi kemudian memusatkan perhatian dan tenaganya untuk membantu Ohno sepenuhnya. Ia mengajari Ohno mencuci foto di menggunakan air, serta meminta Ohno membuat papan pameran lebih banyak. Orang yang membantu pun bertambah. Tiba-tiba ada seorang pria paruh baya yang membentak mereka dan menganggap bahwa mereka melakukan hal yang sia-sia. Hal ini cukup melukai Ohno. Keesokannya Ohno baru datang di sore hari. Masashi dengan lembut memberitahu Ohno bahwa hari itu ada beberapa orang yang datang dan sangat berterima kasih karena berhasil menemukan banyak foto dirinya dan keluarganya. Mendengar ini Ohno menundukkan kepalanya dan menangis.

Tim mereka diizinkan untuk menggelar pameran foto di dalam gedung sekolah. Mereka menempelkan ratusan foto di sepanjang tembok, loker sepatu, ruang kelas, dan perpustakaan supaya mudah dilihat dan ditemukan pemilkinya. Ada seorang gadis cilik yang tidak pernah berhasil menemukan foto ayahnya, meski ia menemukan fotonya, adiknya, dan ibunya. Anak itu selalu memakai jam tangan kebesaran milik ayahnya. Ketika melihat tangan Masashi yang penuh tato, ia melihatnya dengan seksama karena mirip sekali dengan tangan ayahnya yang juga bertato.

Kenangan, Sumber Kekuatan Hidup Manusia

Suatu hari pria paruh baya yang dahulu membentak mereka berdiri dengan ragu dan sungkan di luar pintu perpustakaan. Dengan raut wajah penuh kesedihan ia bercerita bahwa ia tidak berhasil menemukan foto anaknya di reruntuhan rumah mereka. Semuanya berpikir keras untuk membantu. Pria itu meniti setiap foto di dinding hingga matanya sakit, namun tidak kunjung menemukan. Masashi kemudian teringat bahwa selain foto keluarga, foto anak itu pasti ada di buku kelulusan. Pria itu akhirnya bisa melihat wajah anak perempuannya. Jemarinya menyentuh wajah anaknya yang begitu kecil di suatu halaman. Buku kelulusan itu pun dipeluknya erat dan dipinjamnya pulang. Momen haru ini dilihat oleh gadis cilik yang selalu memakai jam tangan ayahnya itu.

Gadis cilik itu begitu iri mengapa semua orang tidak bisa membantunya. Ia juga tidak mengerti mengapa foto ayahnya sama sekali tidak ada. Di samping itu, ketika ia meminta Masashi untuk memotret foto keluarga mereka, Masashi menolaknya dengan alasan tidak bisa. Menurut penulis, Masashi menolak gadis cilik itu karena ia belum memahami sepenuhnya keluarga anak itu seperti apa dan apa alasan sang Ayah tidak pernah terlihat di foto.

Masashi harus kembali ke rumahnya untuk memotret foto keluarga Asada terbaru setelah kelahiran anak kakaknya dan merayakan ulang tahun ayahnya. Tapi ayahnya jatuh sakit tepat setelah meniup lilin ulang tahun. Ada kemungkinan setengah tubuh bagian kirinya lumpuh. Masashi yang bersedih dikunjungi oleh Wakana-chan yang khawatir. Wakana-chan sudah tidak tahan lagi karena Masashi selalu seperti ini. Wakana-chan datang dengan konfrontasinya bahwa ia ingin dimasukkan ke dalam foto keluarga Asada oleh Masashi atau Masashi harus membayar seuluh kali lipat hutang-hutangnya pada Wakana selama ini sejumlah 2.000.000 Yen. Tentu saja Masashi menolak membayar uang sejumlah tersebut. Wakana-chan menangis karena senang. Menurut penulis, adegan lamaran ini begitu segar dan benar-benar menjadi ciri khas film Asadake yang  unik.

Untuk mendoakan kesehatan ayahnya, Masashi dan kakaknya pergi ke kuil. Di sana mereka mengenang bagaimana ayah mereka dahulu selalu membuat mereka berangkulan untuk foto kartu tahun baru. Di sinilah Masashi menyadari sudut pandang ayahnya. Secepat kilat ia pulang ke rumahnya untuk pamit pada ibunya, tidak jadi berdoa atau menjenguk ayahnya, ia malah memutuskan untuk segera kembali ke pengungsian gempa. Masashi segera mencari gadis cilik itu dan mengatakan bahwa ia bisa mengambil foto keluarganya.

Masashi akan mereka ulang momen terbahagia keluarga mereka, yaitu piknik musim panas tahun lalu ke pantai bersama sang ayah. Masashi meminjam jam tangan milik ayah gadis cilik itu dan memakainya. Gadis cilik itu sejujurnya amat sedih karena ayahnya sudah tiada dan ia tidak bisa tersenyum gembira ke hadapan kamera meski memakai baju renang di tepi pantai seperti tahun lalu. Tapi ketika Masashi membidikkan kameranya, mata gadis cilik itu terpaku pada tangan bertato dan berjam tangan yang melingkari kamera. Masashi yang bersembunyi di balik kamera persis dengan ayah dalam kenangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun