Perlombaan berjalan dengan begitu mengasyikan. Semua canda tawa setiap mahasiswa lepas akan senangnya dalam perlombaan itu. Kirana dan Andi pun secara perlahan semakin dekat. Namun, secara tidak langsung ternyata kakak tingkatnya yang bernama Aditya selalu memperhatikan Kirana, entah apa maksudnya yang pasti pandangan nya berbeda dengan pandangan terhadap orang lain.
Hari demi hari berlalu dan kini tidak terasa OSPEK telah berakhir.
" Tidak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat dan kita sudah akan berpisah lagi. Tapi tidak apa kita masih tetap bisa berkomunikasi karena kita tentunya satu universitas hanya saja beda ruangan. Di hari terakhir ini saya  mengucapkan selamat kepada adik-adik yang sudah bisa diterima di fakultas kedokteran universitas Indonesia dan saya minta maaf jika selama OSPEK pernah membuat kalian semua sakit hati. Dimaafin engga?" Teriak kakak tingkat yang bernama Aditya.
"Dimaafin.." Teriak semua mahasiswa
Semuapun berfoto bersama untuk dijadikan sebagai kenang-kenangan. Dan tak disangka Kak Aditya ini meminta foto kepada Kirana. Namun, disitu Kirana belum menyadari akan tingkah lakunya itu, ia hanya menganggapnya sebagai kakak mentornya saja.
BAB 2 Kaulah teman pertamaku
Hari ini tepatnya tangga 1 September hari dimana aku memulai pertama kuliahku. Aku merasa begitu senangnya dan sangat bersemangat memulai hari demi hari yang akan aku lalui selama 3,5 tahun kedepan. Ya aku berencana untuk menyelesaikan studinya hanya 3,5 tahun tidak 4 tahun dan mendapatkan IPK cumlaude.
Dihari pertama ini aku melihat orang-orang masih sibuk dengan handphone nya masing-masing. Mungkin karena mereka belum kenal satu sama lain. Tapi untungnya ada Andi yang sudah aku kenal sejak OSPEK dan juga kini sikapnya tak sedingin ketika awal pertemuan kita. Akupun menghampirinya.
" Andi untung saja saat itu aku berkenalan denganmu kalo tidak mungkin saat ini aku tidak memiliki teman yang bisa aku ajak bicara." Ucapku dengan penuh rasa syukur
" Temen? Emang kita jadi temen? Males banget temenan sama kamu." Raut wajah sinisnya dan ucapan pedasnya kembali lagi
"Yah.. Tapi kenapa?." Raut wajahku seketika berubah menjadi sedih