Tampak sudah penuh sesak dan terus dipaksa supaya semuanya muat kedalam kendaraan, sementara di sekelilingnya tampak ibu-ibu yang antri ingin ikut menitipkan sembako, hasil tani, bahkan uang tabungan si Ibu.
Ibu-ibu yang dengan naluri keibuannya tercabik-cabik hatinya mendengar kabar anaknya di rantau sudah kehilangan pekerjaan, PSBB membuat anaknya sudah tidak bisa lagi mencari nafkah, bahkan sudah tidak ada lagi yang bisa dimakan, mau pulang pun sudah dilarang.
Sementara bantuan sembako dari pemerintah yang mereka harapkan tak kunjung datang, administrasi sudah dipenuhi, hanya sebuah janji yang tidak bisa digunakan untuk mengobati rasa lapar.
Seorang Ibu mana yang tidak perih hatinya, terluka hatinya ketika mendengar buah hati yang selama ini sering berkirim uang selama merantau, kini hidup dalam kesusahan, tak bisa kerja dan sudah tak bisa makan.
Sungguh fenomena yang tidak biasa terjadi selama saya hidup sudah hampir 40 tahun lamanya, biasanya justru anak mereka yang datang membawa berbagai macam oleh-oleh, berkirim uang setiap bulan untuk orangtuanya.
Fenomena senja yang sungguh membuat haru biru. Kasih sayang orang tua sepanjang masa, mereka tidak akan tega melihat anak-anaknya kelaparan di perantauan.
Meskipun sebenarnya terjadi fenomena sebaliknya, dimana ada seorang anak yang tega menelantarkan orang tuanya tanpa peduli sedikit pun keadaan orang tua di kampung halaman.
Sedangkan dia di kota hidup enak, makan enak di cafe atau restoran dengan ber-swafoto kemudian dengan bangganya mengunggah di media sosial mereka.
Sungguh sebuah fenomena senja dengan pesan moral begitu nyata didepan mata, bahwa "kasih Ibu sepanjang masa".
Semoga badai segera berlalu. Aamiin
Salam!!!