Tetapi dampak dari ditutupnya akses pada tingkat desa, ditingkat warga pun menjadi pro dan kontra, pro karena warga takut tertulas virus Corona dari pemudik.
Kontra karena desa tidak punya landasan hukum yang kuat untuk melakukan karantina wilayah lokal tingkat desa, sehingga mendapat perlawanan dari warga.
Kontra karena warga merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas untuk memenuhi hajat hidupnya.
Kontra karena supir angkot tidak bisa beroperasi, pengusaha angkutan pun sampai bentrokan dengan pemerintah desa, petani tidak bisa mengirim hasil panen nya keluar daerah.
Kontra karena warga kesulitan untuk pergi ke pasar membeli kebutuhan logistik sehari-hari, warga kesulitan keluar untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang tidak bisa dilakukan dari rumah.
Melihat pro dan kontra di tingkat desa atau akar rumput, maka sebenarnya pertanyaan saya pribadi sebagai warga yang tinggal di desa, apa beda nya antara  Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan karantina wilayah?
Melihat pro dan kontra di tingkat desa atau akar rumput, maka sebagai warga desa saya berani menyimpulkan bahwa pemerintah dalam hal ini tidak tegas dan tidak berani menerapkan karantina wilayah.
Apakah penyebab utamanya karena dengan karantina wilayah maka Negara berkewajiban untuk menanggung beban hidup seluruh rakyat Indonesia?
Kebijakan seorang pimpinan atau policy leadership yang ragu-ragu dan bisa jadi tidak tepat membuat akar rumput berbenturan.
Kebijakan seorang pimpinan atau policy leadership yang ragu-ragu dan bisa jadi tidak tepat membuat kita tidak pernah tahu kapan Pandemi Corona ini segera berakhir.
Rori Idrus
KBC-57 Brebes Jawa Tengah