Ada ratusan berhala yang berada disekitar Ka'bah, yang kemudian berhala-berhala tersebut "dipersatukan" oleh tiga berhala utama yang bernama Al Lata, Al Uzza, dan Manah. Dari tiga berhala tersebut diangkat pula berhala yang paling utama yaitu Hubal.
Selain mereka menjadikan berhala sebagai sembahan-sembahan selain Allah SWT, mereka juga menjadikan tradisi nenek moyang mereka sebagai sesuatu yang "didewakan", sehingga tak boleh ada seorangpun yang boleh mengubahnya.Â
Sesungguhnya mereka telah berbuat zalim (aniaya) terhadap diri mereka sendiri, dengan melakukan sebuah kemusyrikan dan menghilangkan akal sehat mereka, sehingga terjatuh pada ketaatan terhadap makhluk dan tradisi atau tata nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai kefitrahan seorang manusia sebagai hamba Allah SWT.
Di tengah-tengah masyarakat jahiliyah tersebut, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW, sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira, tidak hanya untuk masyarakat Arab Quraisy, tetapi juga untuk seluruh manusia dan alam semesta seluruhnya.
Kehadiran nabi Muhammad SAW di tengah-tengah masyarakat Quraisy pada dasarnya merupakan jawaban do'a dari sebagai besar masyarakat yang tertindas (mustad'afin), baik dari golongan orang-orang yang lemah, kaum wanita maupun anak-anak.
"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". (Q.S An nisa :75)
Dalam rangka mengubah masyarakat Makkah dari jahiliyah menjadi Islami, Nabi Muhammad SAW tidak berjuang sendiri. Namun, beliau berhasil mengkapitalisasi masyarakat tertindas di kota Makkah menjadi komunitas masyarakat yang memiliki kekuatan untuk bangkit.Â
Sebagai bahan bakar utamanya, adalah penyadaran mereka bahwa sesungguhnya kita semua adalah hamba Allah yang memiliki kesamaan derajat, hak, dan kewajiban, serta kesadaran akan adanya hari pertanggungjawaban di akhirat kelak. Tidak boleh ada penindasan manusia terhadap manusia, semua harus berlaku adil, tegakkan keadilan dan hancurkan kezaliman.
Setelah kesadaran akan nilai-nilai tauhid tertanam kuat pada kaum minoritas kritis (baca:para sahabat), maka untuk menunjukkan eksistensinya, Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah menuju sebuah tempat yang bernama Yasrib (Madinah).Â
Di sanalah beliau membangun sebuah masyarakat madani, sebuah protype masyarakat yang berkeadilan, kesamaan derajat sangat dijunjung tinggi, toleransi antar ummat beragama bukan hanya sebuah teori, dan tentunya kesejahteraan masyarakat dapat tercipta dengan sendirinya.
Kesimpulan. Kejahiliyahan hanya akan menghantarkan pada kehancuran. Agar kita tidak terjebak pada kehidupan yang jahiliyah, maka landasan utamanya adalah Tauhid, yaitu dengan menyembah hanya kepada Allah SWT.Â