Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gemar Berinfak, Salah Satu Ciri Orang yang Bertakwa

20 Mei 2021   18:36 Diperbarui: 21 Mei 2021   06:12 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:Harapan Rakyat Online

Tujuan akhir dari kegiatan menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh adalah menjadi orang yang bertakwa. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Menjadi orang yang bertakwa adalah sebuah keniscayaan, manakala sebuah proses puasa (shaum) dilandasi oleh iman dan semata-mata mengharap ridho Allah SWT. 

Ketika kita melihat masih banyak orang yang selesai berpuasa selama satu bulan penuh, tetapi ternyata setelah itu tidak ada perubahan yang mencirikan orang tersebut telah menjadi pribadi yang bertakwa, pasti ada sesuatu yang salah dalam puasanya. 

Berapa banyak orang yang menjalankan puasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, selain rasa lapar dan dahaga saja. Bisa jadi, puasanya hanya dilandasi pada pengguguran kewajiban saja dengan tidak makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, namun esensi dari puasa tersebut tidak diperhatikan.

Esensi dari puasa sesungguhnya adalah menahan diri dari segala macam ucapan dan tindakan yang tidak disukai Allah SWT dan merugikan orang lain, seperti berbohong, menyebarkan hoaks, menggunjing, menghasut, menyebar kebencian dan permusuhan, melakukan kekerasan, dan anarki. Selain itu, perlu menahan diri pula dari sikap-sikap yang berlebihan dan rakus akan harta, tahta, dan kesenangan dunia yang menyebabkan lupa diri dan menghalalkan segala cara.

Lantas, apa yang menjadi ciri dari seseorang yang telah berhasil dalam puasanya dan menjadi insan yang bertakwa (muttaqiin)?

Di dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 133-134 Allah SWT menjelaskan: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Dalam ayat tersebut dapat kita pahami bahwa salah satu ciri dari orang yang bertakwa adalah gemar berinfak, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, saat senang maupun susah, di waktu kaya maupun miskin, dan ini dilakukan secara istiqamah. 

Dalam kondisi apa pun orang yang bertakwa akan selalu ingin berbagi dan memberi kebaikan kepada sesamanya. Meskipun jumlahnya sedikit, jika dilandasi keikhlasan semata-mata mengharap ridha Allah Ta'ala, tentunya akan memiliki nilai sangat mulia di sisi-Nya.

Kebanyakan manusia merasa sulit memberikan apa yang dimilikinya, meskipun dalam keadaan lapang, apalagi sempit. Alasan utama mereka adalah kebutuhan yang belum tercukupi. Padahal, kebutuhan akan selalu menyertai manusia dan tak akan ada habisnya.

Namun, tidak demikian halnya dengan orang-orang yang bertakwa. Mereka akan dengan mudahnya berbagi dengan sesama, manakala ada yang membutuhkan. Hatinya mudah terketuk manakala melihat ada tetangganya yang kelaparan. Ia tidak segan mengeluarkan sebagaian rizkinya apabila ada masjid, musholla, atau panti asuhan sedang membutuhkan banyak dana untuk pembangunan.

Bagi orang yang bertakwa, mengeluarkan infak/shodaqoh tidak harus menunggu kaya atau mendapatkan rizki yang berlimpah. Baginya, infak/shodaqoh bukanlah sesuatu yang dikeluarkan setelah semua kebutuhan terpenuhi. Infak/shodaqoh adalah sebuah kebutuhan pokok yang sudah dianggarkan dan dikeluarkan secara rutin.

Dalam berinfak, bukan masalah nominal besar atau kecilnya, yang terpenting adalah keistiqomahan dan keikhlasan dari orang yang berinfak. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Tetaplah dalam kebenaran dan bersikaplah yang lurus. Ketahuilah, bahwasanya amalan seseorang tidak dapat memasukkannya ke dalam surga. Dan bahwasanya amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit." (HR Bukhar dan Muslim)

Akhirnya, kita berharap kepada Allah SWT, semoga senantiasa memberi kita kekuatan untuk menjadi pribadi yang bertakwa, yang dapat menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Aamiin Ya Robbal 'alamiin. ***

Artikel ini pernah ditayangkan penulis di retizen.republika.co.id.

Referensi:
republika.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun