Tujuan akhir dari kegiatan menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh adalah menjadi orang yang bertakwa. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya:Â "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Menjadi orang yang bertakwa adalah sebuah keniscayaan, manakala sebuah proses puasa (shaum) dilandasi oleh iman dan semata-mata mengharap ridho Allah SWT.Â
Ketika kita melihat masih banyak orang yang selesai berpuasa selama satu bulan penuh, tetapi ternyata setelah itu tidak ada perubahan yang mencirikan orang tersebut telah menjadi pribadi yang bertakwa, pasti ada sesuatu yang salah dalam puasanya.Â
Berapa banyak orang yang menjalankan puasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, selain rasa lapar dan dahaga saja. Bisa jadi, puasanya hanya dilandasi pada pengguguran kewajiban saja dengan tidak makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, namun esensi dari puasa tersebut tidak diperhatikan.
Esensi dari puasa sesungguhnya adalah menahan diri dari segala macam ucapan dan tindakan yang tidak disukai Allah SWT dan merugikan orang lain, seperti berbohong, menyebarkan hoaks, menggunjing, menghasut, menyebar kebencian dan permusuhan, melakukan kekerasan, dan anarki. Selain itu, perlu menahan diri pula dari sikap-sikap yang berlebihan dan rakus akan harta, tahta, dan kesenangan dunia yang menyebabkan lupa diri dan menghalalkan segala cara.
Lantas, apa yang menjadi ciri dari seseorang yang telah berhasil dalam puasanya dan menjadi insan yang bertakwa (muttaqiin)?
Di dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 133-134 Allah SWT menjelaskan: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
Dalam ayat tersebut dapat kita pahami bahwa salah satu ciri dari orang yang bertakwa adalah gemar berinfak, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, saat senang maupun susah, di waktu kaya maupun miskin, dan ini dilakukan secara istiqamah.Â
Dalam kondisi apa pun orang yang bertakwa akan selalu ingin berbagi dan memberi kebaikan kepada sesamanya. Meskipun jumlahnya sedikit, jika dilandasi keikhlasan semata-mata mengharap ridha Allah Ta'ala, tentunya akan memiliki nilai sangat mulia di sisi-Nya.
Kebanyakan manusia merasa sulit memberikan apa yang dimilikinya, meskipun dalam keadaan lapang, apalagi sempit. Alasan utama mereka adalah kebutuhan yang belum tercukupi. Padahal, kebutuhan akan selalu menyertai manusia dan tak akan ada habisnya.
Namun, tidak demikian halnya dengan orang-orang yang bertakwa. Mereka akan dengan mudahnya berbagi dengan sesama, manakala ada yang membutuhkan. Hatinya mudah terketuk manakala melihat ada tetangganya yang kelaparan. Ia tidak segan mengeluarkan sebagaian rizkinya apabila ada masjid, musholla, atau panti asuhan sedang membutuhkan banyak dana untuk pembangunan.