Era Revolusi Industri 4.0 memang telah memicu terjadinya disrupsi otoritas keilmuan. Fakta bahwa desas-desus dan kabar kibul di internet lebih masif dan mendapat pengikut ketimbang kebenaran ilmiah adalah ancaman nyata di depan mata.Â
Legitimasi ilmuwan pun mendapat tantangan tersendiri. Kelahiran mereka yang disebut generasi milenial telah disambut dengan kecanggihan teknologi informasi yang sehari-hari dipakai oleh anggota keluarga. Hingga beranjak dewasa, dalam keseharian anak nyaris tak bisa melepaskan diri koneksi internet yang sebagian besar digunakan untuk mengakses media sosial.
Peran perguruan tinggi dan lembaga profesi tetap urgen sebagai otoritas pemberi gelar akademik dan keilmuan. Referensi yang bersumber dari internet yang tidak diketahui validitasnya sangat berpotensi menyesatkan.Â
Tentu tak tepat jika para guru dan dosen yang menutup diri terhadap perkembangan keilmuan dan memosisikan diri sebagai satu-satunya sumber belajar dalam pembelajaran di kelas.Â
Transfer ilmu yang kolaboratif harus menjadi orientasi dalam pembelajaran di era disrupsi. Hanya dengan cara itu otoritas ilmu pengetahuan tak bakal goyah apalagi runtuh.Â
Referensi :
2. Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H