Suku dayak Kalimantan banyak di kenal orang ketika peristiwa kerusuhan etnis di Sampait 2001. Perseteruan antara suku Madura dan Suku Dayak. Sejarah kelam yang siapa pun warga bangsa ini tak ingin hal ini terjadi.
Kebiasaan tinggal di pedalaman, memanfaatkan sumber alam yang ada disekitarnya. Semakin hari semakin tersisih ke pedalaman karena pesatnya pembangunan.
Dahulu, mereka tinggal dalam hutan di pesisir sungai. Hasil alam di sungai cukup untuk memenuhi gizi. Ikan sungai sangat mudah ditemukan. Berburu binantang liar di hutan dapat dengan mudah mendapatkan ayam hutan, babi hutan, pelanduk, kijang, menjangan, dan sebagainya.
Menggunakan hutan lebat kemudian ditebang dan dijadikan lahan pertanian. Selama setahun hanya sekali memanam padi. Setelah panen, mereka berpindah ke lahan baru. Tak mengherankan ketika lahan berpindah menjadi kegemaran mereka. Mengingat penebangan hutan atau belukar baru aman bagi tanaman padi.
Setelah menebang hutan secukupnya mereka membakarnya, kemudian bibit ditugal. Setelahnya tak ada perawatan sama sekali. Ketika padi sudah menguning baru dipanen. Dan hasil panennya cukup untuk makan selama setahun.
Bagi suku dayak, hidup sederhana adalah tabiat mereka. Kekeluargaan yang amat tinggi. Saling mengasihi dan membantu sesama suku.
Karena kondisi alam yang kini tak menentu menyebabkan perlahan-lahan suku dayak berbaur dengan masyarakat umum.
Generasi muda dayak sudah mengenal sekolah. Tak sedikit yang kemudian menduduki jabatan penting di pemerintahan. Bahkan banyak yang menjadi guru dan dosen di samping pekerjaan di sektor lain.
Walau begitu, suku dayak masih menghargai leluhur mereka. Dalam kebiasaan hidup sehari-hari suku dayak tetap menganut kepercayaan pada leluhur dan mahluk gaib. Sangat kental dengan mistis menyebabkan suku dayak percaya diri.
Eksistensinya di kalangan masyarakat biasa, bukan ingin untuk ditakuti. Pengalaman Sampit membuktikan bahwa kesabaran memang sudah pada tingkat batas toleransi. Sebelumnya mereka sangat baik hati dan bermurah hati pada siapa pun yang datang ke perkampungan mereka.
Ketika mereka membulatkan tekad untuk mendukung Ahok, berarti memang ada yang lebih dari sosok Ahok menurut mereka.