Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lontong Sayur dalam Cerita Senja

3 Maret 2020   19:33 Diperbarui: 3 Maret 2020   20:46 3842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Lontong sayur?
Ternyata lontong sayur punya cerita sendiri. Mulai dari lontong sayur Betawi, Padang, Banjar, dan Medan masing-masing memiliki cerita istimewa.

Resep lontong sayur hampir sama, misalnya kara, bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, cabe kriting, kaldu bubuk, merica, salam/ sereh, gula, garam, dan air. Kalau ditambah labu diberimana lontong sayur labu. Kalau ditambah ayam, lontong sayur ayam.

Pada hari biasa, lontong sayur jadi santapan nikmat tak terkira. Seperti lontong sayur Mandala yang ada di Mampang daerah Duren Tiga. Setiap hari hampir tak pernah sepi. Dengan harga 20 ribu perporsi dan laku hampir 800 porsi, maka total penjualan 16 juta. Belum lagi harga kerupuk, teh anget yang menyertai. Bisnis lontong sayur marak hampir di semua daerah.

Seperti lontong sayur Nurmala di Gambut. Dengan harga 25 ribu satu porsinya dan laku hampir 500 porsi perhari adalah geliat ekonomi yang menjanjikan.

Tak sekedar itu, lontong sayur juga jadi menu istimewa ketika lebaran tiba. Lontong sayur jadi santapan pagi pada lebaran pertama. Berkumpul bersama sanak saudara. Kekangenan akan datangnya lebaran lagi dengan sajian lontong sayur menjadi kenangan manis hari-hari setelahnya. Bersama kangen berkumpul lagi bersama sanak saudara.

Dibalik sajian lontong sayur yang begitu menggoda, ternyata ada cerita lainnya. Ibarat sebuah peribahasa, nasi sudah jadi bubur. Maka nasi pun menjadi lontong. Dalam campuran kuah santan lotong sayur tetap menggoda.

Herannya, lontong sayur kemudian digunakan bagi lelaki yang salah fungsi. Ketidaknormalan dalam hubungan seksual. Penyuka sesama lelaki. Apa karena bentuknya? Rasanya tak berkaitan. Mungkin juga karena saking banyaknya menjadi hidangan di setiap tempat. Di setiap waktu. Bahkan hari istimewa juga lontong sayur mampu menjadi sajian istimewa.

Jadi bagaimana pun cerita berputar sesuai dengan istilah sebutan yang digunakannya, lontong sayur adalah menu yang mampu berada di setiap kalangan. Mulai dari restoran besar, mewah dan megah hingga ke warung tenda terpal di pinggir jalan. Lontong sayur dengan campuran lauk penyertanya. Terutama sambal pedas yang mampu mengundang kangen pada pembelinya.

Lalu apa gunanya membaca artikel ini? 

Kan hanya cerita muter-muter soal lontong sayur. Tak mermanfaat sama sekali.

Kita sekarang coba cermati bagaimana proses pembuatan lontong sayur. Mulai menanak nasi setengah matang. Membungkusnya dengan daun, kemudian merebus kembali. Bukanlah proses asal jadi.

Setelah itu, untuk sayurnya diperlukan racikan bumbu dengan cira rasa khusus pembuatnya. Tak sedikit pedagang lontong sayur yang hanya bertahan beberapa hari. Namun banyak juga yang kian hari kian ramai dikunjungi. Bahkan menjadi warung yang melegenda. Jadi kangen ingin mengunjunginya. Kangen sambalnya, kangen lembut dan harumnya lontong, kangen kuahnya yang istimewa.

Ternyata dalam sebuah masakan yang menggunakan resep yang sama. Takaran yanh sama belum tentu menghasilkan cita rasa yang sama. Padahal olahannya dengan cara yang sama namun hasilnya berbeda.

Rasanya ada yang hambar. Hanya manis saja. Kadang hanya asin tanpa berasa apa-apa. Ibu saya pernah bercerita, ternyata katanya tangan wanita berbeda dalam mengolah setiap masakan. Tak semuanya nikmat. Sambil tersenyum mengatakan, seperti apa rasa sambalnya seperti itulah di tempat tidurnya. Entahlah, mungkin hanya anekdot belaka.

Yang jelas, ternyata sebuah olahan ketika berada ditangan yang berbeda akan menghasilkan cita rasa yang berbeda. Saya telah membuktikan berkali-kali. Dahulu punya warung langganan lontong sayur.

Maklum, lontong sayur adalah menu andalan saya. Jadi karena sangat rajinnya mendatangi penjualnya. Akhirnya jadi langganan. Setelah beberapa minggu tutup, ternyata warung lontong sayur tersebut buka lagi.

Rupanya ibu yang biasa meracik bumbunya meninggal dunia. Digantikan anak perempuannya. Padahal setiap hari anak perempuan itu kerjanya membantu ibunya. Dalam melayani dan memasak tentunya.

Namun ketika ibunya telah tiada rasa lontong sayurnya berubah drastis. Dahulu rasanya semriwing, sambalnya juga sangat pedas dan nikmat. Di tangan anak perempuannya sambal hanya pedas dan asin. Tidak ada ciri kenikmatan seperti dulu lagi.

Oleh karena itu, dalam hal apa pun termasuk lontong sayur sekalipun dalam ternyata diperlukan penurunan keterampilan yang memadai. Tak hanya dalam hal-hal memasak saja. Dalam keterampilan lainnya yang produknya merupakan hal baru harus benar-benar ditangani dengan serius.

Demikianlah mengapa banyak warung, restoran dan usaha makanan lainnya yang kadang cemerlang hanya dalam satu generasi saja. Setelahnya perlahan redup dan kalah bersaing dengan usaha sejenis. Bukan karena promosi iklan yang gencar dilakukan. Citarasa ternyata jadi kunci segala usaha olahan makanan.

Terakhir, kalau benar-benar inggin menggeluti usaha makanan secara turun temurun sudah selayaknya mempersiapkan pengganti kita yang mumpuni seperti yang telah ada. Jangan sampai masa keemasan sebuah produk olahan meredup dan sirna karena citarasa yang berubah. Persaingan memang tetap ada. Konsumen akan memilih mana yang disuka.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun