Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lontong Sayur dalam Cerita Senja

3 Maret 2020   19:33 Diperbarui: 3 Maret 2020   20:46 3842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: detikFood | Berkuah Gurih Pedas, 5 Ketupat Sayur Ini Selalu Bikin Nagih

Ternyata dalam sebuah masakan yang menggunakan resep yang sama. Takaran yanh sama belum tentu menghasilkan cita rasa yang sama. Padahal olahannya dengan cara yang sama namun hasilnya berbeda.

Rasanya ada yang hambar. Hanya manis saja. Kadang hanya asin tanpa berasa apa-apa. Ibu saya pernah bercerita, ternyata katanya tangan wanita berbeda dalam mengolah setiap masakan. Tak semuanya nikmat. Sambil tersenyum mengatakan, seperti apa rasa sambalnya seperti itulah di tempat tidurnya. Entahlah, mungkin hanya anekdot belaka.

Yang jelas, ternyata sebuah olahan ketika berada ditangan yang berbeda akan menghasilkan cita rasa yang berbeda. Saya telah membuktikan berkali-kali. Dahulu punya warung langganan lontong sayur.

Maklum, lontong sayur adalah menu andalan saya. Jadi karena sangat rajinnya mendatangi penjualnya. Akhirnya jadi langganan. Setelah beberapa minggu tutup, ternyata warung lontong sayur tersebut buka lagi.

Rupanya ibu yang biasa meracik bumbunya meninggal dunia. Digantikan anak perempuannya. Padahal setiap hari anak perempuan itu kerjanya membantu ibunya. Dalam melayani dan memasak tentunya.

Namun ketika ibunya telah tiada rasa lontong sayurnya berubah drastis. Dahulu rasanya semriwing, sambalnya juga sangat pedas dan nikmat. Di tangan anak perempuannya sambal hanya pedas dan asin. Tidak ada ciri kenikmatan seperti dulu lagi.

Oleh karena itu, dalam hal apa pun termasuk lontong sayur sekalipun dalam ternyata diperlukan penurunan keterampilan yang memadai. Tak hanya dalam hal-hal memasak saja. Dalam keterampilan lainnya yang produknya merupakan hal baru harus benar-benar ditangani dengan serius.

Demikianlah mengapa banyak warung, restoran dan usaha makanan lainnya yang kadang cemerlang hanya dalam satu generasi saja. Setelahnya perlahan redup dan kalah bersaing dengan usaha sejenis. Bukan karena promosi iklan yang gencar dilakukan. Citarasa ternyata jadi kunci segala usaha olahan makanan.

Terakhir, kalau benar-benar inggin menggeluti usaha makanan secara turun temurun sudah selayaknya mempersiapkan pengganti kita yang mumpuni seperti yang telah ada. Jangan sampai masa keemasan sebuah produk olahan meredup dan sirna karena citarasa yang berubah. Persaingan memang tetap ada. Konsumen akan memilih mana yang disuka.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun