Nadiem Makarim akan digantikah? Siapa tau setelah 100 hari pemerintahan Jokowi-Ma'rup Nadiem diganti. Padalah wajah baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dibawah kepemimpinan Mas Nadiem Makarim menggebrak dengan terobosan baru di dunia pendidikan.
Kalau sebelumnya, Mas Nadiem membuat kebijakan mengganti perangkat pembelajaran dengan yang paling simpel. Kemudian mengganti Ujian Nasional (UN) dengan sistem penilaian yang baru berupa asesmen pendidikan untuk kelas VIII di jenang SMP dan kelas XI di jenjang SMA, bakal berjalan pada tahun 2021 mendatang dan telah melakukan serangkaian uji coba.
Kini, Mas Nadiem akan menggagas kebijakan kuliah Strata 1 (S1) hanya wajib 5 semester saja. Berita gembirakah atau berita burukkah ini? Kalau hanya 5 semester saja, bagaimana penguatan keilmuannya?
Sttt, jangan salah paham dulu. Mas Nadiem mewacanakan kebijakan tersebut akan tetap ada semester 6 sampai 8 Gan. Jadi mereka yang telah selesai 5 semester tak langsung wisuda. Melainkan harus menggi menggali ilmu-ilmu lainnya di luar program studi yang telah diambil sejak awal sampai 6 hingga 8 semester.
Bobotnya setara dengan 20 SKS, bisa memilih mata kulian andalan yang dinginkan di luar mata kuliah yang digeluti sekarang. Di samping itu mahasiswa juga bisa Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau magang dengan 40 SKS.
Nah untuk melancarkan kebijakan ini Kemendikbud juga menggandeng banyak perusahaan startup sebagai wadah mahasiswa untuk melakukan magang di yayasan, perusahaan multinasional, hingga instansi pemerintah.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan mahasiswa calon guru? Mahasiswa calon guru yang saat ini mengisi FKIP dan IKIP, pengetahuan dan kerampilan yang mereka miliki adalah berkaitan dengan proses belajar mengajar, magangnya pasti di sekolah. Baik swasta maupun negeri.
Berbeda halnya dengan mahasiswa dari jurusan lain. Setelah mereka magang mungkin jika bernasib baik maka akan ikut melamar pada perusahaan atau startup tempatnya dahulu magang. Nah, calon guru ini bagaimana?
Apakah mereka bisa masuk mendaftar ke sekolah tempatnya magang? Sepertinya mustahil. Guru negeri sudah cukup. Guru honor dilarang dengan alasan membebani anggaran negara. Lalu mereka mau dikemanakan?
Apa mungkin kampus-kampus menutup saja fakultas keguruannya? Padahal di beberapa kabupaten bermunculan kampus-kampus swasta yang membuka faklutas keguruan. Marilah kita lihat berapa lulusan FKIP dan IKIP setiap tahunnya? Â
Sementara mereka disipakan untuk mengganti para guru yang ada. Sekolah baru hampir jarang ditemukan. Malahan banyak sekolah yang dimerger karena kekurangan siswa, dan kebijakan yang mengharuskan batas minimal untuk satu kelas pada kondisi normal adalah 20 orang.
Berbeda halnya dengan lulusan lain. Banyak peluang kerja bagi mereka. Disamping dapat membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapat di bangku perkuliahan.
Lah, sementara mahasiswa calon guru?
Dihapusnya ujian nasional disadari atau tidak telah memberangus bimbingan-bimbingan belajar. Para orang tua tak perlu lagi memasukkan anaknya pada bimbingan belajar karena tak takut lagi anaknya akan tidak lulus.
Sebelum ujian nasional dihapuskan, banyak lulusan keguruan yang kemudian berdikari membuka lapangan kerja baru dengan membuka bimbingan belajar. Sekarang peluang tersebut lenyap sama sekali.
Diperparah dengan full day shool. Siswa sudah kelelahan ketika berada di sekolah. Bimbingan belajar tak mungkin dilakukan di sisa waktu kesehariannya.
Oleh karena itu peluang calon guru mengembangkan diri dengan membuka lapangan kerja baru jadi hilang. Pilihan lain untuk menjadi PNS guru sangat kecil karena kebutuhan penerimaan guru hanya mengganti guru tua yang segera pansiun. Dan jumlah yang pansiun tak sebanding dengan jumlah yang akan melamar.
Lucu saja jadinya ketika calon guru kemudian mendaftar jadi tenaga kerja di perusahaan. Memangnya mereka akan menjadi pengajar di perusahaan itu? Tentunya tidak mungkin.
Jadi, berbeda dengan mahasiswa keguruan yang mau tidak mau mereka memang disiapkan menjadi guru, mahasiswa lainnya tentu akan sangat bagus mengikuti program yang dicanangkan Mas Nadiem di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini. Cuma untuk yang keguruan sebaiknya ditemukan lagi solusi terbaik agar pada mahasiswa keguruan tidak putus asa.
Bangsa akan maju jika para gurunya berpikiran maju dan sejahtera. Inilah barangkali penutup sebagai harapan ke depannya agar pendidikan menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Dengan tetap menghormati jasa-jasa guru dan memberikan peluang kepada calon guru untuk berkarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H