Burnout menjadi masalah signifikan di kalangan mahasiswa, terutama di generasi Z, yangsering mengalami kelelahan fisik, emosional, dan mental akibat tekanan akademis yangberlebihan. Mahasiswa di pendidikan tinggi, khususnya di program studi dengan bebanakademis tinggi, sering terpapar pada stres yang dapat memengaruhi kesehatan mental danfisik mereka. Selain itu, ekspektasi prestasi akademik yang tinggi dan tekanan sosial turutmemperburuk kondisi ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali dan mengatasi burnout agar tetap produktif dan bahagia di dalam civitas akademika.
Mengenal Gejala Burnout
Sebelum kita membahas cara mengatasi burnout, penting untuk mengenali gejala-gejala yang mungkin kita alami. Beberapa gejala umum burnout meliputi:
1. Kelelahan yang berlebihan : Merasa sangat lelah secara fisik maupun mental, bahkan setelah istirahat yang cukup.
2. Kurangnya motivasi: Kehilangan minat dan semangat dalam belajar di perkuliahan, serta merasa tidak berdaya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Penurunan kinerja: Hasil belajar menurun, kesulitan berkonsentrasi, dan sulit menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
4. Perubahan emosional: Merasa cemas, mudah marah, atau bahkan depresi.
5. Penurunan kualitas hidup: Mengalami gangguan tidur, masalah kesehatan, dan kesulitan menjaga hubungan sosial.
Langkah-Langkah untuk Mengatasi Burnout
Setelah mengenali gejala-gejala burnout, berikut adalah beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mengatasi burnout pada mahasiswa Gen-Z dalam dunia civitas akademika:Â
1. Manajemen Stres : Teknik manajemen stres seperti meditasi, relaksasi, dan olahraga dapat membantu mahasiswa mengurangi tingkat stres dan kelelahan. Mindfulness, sebagai salah satu metode manajemen stres, terbukti efektif dalam mengurangi gejala burnout.
2. Dukungan Sosial : Peningkatan dukungan sosial melalui kelompok belajar, konseling akademik, atau hubungan yang lebih baik dengan dosen dan teman dapat membantu mahasiswa merasa lebih terkoneksi dan kurang terisolasi. Ketersediaan konseling psikologis di kampus juga dapat berfungsi sebagai saluran untuk mengatasi masalah emosional dan psikologis yang muncul.Â
3. Pengelolaan Waktu : Mahasiswa perlu diajarkan cara mengelola waktu yang efektif dan realistis untuk mengurangi perasaan terbebani. Teknik manajemen waktu yang baik dapat membantu mereka merencanakan kegiatan akademik dengan lebih efisien, mengurangi beban yang dirasakan.
4. Penyuluhan dan Pendidikan : Pendidikan mengenai burnout dan cara-cara pencegahannya perlu diberikan kepada mahasiswa melalui seminar atau program orientasi. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang gejala burnout dan cara-cara untuk menghindarinya.
Burnout pada mahasiswa Gen-Z di dalam dunia civitas akademika terutama disebabkan oleh beban tugas akademik yang berat dan ekspektasi diri yang tinggi. Dampaknya terlihat pada penurunan fokus, kinerja akademik, serta meningkatnya kecemasan dan keinginan untuk menyendiri. Mahasiswa mengatasi burnout dengan istirahat yang cukup, melakukan aktivitas menyenangkan, dan menjaga kualitas tidur.
Dukungan layanan kesehatan mental juga pasti diberikan oleh pihak kampus, khususnya kepada mahasiswa yang mengalami burnout tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H