"Kamu tidak perlu memikirkan uang. Kenyataannya kamu dan istimu serta semua orang yang datang berkumpul di loji ditanggung sebagai saudara. Dunia ini tempat memproduksi uang paling baik. Ladang paling subur. Apa yang kita perlukan hanyalah memproduksi  ilusi bagi manusia."
"Ilusi,Om?"
"Iya. Pabrik ilusi. Pertama-tama, ciptakan ilusi bahwa manusia ini bebas. Bebas apa saja. Berbicara. Berekspresi. Semuanya. Setelah itu bawa mereka masuk dalam keraguan. Keraguan yang membuat mereka tidak dapat mengenali diri."
"Mungkin karena aku masih di tingkat pertama, penjelasannya aku tidak paham, Om."
"Aris...katakan pada dunia bahwa tiap manusia bebas. Beri kepada manusia demokrasi. Katakan tentang kebebasan informasi. Lalu sediakan kepada mereka internet. Biarkan mereka berselancar. Siapkan juga situs pornografi. Biarkan mereka meneriakkan kebebasan seksual. Biarkan mereka tenggelam dalam dunia bawah. Dunia kejatuhan mereka."
"Pornografi, Om?"
"Aris....lihat hasil karya kita. Pornografi melahirkan kebebasan seksual. Kebebasan seksual melahirkan kebebasan tubuh. Kebebasan tubuh melahirkan kebebasan aborsi. Kebebasan aborsi melahirkan kebebasan gender. Semua bebas Arief. Bukankah manusia merindukannya? Kebebasan yang memberikan kepada kita uang tanpa batas"
"Kebebasan yang bertanggung jawab, Om."
"Manusia diajarkan bahwa kebebasan hanya mungkin diperoleh melalui ketaatan. Tetapi kita melihat faktanya. Ketika kita menyediakan kepada mereka semua perangkat kebebasan, mereka melupa ketaatan."
"Mungkin mereka tidak memiliki penuntun, Om."
"Penuntun mereka ada di hati mereka. Begitu dekat dengan mereka. Tetapi tidak mereka dengar suara penuntun yang halus itu. Mereka mencintai kebebasan dan lebih memilih mendengar messenger ilusi kita Arief."