"Aris, perkenalkan ini Mr.Bradman." Laki-laki separuh baya yang duduk di samping suami Cindy menunjuk hormat kepada ekspatriat yang duduk berhadapan dengan suami Cindy.
"Good day, Sir. Nice to meet you." Suami Cindy menyapa penuh hormat.
"Nice to meet you too, Pak Aris." Sapa lelaki dihadapannya penuh hormat.
"Mr.Bradman akan mengumpulkan donasi untuk kampanye kamu nanti. Semua saudara kita di seluruh dunia siap membantu. Jadi masalah uang....kamu tidak perlu khawatir."
"Terima kasih, Om." Suami Cindy tersenyum gembira.
"Asalkan kamu berjanji bahwa kamu akan terus menjalani hidup sebagai seorang arsitek hingga tingkatan terakhir. Masih banyak hal yang harus kamu pelajari."
"Baik, Om. Jangan khawatir. Aku dan keluargaku dapat dijamin kesetiaannya."
"Bagus. Kami senang mendengarnya."
"Memang terkadang istriku khawatir. Kekhawatiran yang normal. Ia sering bertanya, dari mana kami mendapatkan uang untuk kampanye nanti. Terus terang, kami tidak memiliki banyak uang untuk bertarung dalam pemilihan."
"Hahahaha......" ketiga laki-laki lain tertawa mendengar sambatan suami Cindy.
Laki-laki yang disapa Om oleh suami Cindy merapatkan kursinya. Lebih dekat kepada suami Cindy.