Mohon tunggu...
Rooy John
Rooy John Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma Orang Biasa

God gave me a pair of wings Love and Knowledge With both, I would fly back home to Him

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Muara (35)

11 Mei 2022   12:35 Diperbarui: 11 Mei 2022   12:38 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanya. Selidik. Bertian kini kah laki-laki? Menunduk. Merintih. Berkacak namun mengaduh. Muka pucat pasi pun sakit mencekik.

 

"Guruh!"

Bu Sri terbangun dari mimpi buruknya.

Tangan kanannya diletakkan di atas dada, menahan lari cepat detak jantungnya. Ia menoleh sekeliling. Kamar tidurnya tampak bersih dan rapih. Tidak ada goa. Tidak ada tenda. Tidak juga akar pohon raksasa. Nafasnya diatur perlahan agar kembali normal.

Bu Sri meraih tilpun genggamnya. Dilihatnya waktu. Pukul 09.30 pagi. Sontak ia melompat dari tempat tidur. Berlari ke luar. Menuju ruang keluarga.

Tidak ada seorang pun. Keadaan rumah sepi. Guru Bisma seperti biasa telah berangkat pagi-pagi.

Tidak biasanya Bu Sri bangun sesiang itu. Tidak juga biasa ia bermimpi sepanjang itu. Ia mungkin membutuhkan psikiater untuk berkonsultasi. Mimpi buruknya dapat mengganggu kestabilan emosinya. Atau sebaliknya. Ketidakstabilan emosinya menghadirkan mimpi buruk berkepanjangan.

"Guruh." Itu nama yang terlintas tiba-tiba di benak Bu Sri. Digesernya layar gawai yang masih ia genggam.

"Halo, Bu. Apa kabar?,"suara Guruh terdengar di ujung sana.

"Baik, Le. Ibu sehatt. Bapak juga sehat. Bagaimana kabarmu di Semarang?" Bu Sri berharap semua yang terbaik tercurah bagi Guruh.

" Baik, Bu. Atas doa Ibu dan Bapak. Bagaimana kondisi kepala Ibu?"

"Baik, Le. Tidak ada masalah."

"Puji Tuhan."

"Pekerjaanmu lancar, Le?"

"Lancar, Bu. Semua aman."

"Syukurlah. Ibu senang jika segala sesuatu berjalan baik untukmu. Ingat selalu. Bekerjalah dengan tulus dan setia."

"Inggih, Bu."

"Ibu butuh apa? Apakah Ibu ingin membeli sesuatu?"Guruh bertanya. Khawatir ada permintaan ibunya yang lupa ia penuhi.

"Tidak ada, Le. Ibu hanya ingin mengetahui keadaanmu. Senang mengetahui kamu sehat-sehat saja."

"O....aku baik selalu, Bu. Nanti kalau Ibu butuh sesuatu, kabari segera ya, Bu."

"Baik, Le. Selamat bekerja. Maaf jika Ibu mengganggumu."

"Tidak mengganggu, Bu. Aku juga baru tiba di kantor."

"Ibu pamit ya, Le. Jaga dirimu baik-baik."

"Terima kasih, Bu. Guruh sayang, Ibu."

"Sama-sama, Le. Ibu dan Bapak selalu menyayangimu."

Bu Sri menutup telepon genggamnya. Pikirannya masih berputar. Ketakutan, kecemasan dan kegelisahan yang tersisa dari mimpinya terus mengganggu, meski ia mendengar sendiri kabar baik Guruh.

Rasa yang berkecamuk itu mendorongnya membuka peramban yang tersedia pada gawai di tangannya.

"King James Bible" Bu Sri mengguman.

472 kilometer dari tempat Bu Sri, Guruh sedang memperhatikan layar monitornya dan membaca sesuatu di sana.

"Nang, kowe isih nampa gawean soko Cyb3rX?" Guruh menatap Danang yang duduk diseberangnya.

"Ora to ya." Danang menjawab renyah.

"Ini kok ada email masuk dari mereka ya?"

"Kowe iki wong aneh, o. Lha itu kan emailmu. Kenapa tanya ke aku?"

Rian yang duduk di sebelah Danang tertawa terbahak-bahak. Guruh yang sadar akan kekonyolannya ikut tertawa.

Selalu menyenangkan bekerja dalam tim yang dapat menghadirkan kegembiraan di tengah tekanan pekerjaan.

Guruh segera membuka pesan elektronik yang diterimanya. Pesan yang dikirim salah satu perusahan peretas yang pernah menjadi rumah bagi mereka yang tertantang menjebol system pertahanan situs raksasa.

"translasikan ke dalam angka" bunyi pesan singkat dari seseorang di bawah lampiran gambar hasil pemotretan tilpun genggam.

Guruh mengunduh gambarnya. Diperhatikan baik-baik.

"Alfabet Yunani," gumannya dalam hati.

Tangannya menggeser kursor ke arah mesin pencari. Kemudian ia berselancar beberapa saat, mencari gambar yang paling jelas dan mengunduhnya.

Beberapa saat berselang ia terlihat serius menerjemahkan alfabeth itu ke dalam angka dan menyalin kembali dalam aksara latin.

"Apa ini?Doa?" Guruh berhenti sejenak.

Ah, apakah yang tidak tersedia di dunia para peretas? Sepanjang semua hal dapat diterjemahkan ke dalam angka dan kode, segala sesuatu adalah niscaya.

Asyik dengan dunianya, Guruh dikagetkan dengan suara tawa Danang dan Rian dari belakang.

"Bro, gak gitu caranya."Danang berteriak di telinga Guruh.

"Hahahaha.....maklumlah. Aku sudah menjadi anak alim." Guruh membela diri. Ia sadar bahwa ia membutuhkan bantuan.

"Tidak perlu menerjemahkan keduanya. Kamu cukup menggunakan huruf latin, pakai tabel ASCII. Kamu akan mendapatkan kode binarinya."Rian menimpali.

"Sini aku bantu,"Danang menggeser Guruh dari tempat duduknya.

"Monggo, Ndoro." Guruh bercanda.

"Tapi aku menyalin kalimat pertama saja, ya. Sisanya kamu lakukan sendiri."Danang duduk dan mulai memperlihatkan keahliannya.

"Inggih, Ndoro." Guruh masih mencanda.

Hanya butuh lima menit bagi proses penyalinan kalimat ke dalam kode binary. Danang segera berdiri. Menepuk pundak Guruh.

"Nah, kamu lanjutkan sisanya. Aku dan Rian mencari makan di tempat biasa. Nanti kamu susul ya."

"Siaaappp, Ndoro." Guruh mengangkat tangan kanannya menghormat ala militer.

"Ingat. Kalau sudah rampung, jangan dikirim balik lewat komputer kantor. Ada rental game di dekat warung makan. Kamu kirimnya dari sana ya."Rian menjentik.

"Thank you, Bro."Guruh bernapas lega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun