“Check point. Check point.” Suara laki-laki bersorban terdengar melalui radio setiap pemimpin pasukan. Segera sorak sorai pasukan terhenti.
“Periksa radio! Dengar suara Jenderal!,” Guruh berteriak.
Semua orang terdiam.
“Pasukan. Selamat untuk kemenangan hari ini. Kalian prajurit kebanggaan. Prajurit pilihan. Tetapi jembatan bukan tujuan kita. Segera pasang alat peledak. Hancurkan jembatan. Bergegas kembali ke garis pertahanan.” Perintah laki-laki bersorban melalui radio.
Segera pasukan memasang alat peledak pada pilar-pilar jembatan dan menyalakan timer. Setelah itu, pasukan bergegas kembali. Mereka berlari menyusuri tepian muara. Melewati hutan bakau menuju garis pertahanan.
Tepat pukul 18.00 sebuah ledakan besar terdengar dari kota Yakin. Bahan peledak yang dipasang Guruh dan prajurit penyertanya meruntuhkan pilar kota. Api berkobar mengikuti ledakan. Asap terlihat oleh para prajurit yang sedang melintas hutan bakau.
Beberapa menit berselang, ledakan dinamit bersahut-sahutan terdengar dari arah jembatan. Pilar-pilar jembatan meledak dan patah. Seluruh struktur jembatan jatuh ke sungai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H