Mohon tunggu...
Rooy John
Rooy John Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma Orang Biasa

God gave me a pair of wings Love and Knowledge With both, I would fly back home to Him

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Muara (15)

21 April 2022   00:15 Diperbarui: 21 April 2022   00:17 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Amis bau tubuhmu bercampur kengerian.  Lelehkan bahaduri di bawah kilau dasa mahkota. Lautkah yang memahat aksara penuh hujat pada tujuh kepalamu?  Suah ditutur. Kaki manusia berlari pada pesona yang entah bermula dari mana.

"Aku minta maaf," Menik mengambil tempat duduk di sisi Guruh.

 Langit malam tampak cerah dari teras rumah. Kartika bersinar dalam redup. Menuntun perjalanan purnama yang tidak lagi sempurna tertatih menuju fajar.

  "Maaf untuk apa, Mbak?", Guruh meletakan laptop yang dipangkunya ke meja kecil yang memisahkannya dengan pot Monstera Obliqua.

 

 

"Mbak gak enak aja. Perbincangan kita sejak pagi hingga petang tadi mungkin menyinggung perasaanmu," Menik memandang Guruh serius.

Guruh tersenyum. "Tidak, Mbak. Aku rapopo."

Menik tersenyum gembira. Setidaknya ia bisa tidur nyenyak malam ini. Tidak ada masalah antara dirinya dengan Guruh. Memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang adik laki-laki tidak pernah mudah. Apalagi jika keduanya tidak pernah sejalan.

Dalam keseharian, senyatanya Menik bertindak laksana dirigen yang menjaga irama keluarga. Menekan Guruh dan ibunya agar tidak selalu menggebu-gebu dalam semangat. Sambil menantang kakaknya Andra dan bapaknya yang cenderung diam menghadapi banyak hal.

Jika mengikuti Weton mestinya ia diruwat. Dirinya masuk dalam kelompok Wong Sukert pada pola sendang kapit pancuran. Anak perempuan berada di tengah dua anak laki-laki. Kelak jika bertemu perempuan yang sudah diruwat ia ingin bertanya. Apakah peran dirigen yang dijalaninya bagian dari sukerta.

Kalau teman-teman di tempatnya bekerja justru berpandangan terbalik. Punya mobil baru dibilang rejeki sendang kapit pancuran. Bisnis berkembang dikomentari nasib baik sendang kapit pancuran. Padahal, semua diperoleh atas kerja keras suaminya. Terutama karena doa dan puasa.

"Aku hanya memikirkan hari esokmu, Dik."Menik berempati.

"Makasih, Mbak. Aku tidak apa-apa, kok."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun