“Cung,…..ayo mangkat,” teriak sang sopir kepada kernet sambil menghidupkan mesin.
“Iki isine wong pitu to,” sang kernet protes.
“Wes. Akeh cah sekolah neng dalan,” sang sopir segera membawa kendaraannya yang hanya berisi tujuh orang penumpang ke luar terminal.
Bu Sri menekan tombol “hidup” telepon genggamnya. Pukul 05.20. Masih pagi. Ia berpikir dalam hati. Ia berusaha menutup matanya sekedar untuk mengusir rasa kantuk yang masih enggan pergi darinya. Tetapi sang sopir mengendarai busnya sedikit ugal-ugalan membuat matanya sukar dipejamkan. Sopir mini bus sempat beberapa kali berhenti mendadak untuk mengambil anak-anak sekolah yang berangkat pagi. Beberapa kali ia sempat menyalip truk yang berada di depan.
“Allahu Akbar! Allahu Akbar!”, teriak para penumpang saat sebuah truk gandeng melaju dari arah berlawanan tepat saat sang sopir melambung sebuah truk pasir di depannya. Sopir bus mini yang kaget membanting setir ke kanan menghindari tabakan. Bus yang melaju dengan kecepatan tinggi itu terbang melewati trotoar. Para penumpang berteriak histeris.
“Booooommmmm!!!!,” suara seperti bunyi ledakan membangunkan para penduduk ketika bus menghantam pepohonan di tepi jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H