Proses peralihan budaya Eropa dari negara gereja menuju abad pencerahan (enlightenment) dintrodusir oleh peran scienca dalam panggung pengetahuan. Ilmu pengetahuan menjadi pusat dari upaya manusia untuk memahami dunia tempatnya hidup serta mengerti akan diri manusia itu sendiri. Abad yang ditandai dengan ungkapan masyur Rene Descartes “cogito ergo sum” yang bermakna “saya berpikir, maka saya ada.”
Pusat peradaban adalah ilmu pengetahuan, dan pusat ilmu pengetahuan adalah manusia. Manusia yang berpikir. Jadi cara memperoleh pengetahuan adalah melalui jalan pemikiran. Tradisi ini disebut rasionalisme.
Tradisi yang dikritik oleh John Locke. Bagi Locke, pengetahuan tidak diperoleh dari pemikiran. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sehari-hari. Orang tidak perlu berpikir bahwa satu hari adalah masa dari terbitnya matahari hingga terbitnya lagi keesokan harinya. Itu adalah pengalaman keseharian. Tradisi yang disebut sebagai empirisme.
David Hume mengukuhkan pendapat Locke dengan memperkenalkan dua macam persepsi sebagai perangkat pengetahuan. Pertama adalah kesan yang diperoleh langsung dari pengalaman (impresi). Kedua adalah idea yang merupakan asosiasi dari kesan.
Immanuel Kant memadukan rasionalisme Descartes dan empirisme Hume dalam teori pengetahuannya yang membagi tingkatan mengetahui atas pemahaman inderawi (Sinneswahrnehmung), kemudian meningkat menjadi tahap akal budi (Verstand) dan terakhir adalah tahap intelektual (Vernunft) dimana pemahaman inderawi dan akal budi dirangkum menjadi pengetahuan.
Paket teori akan segera bergeser dengan Metaverse. Sebuah konsep baru yang menjanjikan semesta pengetahuan melalui peran teknologi. Dalam Meta, dunia maya dan dunia nyata dipersatukan dalam satu matrix sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara yang nyata dan bukan nyata.
Jika melihat tayangan youtube ini https://www.youtube.com/watch?v=4N0Ewb_OVsU kita segera menyadari bahwa rekonstruksi pemikiran Hume tentang persepsi sedang diruntuhkan. Impresi yang merupakan kesan atas pengalaman langsung kini diintrosir oleh gabungan dunia nyata dan realisme virtual. Dunia nyata adalah pengalaman langsung inderawi atas objek alami. Sementara realitas virtual adalah pengalaman yang diintersepsi oleh teknologi.