Ingin rasanya aku berteriak, memaki bahkan menghancurkan keangkuhan dan kemunafikan pemerintah negara tempat aku bekerja.
Tapi tiba-tiba "plakk", tamparan kebutuhan menghadangku.
Kulawan dan kutampar balik kebutuhan itu. Lalu perkelahianpun tak terelakkan, perkelahian sengit yang berujung dengan damai, kata-kata pengertian menengahi.
Melepas lelah setelah perkelahian kubersandar pada pagar yang ada, kuambil botol air mineral dari dalam tas.
Belum sempat kuminum air itu, tiba-tiba "bukk" tendangan dari ketidakpuasan menghampiri tepat diperut kurus ini, yang menyebabkan terjatuhnya tubuh keringku, dan botol minumankupun entah kemana.
Dengan angkuh ketidakpuasan itu berkata, lakukan sesuatu, lakukan sesuatu... (?!)
Saat kumencoba untuk bangkit dan bertarung dengan rasa sakit diperutku, "bukk" dalam hitungan detik tendangan kedua pun dilayangkan, tepat didada ini yang memang dalam keadaan sedikit membungkuk.
Tendangan kedua nya membuat aku tidak berdaya untuk bangkit.
Aku yang kelelahan sehabis berkelahi dengan kebutuhan, tidak mampu melawan balik tendangan-tendangan itu.
Melihat aku terbaring dan tidak berdaya, diapun mendekat, cukup rapat, tepat dengan mukaku yang berada dalam posisi terbaring.
Lalu diapun bertanya: dari mana asalmu..?? kujawab dalam kesakitan, Indonesia, Indonesia.
Lanjut dia berkata dengan nada yang keras sampai air ludahnya ikut keluar mengenai wajahku: marah, maki, dan hancurkanlah pemerintahan negara asalmu. jangan kau salahkan pemerintahan negara lain.
Diam, kuterdiam dalam lamunan, diapun pergi meninggalkanku, kulihat kepergiannya dan dalam hati kuberkata untuknya.
Kumaafkan semua perlakuanmu, kumaafkan karna semua perkataanmu benar.
***
Terinspirasi dari Kasus Mirip Darsem kembali Berulang by Ahmad Saukani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H